The first week of postpartum is an important period in breastfeeding. Proper feeding practices are very important for the survival, growth, development and health of babies. The habit of parents to provide prelacteal food early can inhibit the provision of colostrum and the continued process of breastfeeding. This study aims to determine the factors that influence early pretreatment feeding at the Jatinegara District Health Center. The design of this study was cross sectional, with a sample size of 95 nursing mothers who had babies aged 0-7 days. Socio-cultural factors can reduce the incidence of premature pre-feeding. Mothers who do not get socio-cultural support are 4.1 times more likely to be able to provide prelacteal food early to their babies, after controlling for education variables, economic status, frequency of antenatal visits and maternal knowledge (p-value = 0.014; 95% CI = 1% , 3-12.4). It is hoped that the government will focus more on the implementation of health promotion regarding exclusive breastfeeding with an approach to local culture, and health workers are expected to conduct home visits to the community to monitor the presence of inappropriate local cultures for postpartum mothers, breastfeeding mothers and newborns. Keywords: exclusive breastfeeding; premature pre-treatment; breastfeeding mothers ABSTRAK Minggu pertama postpartum merupakan periode penting dalam menyusui. Praktik pemberian makanan yang benar sangatlah penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi. Kebiasaan orang tua untuk memberikan makanan prelakteal secara dini dapat menghalangi pemberian kolostrum dan kelangsungan proses menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pemberian makanan prelakteal secara dini di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan ukuran sampel 95 ibu menyusui yang memiliki bayi berusia 0-7 hari. Faktor sosial budaya dapat menurunkan kejadian pemberian makanan prelakteal dini. Ibu yang tidak mendapatkan dukungan sosial budaya berpeluang 4,1 kali lebih besar untuk dapat memberikan makanan prelakteal secara dini kepada bayinya, setelah dikontrolnya variabel pendidikan, status ekonomi, frekuensi kunjungan antenatal dan pengetahuan ibu (p-value=0,014; CI 95%= 1,3-12,4). Diharapkan pemerintah lebih memfokuskan pelaksanaan promosi kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif dengan pendekatan kepada budaya lokal, dan tenaga kesehatan diharapkan melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat untuk memantau adanya budaya lokal yang kurang tepat bagi ibu nifas, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Kata kunci: ASI eksklusif; prelakteal dini; ibu menyusui