. Djumali
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pengaruh Cekaman Air Terhadap Karakter Fisiologis Tembakau Temanggung dan Kaitannya dengan Hasil dan Kadar Nikotin Rajangan Kering Djumali, .; Mulyaningsih, Sri
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tembakau temanggung ditanam pada akhir musim penghujan sehingga sering mengalami cekaman air dan berakibat pada penurunan hasil dan kadar nikotin rajangan kering. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman air terhadap karakter fisiologis tembakau temanggung serta kaitannya dengan hasil dan kadar nikotin rajangan kering. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balittas Malang pada Maret–Oktober 2010 dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dan diulang 3 kali. Petak utama terdiri atas 3 jenis tanah yakni Komplek Eutrudepts-Hapludalfs, Komplek Dystrudepts-Hapludalfs, dan Vitraquands. Anak petak terdiri atas 5 tingkat kelembapan tanah (60, 70, 80, 90, dan 100% dari kapasitas lapangan). Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa cekaman air pada tiga jenis tanah berpengaruh negatif terhadap konduktivitas stomata, laju fotosintesis, hasil dan kadar nikotin rajangan kering, serta berpengaruh positif terhadap bobot spesifik daun. Pengaruh cekaman air terhadap hasil rajangan kering terjadi melalui penurunan konduktivitas stomata dan laju fotosintesis selama fase setelah pemangkasan. Pengaruh cekaman air terhadap kadar nikotin terjadi me-lalui penurunan konduktivitas stomata sebelum pembungaan dan setelah pemangkasan, penurunan laju fotosintesis setelah pemangkasan, dan peningkatan bobot spesifik daun setelah pemangkasan. Temanggung tobacco is grown at the end of wet season which so often experience water stress. Water stress can decrease dry slice yield and nicotine content. The study was aimed to determine the effect of water stress on physiological characteristics of temanggung tobacco and its relation to dry slice yield and nicotine content. Research was conducted in greenhouse of Indonesian Sweetener and Fibre Crops Research Institute, Malang from March to October 2010 using splitplot design and repeated three times. The main plot consisted of three types of soil (Complex Eutrudepts-Hapludalfs, Complex Dystrudepts-Hapludalfs, and Vitraquands). The Subplot consisted of five soil moisture levels (60, 70, 80, 90, and 100% of field capacity). The results showed that water stress on the third series of the soil negatively affect stomatal conductivity, the photosynthesis rate, dry slice yield and nicotine content, as well as the positive effect on specific leaf weight. Effect of water stress on dry slice yield occurred through the decrease of stomata conductivity and photosynthetic rate during the phase after topping. The effect of water stress on nicotine content occurred through a reduction in stomatal conductivity before flowering and after topping, decrease of photosynthetic rate after topping, and increase of specific leaf weight after topping.
Keragaman Pertumbuhan dan Hasil Populasi Tanaman Jarak Pagar IP-3A Nurnasari, Elda; Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Potensi produksi jarak pagar (Jatropha curcas L.) provenan Improved Population (IP) merupakan hasil pre-diksi dari produksi individu tanaman terbaik pada umur satu tahun dari suatu populasi tanaman. Sampai saat ini produksi jarak pagar secara aktual masih jauh lebih rendah dari potensinya. Keragaman tanaman diduga menjadi salah satu penyebab kesenjangan tersebut. Penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kera-gaman pertanaman IP-3A dilakukan pada Agustus–Desember 2010 di Kebun Percobaan Asembagus, Situ-bondo. Pertanaman IP-3A berumur 2 tahun, baik yang berasal dari benih maupun setek diambil 75 contoh ta-naman untuk diamati pertumbuhan dan produksinya. Data yang diperoleh dianalisis keragamannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman dan produksi biji per tanaman jarak pagar IP-3A, baik yang berasal dari benih maupun setek, sangat beragam. Koefisien keragaman pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, diameter kanopi, diameter batang, dan panjang per ruas batang lebih kecil dari 20%, sedangkan jumlah daun, diameter batang utama, panjang batang, volume batang, jumlah ruas ba-tang, dan volume per ruas batang berkisar 20–50%. Koefisien keragaman komponen produksi yaitu jumlah tandan berbuah, jumlah buah per tandan, dan jumlah buah per tanaman berkisar 50−160%. Koefisien kera-gaman produksi biji berkisar 98−160% dengan produksi maksimum sebesar 4,30−8,55 kali produksi rerata-nya. Keragaman produksi biji yang tinggi menyebabkan adanya kesenjangan antara potensi produksi dengan aktualnya.   Growth And Yield Variability of Jatropha IP-3A Plant Population ABSTRACT Potential yield of Improved Population (IP) provenances were predicted from the best yield of individual plants in one year old population. In the field, actual yield of jatropha is lower than its potency. The high va-riability in plant population may cause the divergence of the yields. A research to find out production varia-bility of IP-3A was conducted from August to December 2010 at Asembagus Experimental Station, Situbon-do. Seventy five sample plants were taken from IP-3A plantation aged 2 years from seedling and stem cutting. The sample plants were observed for their growth and yield. Variability analysis was used in this research. The result showed that plant growth and yield of jatropha IP-3A plantation, both from seedling and stem cutting were varied. Coefficient variability of plant growth including plant height, canopy diameter, stem diameter, and stem length per internode was less than 20%, whereas those of number of leaves, main stem diameter, stem length, stem volume, number of stem internodes, and volume of stem internodes ranged from 20−50%. The coefficient variability of yield components, including number of fruit bunches, the number of fruits per bunch, and number of fruit per plant ranged from 50−160%. The coefficient variability of yield ranged from 98–160%, which is 4.30 to 8.55 times of the average yields. The high variability of yield may explain the jatropha yield gap between its potency and actual.    
Tanggapan Fisiologi Tanaman Tembakau Temanggung terhadap Dosis Pupuk Nitrogen serta Kaitannya dengan Hasil dan Mutu Rajangan Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tembakau temanggung merupakan tembakau lokal yang berkadar nikotin tinggi. Ketersediaan hara N dalam tanah dapat mempengaruhi hasil dan kandungan nikotin rajangan kering. Percobaan dilakukan di rumah ka-ca Balittas Malang selama Maret–Agustus 2009. Perlakuan terdiri atas 6 dosis pupuk N (0; 1,62; 3,64; 4,86; 6,48; dan 8,10 g N/tanaman) disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Setiap perlakuan dalam satu ulangan terdiri atas 4 pot dan setiap pot diberi pupuk dasar 2,70 g P2O5 + 1,35 kg pupuk kandang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah fisiologi tanaman (kandungan N-daun, klorofil, bobot spesifik daun, laju fotosintesis, respirasi, efisiensi cahaya mereduksi CO2 (EF0), dan koefisien respirasi pemeliharaan daun (KRPD)), hasil rajangan kering, dan kandungan nikotin tembakau temanggung dipengaruhi oleh dosis pu-puk N dengan membentuk kurva kuadratik tertutup, dosis maksimum masing-masing sebesar 7,89; 7,89; 54,75; 9,50; 26,25; 21,50; 10,00; 6,08; dan 6,86 g N/tanaman. Peubah fisiologi tanaman yang paling menen-tukan hasil rajangan kering berturut-turut adalah klorofil, N-daun, laju respirasi, dan bobot spesifik daun. Adapun peubah fisiologi tanaman yang paling menentukan kandungan nikotin berturut-turut adalah fotosin-tesis, KRPD, respirasi, dan kandungan klorofil.   Physiological Responses of Temanggung Tobacco to Dose of Nitrogen Fertilizer and Its Relationship with Dry Slice Yield and Nicotine Content ABSTRACT   Temanggung tobacco is a local tobacco, with high nicotine content. Nitrogen available in soil affects dry sliced yield and nicotine content. The experiment was conducted in glasshouse of IToFCRI Malang from March–August 2009. The treatment consist of six levels of N fertilizer (0, 1.62, 3.64, 4.86, 6.48, and 8.10 g N/plant), were arranged in randomized block design with three replications. Every threatment in one repli-cation received 2.70 g P2O5 + 1.35 kg manure. The results showed that physiological plant parameters (N-leaf, chlorophyll content, specific leaf weight, photosynthesis rate, respiration rate, light efficiency to CO2 re-duction (EF0), and coefficient of leaf maintenance respiration (CLMR)), dry slice yield, and nicotine content were affected by N rates. The response of these parameters on N fertilizer were expressed by closed qua-dratic curves, which maximum rate of N fertilizer were 7.89, 7.89, 54.75, 9.50, 26.25, 21.50, 10.00, 6.08, and 6.86 g N/plant respectively.  Dry sliced yield were affected by chlorophyll content, respiration rate, and specific leaf weight. Nicotine content were affected by photosynthesis rate, CLMR, respiration rate, and chlo-rophyll content.    
Tanggapan Partisi Karbohidrat Tembakau Temanggung Terhadap Dosis Pupuk Nitrogen dan Kaitannya dengan Hasil dan Kadar Nikotin Rajangan Kering Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Partisi karbohidrat untuk pertumbuhan tanaman tembakau menentukan hasil dan kadar nikotin rajangan ke-ring. Kuantitas partisi karbohidrat ke masing-masing organ tanaman dipengaruhi oleh genetik tanaman dan kondisi lingkungan tumbuh, termasuk dosis pupuk N yang diberikan. Penelitian yang bertujuan untuk me-ngetahui tanggapan partisi karbohidrat tembakau temanggung terhadap dosis pupuk N dan kaitannya dengan produksi dan kadar nikotin dilakukan di rumah kaca Balittas, Malang dari Maret–Agustus 2009. Perlakuan 6 dosis pupuk N (0; 1,62; 3,64; 4,86; 6,48; dan 8,10 g N/tanaman atau setara dengan 0, 30, 60, 90, 120, dan 150 kg N/ha) disusun dalam rancangan acak kelompok tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisi karbohidrat untuk pertumbuhan tajuk tanaman selama 0–60 hari setelah tanam (hst) mengalami penurunan dan selama 60 hst–panen akhir mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan dosis pupuk N, demikian pula sebaliknya untuk organ akar. Dalam tajuk tanaman, partisi karbohidrat untuk batang selama 0–30 hst mengalami peningkatan dan selama 45 hst–panen akhir mengalami penurunan seiring dengan peningkatan dosis pupuk N. Hal sebaliknya terjadi pada organ daun. Adapun partisi karbohidrat untuk pertumbuhan bunga dan tunas samping mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan dosis pupuk N. Dalam akar, partisi karbohidrat untuk pembentukan jaringan akar mengalami penurunan selama tanam–panen akhir seiring dengan peningkatan dosis pupuk N dan hal sebaliknya terjadi pada pembentukan senyawa nikotin. Partisi karbohidrat untuk pertumbuhan organ tanaman yang mempengaruhi hasil rajangan kering adalah partisi karbohidrat untuk pertumbuhan tajuk selama 0–30 hst dan 60 hst–panen akhir, batang selama 0–30 hst, daun selama 45 hst–panen akhir, dan pembentukan nikotin selama 45–60 hst. Adapun partisi karbohidrat yang mempengaruhi kadar nikotin adalah partisi karbohidrat untuk pembentukan nikotin selama 0–30 hst. Carbohydrate partitioning for plant growth determines dry slice yield and nicotine content of temanggung tobacco. Quantity of carbohydrate partitioning of each plant organs is influenced by genetic and environ-ment, including the N fertilizer. The research aims to determine the carbohydrate partitioning responses of temanggung tobacco to N fertilizer and their correlation with dry slice yield and nicotine content was conducted in the greenhouse of IToFCRI, Malang from March to August 2009. Treatment of 6 doses of fertilizer N (0, 1.62, 3.64, 4.86, 6.48, and 8.10 g N/plant, equivalent to 0, 30, 60, 90, 120, and 150 kg N/ha) arranged in a randomized block design and three replications. The results showed that carbohydrate partitioning of shoot growth during 0–60 days after planting (dap) decreased and during 60 dap–the end harvesting increased with increasing doses of fertilizer N, and vice versa for the root organs. In the shoot, carbohydrate partitioning of the stem during 0–30 dap increased and during 45 dap–the end harvesting decreased with increasing doses of fertilizer N. The opposite occurs in leaf organs. The carbohydrate partitioning of flower and sucker increased with increasing doses of fertilizer N. In root organs, carbohydrate partitioning to the formation of root tissue decreased during planting–the end harvesting with increasing doses of fertilizer N and the opposite occured in the formation of nicotine compounds. Carbohydrate partitioning to plant growth occured that influence dry slice yield were carbohydrate partitioning to shoot during 0–30 dap and 60 dap–the end harvesting, the stem during 0–30 dap, the leaf during 45 dap–the end harvesting, and the formation of nicotine during 45–60 dap. Carbohydrate partitioning to plant growth that affect nicotine levels was carbohydrate partitioning to the formation of nicotine during 0–30 dap.
Potensi Galur-Galur Harapan Wijen di Lahan Sawah Sesudah Padi Sudarmo, Hadi; Purwati, Rully Dyah; Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas yang dapat digunakan sebagai bahan baku aneka indus-tri dan minyak makan. Di Indonesia, wijen dibudidayakan di lahan kering pada musim penghujan dengan pro-duktivitas rata-rata pada tahun 2005 sebesar 420 kg. Peningkatan produksi wijen nasional dapat ditempuh dengan memperluas pengembangan wijen ke lahan sawah sesudah padi. Upaya tersebut perlu didukung dengan perakitan varietas unggul. Dari kombinasi hasil persilangan sudah terpilih 11 galur harapan, selanjutnya untuk mengetahui potensi hasil dan daya adaptasi galur-galur tersebut terhadap lingkungan, dilakukan uji multilokasi di tiga lokasi masing-masing tiga musim tanam. Pengujian menggunakan rancangan acak kelompok diulang tiga kali dengan ukuran petak 6 m x 8 m. Data hasil biji dianalisis ragam gabungan, untuk uji stabilitas mengikuti metode Eberhart dan Russell, dan untuk mengetahui daya adaptasi galur dilakukan ploting data menggunakan metode Finlay dan Wilkinson. Penelitian menghasilkan tiga galur unggul yang berpotensi hasil tinggi yakni 99002/7/3, 99001/9/1, dan 99003/11/10 dengan potensi hasil masing-masing 2.222 kg/ha, 1.933 kg/ha, dan 1.874 kg/ha. Galur 99002/7/3 dan 99001/9/1 beradaptasi umum di semua lingkungan, sedangkan galur 99003/11/10 beradap-tasi khusus pada lingkungan suboptimal. Delapan galur yang lain berpotensi hasil lebih rendah yaitu 99002/7/10 beradaptasi umum di semua lingkungan, sedangkan 99001/15/2, 99001/9/7, 99001/15/4, 99002/7/5, 99001/8/3, 99001/10/9, dan 99003/28/5 tidak mempunyai kemampuan adaptasi terhadap semua lingkungan. Sesame (Sesamum indicum L.) is a potential commodity that has essential as raw material for varying indus-try and edible oil. In Indonesia, sesame is commonly cultivated in dry land during rainy season with the pro-ductivity as much as 420 kg/ha in 2005. Increasing national sesame production can be reached by expand-ing the development area into the paddy fields after rice. To increase productivity, it has to be supported by high yielding varieties. Eleven promising lines had been selected for multilocation trials. This trial aimed to determine yield potential and adaptability of these promising lines on the environment. The multilocation trials were conducted at three locations and each on three seasons. The trials used a randomized block de-sign with three replications plot size was 6 m x 8 m. The yield was observed and analysed using combining analysis, then the stability of each line was further analysed using the method of Eberhart and Russell. To determine the lines adaptability, the data were plotted using the method of Finlay and Wilkinson. Result shows that there are three superior lines i.e. 9002/7/3, 99001/9/1, and 99003/11/10 which have potential produc-tion 2,222 kg/ha, 1,933 kg/ha and 1,874 kg/ha respectively, lines 99002/7/3 and 99001/9/1 common in all environments, whereas line 99003/11/10 was unstable and had a specific adaptability in suboptimal environments. Eight other lines that could potentially yield lower 99002/7/10 common in all environments, while 99001/15/2, 99001/9/7, 99001/15/4, 99002/7/5, 99001/8/3, 99001/10/9, and 99003/28/5 do not have the ability to adapt to all environments.
Hubungan Antara Fenologi Tanaman dengan Hasil dan Mutu Rajangan Kering Tembakau Temanggung Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil dan mutu tembakau temanggung merupakan hasil interaksi antara pengaruh genetik tanaman dan kondisi lingkungan tumbuh. Pada tembakau virginia, fenologi tanaman merupakan salah satu karakter gene-tik tanaman yang mempengaruhi hasil dan mutu, sedangkan pada tembakau temanggung belum banyak di-ketahui. Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi fenologi tanaman yang menjadi karakter ge-netik tanaman dan kaitannya dengan hasil dan mutu rajangan kering dilakukan di rumah kaca Balai Peneliti-an Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas), Malang sejak Maret–Agustus 2008. Sembilan kultivar tembakau temanggung disusun dalam rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan pada peubah saat muncul daun, daun berhenti meluas, daun dipanen, muncul bunga, pemangkasan, panen awal, dan panen akhir. Analisis stepwise digunakan untuk mengidentifikasi fenologi tanaman yang mempengaruhi hasil dan mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenologi tanaman yang mencakup lama waktu dari mun-cul daun sampai daun berhenti meluas, muncul daun sampai panen, daun berhenti meluas sampai panen, tanam sampai muncul bunga, tanam sampai pemangkasan, tanam sampai panen akhir, muncul bunga sam-pai panen akhir, pemangkasan sampai panen akhir, dan panen awal sampai panen akhir merupakan karak-ter genetik tanaman tembakau temanggung. Karakter fenologi utama yang mempengaruhi hasil rajangan ke-ring berurutan dari yang terbesar adalah lama waktu dari tanam sampai pemangkasan, muncul daun sampai daun berhenti meluas, tanam sampai panen akhir, panen awal sampai panen akhir, dan muncul bunga sam-pai panen akhir dengan total pengaruh sebesar 90,3%. Adapun karakter fenologi utama yang mempenga-ruhi mutu rajangan kering berurutan dari yang terbesar adalah lama waktu dari tanam sampai pemangkas-an, daun berhenti meluas sampai panen, muncul daun sampai daun berhenti meluas, tanam sampai panen akhir, dan panen awal sampai panen akhir dengan total pengaruh sebesar 84,7%. Yield and quality of temanggung tobacco are influenced by plant genetic and growth environmental factors. Plant phenology is one of genetic characters which affects on yield and quality of virginia tobacco. Plant phe-nology of temanggung tobacco is not yet well defined. The research, aimed to find plant phenology as gene-tic characters related to dry sliced yield and quality of temanggung tobacco, was conducted in glass house of Indonesian Tobacco Research and Fibre Crops Institute (IToFCRI) from March to August 2008. Nine cultivars of temanggung tobacco were arranged in randomized block design with three replications. Variables ob-served were leaf initiation, terminal leaf expansion, harvesting period, flowers initiation, and final harvesting. Stepwise analysis used to identify plant phenology which affect on yield and quality. The results showed that the phenology of plants that includes the length of time from leaf initiation to terminal leaf expansion, leaf initiation to harvesting period, terminal leaf expansion to harvesting period, planting to flowers initiation, planting to pruning, planting to final harvesting, flowers initiation to final harvesting, pruning to final har-vesting, and first harvesting to final harvesting were genetic characters of temanggung tobacco. The main phenological characters that affect on dry sliced yield sorted from the largest is the length of time from planting to pruning, leaf initiation to terminal leaf expansion, planting to final harvesting, first harvesting to final harvesting, and flowers initiation to final harvesting with total effect of them was 90.3%. The main phe-nological characters that affect on quality of dry slice sorted from the largest is the length of time from planting to pruning, terminal leaf expansion to harvesting period, leaf initiation to terminal leaf expansion, planting to final harvesting, and first harvesting to final harvesting with total effect of them was 84.7%.
Karakter Agronomi yang Berpengaruh Terhadap Hasil dan Mutu Rajangan Kering Tembakau Temanggung Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil dan mutu tembakau temanggung merupakan hasil interaksi pengaruh genetik tanaman dan kondisi ling-kungan tumbuh. Pada tembakau virginia, peubah-peubah agronomi tanaman merupakan karakter genetik ta-naman yang mempengaruhi hasil dan mutu. Pada tembakau temanggung, hal ini belum diketahui. Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh peubah agronomi sebagai karakter genetik tembakau temanggung dan ka-itannya dengan hasil dan mutu rajangan kering dilakukan di rumah kaca Balittas, Malang sejak Maret–Agus-tus 2008. Sembilan kultivar tembakau temanggung disusun dalam rancangan acak kelompok yang diulang ti-ga kali. Pengamatan dilakukan terhadap peubah agronomi yang dimulai pada saat pemangkasan sampai pa-nen akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah agronomi yang meliputi tinggi tanaman, sudut daun, luas daun, jumlah daun, bobot spesifik daun, luas daun per helai, bobot kering tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar, rasio tajuk/akar, bobot kering batang, bobot kering daun, bobot kering bunga, dan bobot kering tunas samping merupakan karakter genetik tembakau temanggung. Karakter agronomi tersebut mem-pengaruhi hasil dan mutu rajangan kering dengan total pengaruh masing-masing sebesar 92,8% dan 76,7%. Lima karakter agronomi utama yang mempengaruhi hasil rajangan kering adalah luas daun per helai, jumlah daun, bobot spesifik daun, tinggi tanaman, dan bobot kering daun dengan total pengaruh sebesar 89,4%. Adapun lima karakter agronomi utama yang mempengaruhi mutu rajangan kering adalah luas daun, rasio tajuk/akar, bobot kering tanaman, bobot kering bunga, dan tinggi tanaman dengan total pengaruh sebesar 75,7%. The yield and quality of temanggung tobacco are influenced by plant genetic and growth environmental. In virginia tobacco, plant agronomic variables were genetical characteristics determining yield and quality. The effect of agronomical characteristic on yield and quality of temanggung tobacco is not yet well defined. The research which aim to find plant agronomical variables as genetic characters and its relationship on dry slice and quality of temanggung tobacco, was conducted in glass house of IToFCRI, Malang from March–August 2008. Nine cultivars of temanggung tobacco were arranged in randomized block design and three replica-tions. The results showed that agronomic variables i.e. plant height, leaf angle, leaf area, number of leaf, spe-cific leaf weight, leaf area per strand, plant dry weight, shoot dry weight, root dry weight, shoot/root ratio, bast dry weight, leaf dry weight, flower dry weight, and sucker dry weight were genetic characters of temang-gung tobacco, which had effect on yield and quality with total effect of them were 92.8% and 76.7% res-pectively. Leaf area per strand, number of leaf, specific leaf weight, plant height, and leaf dry weight were agronomical characteristics which had significant effect on dry slice yield of 89.4%. Leaf area, shoot/ root ra-tio, plant dry weight, flower dry weight, and plant height were agronomical characteristics which had signi-ficant effect on quality of 75.7%.
Skrining Provenan Jarak Pagar Terpilih di Beberapa Agroekosistem Sudarmo, Hadi; Mahfud, Moch.; Djumali, .; Pranowo, Dibyo; S.W., Tukimin
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 2, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan jarak pagar sebagai bahan bakar nabati (BBN) memerlukan bahan tanam yang unggul. Se-leksi rekuren sederhana terhadap populasi hasil eksplorasi dari beberapa daerah telah menghasilkan tiga po-pulasi unggul, yaitu IP-1A, IP-1M, dan IP-1P yang diprediksi mempunyai potensi produksi 45 ton per ha/ta-hun mulai tahun ke-4. Namun demikian populasi terpilih tersebut apabila dibudidayakan oleh petani secara sederhana, nilai ekonomis hasilnya belum menguntungkan. Penelitian skrining provenan ini dalam rangka mendukung pengembangan varietas unggul jarak pagar berproduktivitas tinggi dan berkadar minyak tinggi. Penelitian ini diawali pada tahun 2007, berlokasi di 3 tempat yaitu Kebun Percobaan (KP) Asembagus, KP Muktiharjo, dan KP Pakuwon. Genotipe yang diskrining sebanyak 20 provenan terdiri atas 17 genotipe yang berasal dari provenan terpilih yaitu HS-49/NTT, SP-16/Sulsel, SP-8/Susel, NTB-2555, NTB-554, NTB-3189, NTB-3052, NTB-575, Puncu/Jatim, PT-3/Lampung, PT-7/Lampung, PT-13/Lampung, PT-14/Lampung, PT-15/Lampung, PT-18/Lampung, PT-26/Banten, PT-33/Lampung, dan 3 populasi terpilih hasil seleksi masa ya-itu IP-1A, IP-1M, IP-1P, yang digunakan sebagai pembanding. Perlakuan disusun dalam rancangan acak ke-lompok dengan ulangan 3 kali. Setiap perlakuan ditanam dalam petak berukuran 10 m x 8 m dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Hasil skrining provenan terpilih jarak pagar di Asembagus, Muktiharjo, dan Pakuwon ada-lah tiga provenan yang berpotensi produksi dan berkadar minyak tinggi, yaitu HS-49, NTB-3189, dan PT-7/Lampung. Ketiganya memiliki potensi produksi pada tahun 2009 masing-masing 1.150,70 kg; 1.113,30 kg; 1.064,60 kg/ha/th dan kadar minyak 37,66%; 35,39%; dan 35,84%. The main problem in developing physic nut as a source of biofuel is unavailability of the superior plant mate-rials. Recurent selection of collected physic nut population found three superior provenances i.e., IP-1A, IP-1M, and IP-1P which have been predicted to have production potency of 45 tones/ha/year in fourth year onwards. However, if selected provenances are cultivated with a simple crop management it would not give economically profitable. Therefore, it needs to develop high yield and oil varieties. Screening of selected pro-venances was started 2007 in three Research Stations (RS) Asembagus, Muktiharjo, and Pakuwon, with dif-ferent agroecosystem. The screened genotypes were: HS-49/NTT, SP-16/Sulsel, SP-8/Susel, NTB-2555, NTB-554, NTB-3189, NTB-3052, NTB-575, Puncu/Jatim, PT-3/Lampung, PT-7/Lampung, PT-13/Lampung, PT-14/Lampung, PT-15/Lampung, PT-18/Lampung, PT-26/Banten, PT-33/Lampung, and three of mass se-lected: IP-1A, IP-1M, IP-1P as comparison. This research used randomized block design with three replica-tions. Results showed that three provenances: HS-49, NTB-3189, and PT-7/Lampung have superior potential production and oil content in those three locations. The potential production and oil content of HS-49, NTB-3189, and PT-7/Lampung in 2009 were 1,150.70 kg; 1,113.30 kg; 1,064.60 kg/ha/year; and 37.66%; 35.39%; 35,84% respectively.
Karakter Tanaman Tembakau Temanggung yang Berpengaruh Terhadap Hasil dan Mutu Rajangan Kering Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan hasil dan mutu rajangan kering tembakau temanggung dapat dilakukan bila telah diketahui ka-rakter tanaman yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering. Penelitian yang bertujuan untuk menentukan karakter utama tembakau temanggung yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang pada Oktober−Desember 2010. Lima karakter fisiologis utama, lima karakter fenologis utama, dan lima karakter pertumbuhan tanaman uta-ma, hasil, dan mutu rajangan diambil dari data base penelitian tahun 2008. Analisis regresi linier berganda langkah mundur dilakukan untuk menentukan karakter utama yang mempengaruhi hasil dan mutu rajangan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 karakter utama tembakau temanggung yang mem-pengaruhi hasil rajangan kering dan 8 karakter utama yang mempengaruhi mutu rajangan kering. Keenam karakter utama yang mempengaruhi hasil rajangan kering mulai dari yang paling besar pengaruhnya secara verturut-turut adalah partisi karbohidrat untuk pertumbuhan tajuk pada 0−30 hst, bobot kering daun, jum-lah satuan panas dari daun muncul−daun berhenti meluas, jumlah satuan panas dari panen pertama−pa-nen akhir, jumlah satuan panas dari berbunga−panen akhir, dan tinggi tanaman. Dari keenam karakter uta-ma tersebut, partisi karbohidrat untuk pertumbuhan tajuk pada 0−30 hst, jumlah satuan panas dari panen pertama−panen akhir, dan jumlah satuan panas dari berbunga−panen akhir berpengaruh negatif terhadap hasil rajangan kering, sedangkan yang lainnya berpengaruh positif. Adapun kedelapan karakter utama yang mempengaruhi mutu rajangan kering mulai dari yang paling besar pengaruhnya secara berturut-turut adalah partisi karbohidrat untuk pembentukan nikotin dan pertumbuhan tajuk pada 60 hst−panen akhir, partisi kar-bohidrat untuk pertumbuhan tajuk pada 30−45 hst, jumlah satuan panas dari tanam−pemangkasan, partisi karbohidrat untuk pertumbuhan daun pada 0−30 hst, jumlah satuan panas dari daun berhenti meluas−daun dipanen, partisi karbohidrat untuk pertumbuhan bunga, dan tinggi tanaman. Dari kedelapan karakter utama tersebut, partisi karbohidrat untuk pembentukan nikotin pada 60 hst−panen akhir dan untuk tajuk pada 30− 45 hst serta jumlah satuan panas dari daun berhenti meluas−daun dipanen berpengaruh positif terhadap mutu rajangan kering, sedangkan yang lainnya berpengaruh negatif. Yield and quality of dry sliced temanggung tobacco could increase when the plant characters which affect them have been identified. The aim of the research was to identify the important plant characters which affect yield and quality of dry sliced temanggung tobacco. The experiment was conducted at Indonesian To-bacco and Fiber Crops Research Institute (IToFCRI), Malang from October to December 2010. A data base of the research result in 2008 was used as data source for five physiological characters, five phenological characters, five plant growth characters, dry sliced yield, and quality. Backward stepwise analysis was used to determine the important plant characters wich affect the dry sliced yield and quality. The results showed that the were six important characters that affected dry sliced yield and eight main characters affected dry sliced quality. The six characters that affected dry sliced yield sorted from the largest were carbohydrate partitioning for shoot growth in 0−30 dap, leaf dry weight, total heat unit from leaf initiation to harvesting period, total heat unit from first harvesting to final harvesting, total heat unit from flowers initiation to final harvesting, and plant height. The carbohydrate partitioning for shoot growth in 0−30 dap, total heat unit from first harvesting to final harvesting, and total heat unit from flowers initiation to final harvesting had ne-gative effect on dry sliced yield, and the others had positive effects. The eight characters that affected dry sliced quality sorted from the largest were carbohydrate partitioning for nicotine formation and the shoot growth from 60 dap−final harvesting, carbohydrate partitioning for shoot growth in 30−45 dap, total heat unit from planting to topping, carbohydrate partitioning for leaf growth in 0−30 dap, total heat unit from ter-minal leaf expansion to harvesting period, carbohydrate partitioning for the flower growth, and plant height. The carbohydrate partitioning for nicotine formation from 60 dap−final harvesting, carbohydrate partitioning for shoot growth in 30−45 dap, and total heat unit from terminal leaves expansion to leaf harvest had posi-tive effect on dry sliced quality and the others had negative effect.
Pengaruh Kondisi Ketinggian Tempat Terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung Nurnasari, Elda; Djumali, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 2, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tembakau temanggung banyak dibudidayakan pada daerah pegunungan, terutama di lereng Gunung Sum-bing dan Gunung Sindoro. Untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap produksi dan mutu tem-bakau temanggung maka dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pro-duksi dan mutu tembakau temanggung. Percobaan pot dilakukan di Kabupaten Temanggung-Jawa Tengah, pada bulan Maret–Agustus 2008 dengan 3 perlakuan lokasi tumbuh yang mempunyai perbedaan elevasi tempat, yakni (1) Desa Tlilir berelevasi 1395 m dpl, (2) Desa Wonotirto berelevasi 1245 m dpl, dan (3) Desa Sunggingsari berelevasi 880 m dpl dengan media tanah yang sama (seri Wonotirto). Perlakuan disusun da-lam rancangan tersarang dengan 9 ulangan, dimana ulangan tersarang dalam perlakuan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa lokasi tumbuh mempengaruhi produksi dan kadar nikotin tembakau yang dihasilkan. Produksi rajangan kering tertinggi (28,3 g/tanaman) diperoleh dari tembakau yang ditanam di Desa Wono-tirto sedangkan kadar nikotin tertinggi (6,24%) diperoleh Desa Tlilir. Perbedaan lokasi tumbuh diikuti oleh perbedaan unsur-unsur lingkungan (temperatur udara, kelembapan udara relatif, curah hujan, dan jumlah hari hujan) selama masa hidup tanaman. Unsur lingkungan yang mempengaruhi produksi adalah temperatur udara, kelembapan relatif, curah hujan, dan jumlah hari hujan. Adapun unsur lingkungan yang mempenga-ruhi kadar nikotin adalah elevasi tempat, temperatur udara, dan kelembapan relatif. Temanggung tobacco is cultivated in highly areas, especially at Sumbing and Sindoro mountainside. To de-termine the effect of land elevation on yield and quality of temanggung tobacco, experiment had been con-ducted at different land elevation. Pot experiment was conducted in the Temanggung Regency-Central Java, on March–August 2008 with 3 treatments of growth location which has different site altitude, that is (1) Tlilir with site altitude 1395 m above sea level (asl), (2) Wonotirto with site altitude 1245 m asl, and (3) Sung-gingsari with site altitude 880 m asl with the same soil (Wonotirto series). The treatments were arranged in nested design with nine replications, which the replications were nested in the treatment. Result showed that growth location affect on yield and nicotine content. The highest production of dried sliced (28.3 g/ plant) was obtained in Wonotirto while the highest nicotine content (6.24%) was obtained in Tlilir. Differences in growth location followed by the difference of the environmental elements (air temperature, relative humi-dity, rainfall, and number of rainy days) during the lifetime of the plant. Environmental element that affect the production is the air temperature, relative humidity, rainfall, and number of rainy days. The environmen-tal elements that affect the nicotine content is the site altitude, air temperature, and relative humidity.