Santun Risma Pandapotan Sitorus
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DI KOTA CIMAHI, PROVINSI JAWA BARAT Santun Risma Pandapotan Sitorus; Mutiara Ashri; Dyah Retno Panuju
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 2 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.208 KB) | DOI: 10.29244/jitl.15.2.66-75

Abstract

Kualitas lingkungan kota dan kabupaten terus menurun yang ditunjukkan salah satunya oleh menurunnya luas ruang terbuka hijau (RTH). Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya pertambahan penduduk dan kebutuhan ruang untuk pembangunan permukiman dan fasilitas pelayanan. Cimahi merupakan wilayah yang baru ditetapkan sebagai kota pada tahun 2001. Sejak awal pembentukannya, Kota Cimahi telah menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang cukup pesat sehingga perlu diikuti oleh upaya-upaya menjaga keseimbangan antara lingkungan sosial dengan ekonomi. Salah satunya adalah komposisi ruang terbuka hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kota Cimahi, mengetahui ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Cimahi, mengetahui dinamika tingkat perkembangan wilayah di Kota Cimahi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Cimahi. Pada tahun 2007-2011 menunjukkan terjadi perubahan penggunaan lahan yang dicirikan oleh perubahan penggunaan lahan lain menjadi pemukiman sebesar 420.6 ha. Adapun ketersediaan ruang terbuka hijau Kota Cimahi pada tahun 2011 hanya sebesar 738 ha atau 17.9% dari total seluruh wilayah sehingga belum bisa mencukupi kebutuhan seluruh penduduk di Kota Cimahi. Dinamika tingkat perkembangan wilayah di Kota Cimahi menunjukkan ada kelurahan-kelurahan yang konsisten di hirarkinya dan ada yang bersifat fluktuatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Cimahi adalah alokasi lahan terbangun dalam RTRW, kepadatan penduduk, jumlah jenis fasilitas, pertumbuhan penduduk dan lahan terbangun tahun 2011.
IDENTIFIKASI KOMODITAS BASIS TANAMAN PANGAN DAN ARAHAN PENGEMBANGANNYA DI PROVINSI LAMPUNG Santun Risma Pandapotan Sitorus; Bima Wahyu Widodo; Dyah Retno Panuju
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 1 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1512.403 KB) | DOI: 10.29244/jitl.15.1.29-38

Abstract

Pengembangan wilayah pertanian saat ini banyak dilakukan tanpa penelitian terlebih dahulu dari keunggulan komparatif, kompetitif dan potensi sumberdaya lahan pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui komoditas basis tanaman pangan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di Provinsi Lampung, (2) mengevaluasi kesesuaian lahan komoditas basis, (3) menganalisis hubungan antara komoditas basis dengan kesesuaian lahan, dan (4) menyusun arahan pengembangan komoditas basis. Metode penelitian yang digunakan dalam mengidentifikasi keunggulan komparatif adalah perhitungan Location Quotient (LQ). Identifikasi keunggulan kompetitif dilakukan menggunakan komponen Differential Shift (DS). Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan karakteristik tanah dengan kriteria tumbuh tanaman. Analisis korelasi digunakan untuk menganalisis keterkaitan antara komoditas basis dengan tingkat kesesuaian lahan. Hasil penelitian menunjukkan adanya komoditas basis tanaman pangan di masing-masing kabupaten, kecuali di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Tulangbawang, Tulang Bawang Barat dan Mesuji yang tidak memiliki komoditas basis. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman komoditas basis di masing-masing kabupaten juga telah dihasilkan. Tanaman padi sawah banyak ditanam di lahan yang cukup sesuai di sebagian besar kabupaten. Pengusahaan masing-masing komoditas basis dikaitkan dengan tingkat kesesuaian lahannya di masing-masing kabupaten juga dikemukakan. Demikian juga arahan pengembangan masing-masing komoditas basis dan luasannya di masing-masing kabupaten. Lahan pada kawasan budidaya pertanian yang tergolong tidak sesuai disarankan digunakan sebagai kawasan konservasi.
ANALISIS KESESUAIAN DAN KETERSEDIAAN LAHAN SERTA ARAHAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU Santun Risma Pandapotan Sitorus; Muhammad Jalaluddin; Dyah Retno Panuju
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 2 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.463 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.2.45-55

Abstract

Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Dasar hukum berdirinya Kabupaten Kepulauan Meranti adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2009, tanggal 16 Januari 2009. Mengingat usia kabupaten ini yang relatif muda, arahan pengembangan komoditas pertanian belum tersedia secara lengkap. Banyak aspek lahan yang harus diperhatikan agar pemanfaatan atau penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas wilayah lebih efektif dan berdaya guna. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti, (2) Menganalisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, (3) Mengkaji dan menganalisis ketersediaan lahan yang berpotensi pengembangan untuk berbagai komoditas pertanian, dan (4) Menyusun arahan pengembangan komoditas pertanian. Hasil penelitian menunjukkan luas lahan sesuai dan tersedia di Kabupaten Kepulauan Meranti untuk pengembangan komoditas unggulan sebesar 108,277 ha. Komoditas yang dapat dikembangkan tiap kecamatan adalah sebagai berikut: Kecamatan Merbau adalah sagu (tanaman perkebunan), ketela pohon (tanaman pangan), jambu biji (buah-buahan) dan cabe besar, cabe rawit dan ketimun (sayur-sayuran); Pulau Merbau adalah karet dan pinang (tanaman perkebunan); Rangsang adalah sawo dan nenas (buah-buahan). Rangsang Barat adalah kopi dan pinang (tanaman perkebunan), pisang, pepaya dan manggis (buah-buahan); Tebing Tinggi adalah ketela rambat dan jagung (tanaman pangan) dan cabe besar, cabe rawit, kacang panjang dan ketimum (sayur-sayuran); Tebing Tinggi Barat adalah sagu (tanaman perkebunan), ketela rambat (tanaman pangan), pepaya, sukun dan nenas (buah-buahan); dan Kecamatan Tebing Tinggi Timur komoditas yang dapat dikembangkan adalah sagu untuk tanaman perkebunan.
ANALISIS POLA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH DI KOTA BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT Santun Risma Pandapotan Sitorus; Citra Leonataris; Dyah Retno Panuju
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 1 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.993 KB) | DOI: 10.29244/jitl.14.1.21-28

Abstract

Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk akan selalu diiringi dengan meningkatnya standar kualitas dan kuantitas kebutuhan hidup dan peningkatan kebutuhan ketersediaan fasilitas yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pola perubahan penggunaan lahan Kota Bekasi Tahun 2003 dan 2010, (2) mengidentifikasi dan membandingkan pemanfaatan ruang saat ini dan alokasi ruang menurut RTRW Kota Bekasi periode 2000-2010, (3) mengkaji tingkat perkembangan wilayah Kota Bekasi tahun 2003 dan 2006, serta (4) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Analisis data yang digunakan adalah analisis spasial pada citra, analisis skalogram, analisis inkonsistensi pemanfaatan ruang, serta analisis regresi berganda (multiple regression). Penggunaan lahan terbangun di Kota Bekasi dari tahun 2003 sampai 2010 mengalami peningkatan cukup signifikan terkait dengan pembangunan fasilitas pendidikan, kawasan industri, permukiman tidak teratur, dan permukiman teratur dari semula sebesar 10,188 ha (47.1%) menjadi 12,061 ha (55.8%). Kondisi penggunaan lahan di Kota Bekasi tahun 2003 menunjukkan inkonsistensi dengan alokasi ruang dalam rencana tata ruang wilayah sebesar 301 ha dan tahun 2010 sebesar 377 ha. Proporsi penyimpangan terbesar dari luas pada RTRW pada tahun 2003 dan 2010 terjadi pada lahan yang dialokasikan sebagai taman/hutan kota menjadi ruang terbangun, lahan kosong, dan lahan pertanian. Tingkat perkembangan wilayah pada tahun 2003, didominasi oleh kelurahan yang memiliki tingkatan hirarki III sebesar 48% dan pada tahun 2006 didominasi kelurahan yang berhirarki II sebesar 46%. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kota Bekasi secara signifikan berturut-turut adalah alokasi RTRW untuk lahan terbangun, alokasi RTRW untuk pertanian, luas TPLB tahun 2003, luas kebun campuran tahun 2003, luas TPLK tahun 2003, luas lahan kosong tahun 2003, jarak ke kota atau kabupaten lain, alokasi RTRW untuk taman/hutan kota, pertambahan fasilitas pendidikan, pertambahan fasilitas kesehatan, pertambahan fasilitas sosial, jarak menuju pusat fasilitas sosial, jarak menuju kecamatan, jarak menuju pusat fasilitas ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk.
KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN SERTA HIRARKI WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Santun Risma Pandapotan Sitorus; Mila Mulyani; Dyah Retno Panuju
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 2 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.335 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.2.49-57

Abstract

Perkembangan suatu wilayah cenderung akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk di suatu wilayah, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan perubahan luasan suatu jenis penggunaan lahan. Terkonversinya lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian merupakan masalah serius pada kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan pada periode tahun 1998 dan 2008 di Kabupaten Bandung Barat, (2) menganalisis perubahan penggunaan lahan dalam berbagai kelas kemampuan lahan, (3) menetapkan hirarki kecamatan dan kaitannya dengan perubahan penggunaan lahan, dan (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Selama periode tahun 1998 sampai 2008 telah terjadi konversi luas lahan pertanian menjadi lahan terbangun sebesar 2,249 ha dengan laju konversi per tahun 264 ha. Kecamatan Batujajar merupakan kecamatan yang mengalami perubahan penggunaan terluas yaitu sebesar 31.9%. Sebaran perubahan penggunaan lahan paling luas terdapat pada kelas kemampuan lahan I sebesar 1,622 ha yaitu konversi TPLB menjadi TPLK. Selain itu, perubahan penggunaan lahan jenis lainnya tersebar pada kelas kemampuan lahan II, III, IV, VI, VII, dan VIII. Perkembangan wilayah di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan analisis skalogram tahun 2003 dan 2008, menunjukkan adanya peningkatan tingkatan hirarki tiap desa. Pada tahun 2003 persentase desa berhirarki I, II, dan III, berturut-turut sebesar 15.1%, 20.7%, dan 64.3%. Peningkatan hirarki terjadi pada hirarki II dan III, sedangkan hirarki I mengalami penurunan. Faktor-faktor yang berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat adalah curah hujan kelas sangat rendah, rendah, dan tinggi, penggunaan lahan terbangun tahun 1998, kepadatan penduduk, dan pertambahan fasilitas pendidikan.
PERENCANAAN LOKASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA Hadijah Siregar; Santun Risma Pandapotan Sitorus; Atang Sutandi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.267 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.1.8-13

Abstract

Pengembangan perkebunan karet merupakan salah satu strategi yang cukup realistis bagi pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mendukung hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman karet rakyat berdasarkan aspek fisik lahan dan (2) menganalisis dan menyusun arahan kebijakan pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal. Metode analisis dilakukan berdasarkan penentuan kesesuaian lahan, analisis spasial, dan analisis deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Mandailing Natal sesuai untuk budidaya tanaman karet yaitu seluas 460,849 ha (70.4%). Lokasi dan luas areal pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan potensi lokasi dan peraturan pemerintah terkait telah dikemukakan, dan dapat diarahkan pada lahan seluas 201,875 ha (30.8%).