This Author published in this journals
All Journal Hemera Zoa
Sus Derthi Widhyarti
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KIVFA-2 Efek Imunomodulator terhadap Profil Leukosit Induk Sapi Friesian Holstein yang Diberi Antigen AI H5N1 Inaktif Sri Murtini; Anita Esfandiari; Sus Derthi Widhyarti; Retno Wulansari; Leni Maylina; Arif Purwo Mihardi
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.156 KB)

Abstract

Immunomodulator adalah zat yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan  atau menekan respon imun. Cox (1988) melaporkan bahwa pengaruhnya  selain terhadap  respon imun, imunomodulator juga dapat memodulasi haematopoiesis, termasuk peningkatan jumlah RBC dan WBC (leukosit), peningkatan PCV dan aktivasi makrofag.  Sapi friesian holstein (FH) merupakan sapi perah yang dapat digunakan sebagai hewan donor penghasil immunoglobulin G anti AI H5N1 melalui produk kolostrumnya (Esfandiari et al, 2007).  Guna meningkatkan titer immunoglobulin pada hewan donor hiperimun sera umumnya hewan diberi imunomdulator.  Berbagai jenis bahan seperti glucan, lectin, dan berbagai jenis polisakarida dari tanaman maupun hewan (Alamgir dan Uddin 2010) serta polipeptide ribonukleotida dapat digunakan sebagai imunomodulator.(Hess dan Greenberg 2012)  Penggunaan  polipeptida ribonukleotida sebagai imunomodulator ada sapi saat ini belum banyak diteliti.  Pemberian imunomodulator memberikan dampak perubahan gambaran leukosit secara langsung maupun tidak langsung.  Dampak pemberian imunomodulator jenis polipeptide ribonukleotida pada sapi FH bunting trimester terakhir untuk tujuan produksi hiperimunsera melalui produksi kolostrum belum pernah dilaporkan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian imunomodulator peptide ribonukleotida pada sapi FH yang disuntik antigen AI H5N1 inaktif.
KIVFA-8 Studi Kasus: Profil Mineral Makro Pada Sapi Perah Yang Mengalami Retensi Plasenta di Kunak Kabupaten Bogor Retno Wulansari; Anita Esfandiari; Sus Derthi Widhyarti; Chusnul Choliq; Arief Purwo Mihardi; Leni Maylina; . Suryono
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.494 KB)

Abstract

Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya susu sebagai salah satu sumber gizi yang penting berefek terhadap kebutuhan susu nasional terus meningkat pula. Namun kebutuhan yang tinggi ini belum diimbangi dengan produksi susu nasional yang baru mencapai 3.29% per tahun, sehingga kekurangan akan kebutuhan susu ini masih harus diimport dari negara lain. Rata-rata produksi susu di Indonesia dari setiap sapi masih relatif rendah, sekitar 10-12 liter/ekor/hari (Deny 2014). Keterbatasan produksi susu dari dalam negeri ini disebabkan oleh masih belum maksimalnya produksi susu dari setiap sapi perah yang dimiliki oleh peternak di Indonesia.Manajemen pemeliharaan yang baik dalam usaha peternakan sapi perah sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan produksi susu, salah satunya antara lain manajemen pakan. Pakan harus memenuhi unsur-unsur penting diantaranya mineral makro dan mikro dalam jumlah yang secukupnya.Masalah kesehatan yang sering ditemui pada sapi perah awal laktasi umumnya berupa gangguan metabolik, seperti milk fever dan ketosis (Divers & Peek 2008). Hipokalsemia adalah kelainan metabolik dimana mekanisme homeostasis gagal untuk mempertahankan konsentrasi Ca darah normal saat awal laktasi (Chamberlain et al. 2013). Kejadian ini sering didahului dengan kondisi hipokalsemia subklinis pada saat bunting dan kering kandang, tetapi tidak teramati oleh peternak (Goff 2008). Retensi Plasenta merupakan salah satu manifestasi dari gangguan metabolik akibat tidak cukupnya konsentrasi mineral pada hewan post partus. Sapi secara normal akan melepaskan plasenta dalam waktu 3 -6 jam post partus. Retensi atau tertahannya plasenta lebih dari 8 – 12 jam pada induk post partus dapat dipertimbangkan sebagai suatu kondisi yang abnormal (Diver & Peek 2008. Salah satu predisposisi adalah tidak adanya program manajemen pakan atau pemberian suplemen mineral yang tidak tepat, sebagaimana disajikan pada studi kasus berikut.