Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Efek Program Video Oberseved Therapy (VOT) Terhadap Kepatuhan Treatment Pada Penderita Tuberculosis Devita Anugrah Anggraini; Meira Erawati; Andrew Johan
JURNAL ILKES : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 12 No 2 (2021): Jurnal Ilkes (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : STIKES Karya Husada Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35966/ilkes.v12i2.213

Abstract

Introduction : The government recommended the Directly Observed Therapy (DOTS) program to adjust the treatment of tuberculosis. The rapid used of mobile phones provides access to health programs in the community. Video Observed Therapy (VOT) may be effective as a medium of communication with health care providers who can assisted and supported patients to completed TB treatment care that requires ongoing commitment from remoted observation. This review is to found out the implementation of the Video Observed Therapy (VOT) program on Treatment Compliance in Tuberculosis Patients. Method: The method used is Scoping review through 11 articles in the span of 8 years 2012 and 2020. Results and discussion: Based on the results of data analysis and discussion of the above research regarding the application of nursing research related to the therapeutic video observation (VOT) program in improving tuberculosis treatment adherence. So it should be said that the results of the study are to proved that the VOT program has the potential as an observation of treatment programs (DOT) and should improved patient compliance in TB treatment and other results such as from the aspect of acceptability, as well as the feasibility of costs. Conclusion: Patient adherence to the tuberculosis treatment program could be improved through DOTS observation used video intervention therapy observation.
Analisis Mutasi Gen SRY dan AZF serta Fungsi Gonad pada Penderita 46,XY Disorder of Sex Development (DSD) Meira Erawati; Tri Indah Winarni; Ahmad Zulfa Juniarto; Ardy Santosa; Sultana MH Faradz
Jurnal Ilmu Kedokteran Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Ilmu Kedokteran
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.535 KB) | DOI: 10.26891/JIK.v5i1.2011.49-55

Abstract

Disorder of sex development (DSD) includes congenital conditions in which development of chromosomal,gonadal or anatomy of urogenital is atypical. SRY and AZF genes have relationships with sex development andfertility in 46,XY DSD patients. Therefore, the condition of those genes and gonadal function on 46,XY DSD patientsare needed to be explored deeply. The aim of this study was to know the incident number of SRY and AZF genes andgonadal function of 46,XY DSD patients. So that it can be used as one of basic analyses of DSD and infertility statuson 46,XY DSD patients .Methods: This is an observational descriptive study with cross sectional approach. This study involved 36 patientsthat fulfilled the criteria of 46,XY DSD. The DNA of each sample was analyzed by PCR electrophoresis. The data ofhCG stimulation test were obtained from secondary data of patient’s medical record.Results: A hundred percent (100%) of 36 samples did not have deletion on their SRY gene. About 22,22% of sampleshad AZFa gene deletion especially on STS sY84. There were 19,44% samples that showed negative response to hCGstimulation test. Chi square test showed that AZFa deletion did not have relation with gonadal response positifity on46,XY DSD patients.Conclusion: Patients of 46,XY DSD need to be evaluated for their fertility especially on the sperm analysis afterreaching puberty period. It is done to patients with positive or negative gonadal responses to know whether infertilityis influenced by AZF gene or other factors.
Analisis Pola Sidik Jari pada Penderita Tuna Grahita di Sekolah Luar Biasa Meira Erawati
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2011: PROSEDING SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN PPNI JATENG
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.259 KB)

Abstract

Latar belakang - Penderita tuna grahita akan dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal apabila mendapatkan penanganan sejak dini. Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah bahwa anak penderita tuna grahita biasanya dikenali mengalami tuna grahita ketika anak masuk usia sekolah. Metode deteksi dini menjadi kebutuhan dunia kesehatan untuk dapat mengenali gangguan perkembangan pada anak sejak dini. Studi tentang pola sidik jari dapat digunakan sebagai alternative untuk melihat kemungkinan tuna grahita pada diri seseorang sejak dini karena kekhasan dari sidik jari pada setiap orang. Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara pola sidik jari anak penderita tuna grahita dengan anak normal, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif diagnosis pelengkap gangguan perkembangan anak sejak dini. Metode - Penelitian deskriptif komparasi yang melibatkan 30 responden siswa SLB dan 29 responden siswa SD dengan melihat perbedaan pola sidik jari tangan kanan dan tangan kiri baik pada anak penderita tuna grahita maupun anak normal. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan pola sidik jari loop, wharl, dan arch. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Hasil - Tidak ada perbedaan yang bermakna antara pola sidik jari pada penderita tuna grahita dengan sidik jari pada anak normal, dengan nilai(p>0,05). Diskusi - Tuna grahita seringkali merupakan salah satu tanda dan gejala pada sindrom tertentu. Pola sidik jari pada anak dengan sindrom tertentu yang ditandai dengan tuna grahita, besar kemungkinan memperlihatkan pola sidik jari tertentu. Munculnya pola sidik jari arch pada diri seseorang perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius akan kemungkinan kesulitan belajar atau masalah lain pada individu tersebut. Rekomendasi - Gambaran pola sidik jari tidak dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan seorang anak akan menderita tuna grahita atau tidak tanpa disertai dengan tes yang lain. Kata Kunci - Pola sidik jari, Tuna grahita
KOMBINASI MUSIK GAMELAN SERTA SENAM LANSIA UNTUK LANSIA DENGAN HIPERTENSI Yuli Mulyawati; Meira Erawati
Jurnal Keperawatan Komunitas Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Keperawatan Komunitas
Publisher : Jurnal Keperawatan Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.054 KB)

Abstract

Indonesia pada tahun 1990- 2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%, suatu angka paling tinggi diseluruh dunia. Usia lanjut membawa konsekuensi meningkatnya berbagai penyakit kardiovaskuler, salah satunya adalah hipertensi yang sering disebut the silent killer. Data tekanan darah di bulan November- Desember 2011 diperoleh bahwa sekitar 60% dari 115 lansia di Unit Rehabilitasi SosialPucanggading Semarang menderita hipertensi. Kombinasi dari terapi musik dan senam lansia merupakan salah satu penanganan non farmakologi untuk hipertensi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keefektifan kombinasi musik gamelan laras pelog dan slendro serta senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental denganrancangan penelitian one group (pretest- posttest) design. Penelitian dilakukan pada 20 responden melalui teknik purposive sampling pada bulan Februari 2012 di Unit Rehabiltasi Sosial Pucanggading Semarang.Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tekanan darah secara langsung. Analisis hasil penelitian menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan adanya penurunan tekanandarah sistol dan diastol yang signifikan (p value 0.0001) dengan taraf  kesalahan (α) 0.05 yaitu dari 163,25 mmHg menjadi 146,75 mmHg dan dari 100,50 mmHg menjadi 89,25 mmHg. Kombinasi musik gamelan laras pelog dan slendro serta senam lansia efektif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Terapi ini direkomendasikan bagi dunia keperawatan sebagai salah satu alternatif dari keperawatan holistik dalam penanganan hipertensi pada lansia.
Gambaran Perkembangan Komunikasi Anak Cornelia de Lange Syndrome (CdLS) Tri Retno Indah Susanti; Meira Erawati; Dwi Retno Nurniningsih
Jurnal Ilmu Keperawatan Anak Vol. 2 No. 1 (2019): Mei 2019
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.357 KB) | DOI: 10.32584/jika.v2i1.179

Abstract

Cornelia de Lange Syndrome (CdLS) adalah gangguan perkembangan multisistem yang dikaitkan dengan gangguan kognitif, malformasi dan gangguan wajah internal yang khas. Gangguan perkembangan yang terjadi pada Cornelia de Lange Syndrome (CdLS) adalah keterampilan berbahasa dan berbicara. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat peningkatan perkembangan komunikasi anak Sindrom Cornelia de Lange (CdLS) setelah diberi intervensi  play therapy dan terapi wicaradengan menggunakan media gambar dan warna. Metodologi penelitian ini menggunakan desain studi kasus. Alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa menggunakan DENVER II. Berdasarkan hasil penelitian pada 9 November 2018, anak berusia 3 tahun, 9 bulan, 3 hari dengan diagnosis medis Sindrom Cornelia de Lange (CdLS) dengan keluhan anak belum bisa bicara. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan terdapat bentuk khas yaitu alis mata menyatu ditengah, bulu mata panjang, terdapat juga kriteria minor. Hasil pemeriksaan DENVER II dari bahasa, anak masih seperti anak usia 18 bulan.  Berdasarkan hasil evaluasi setelah 1 bulan tindakan keperawatan dan kolaborasi dengan terapis, telah terjadi peningkatan komunikasi anak.Kata kunci: Cornelia de Lang Syndrome, Peningkatan perkembangan, terapi wicara.Description of Communication Development in Children with Cornelia De Lange Syndrome (Cdls)AbstractCornelia de Lange Syndrome (CdLS) is a multisystem developmental disorder that is associated with cognitive impairments, malformations and internal and typical facial disorders. Developmental disorders that occur in Cornelia de Lange Syndrome (CdLS) are language skills and speech. The purpose of this study was to see the speed of communication development of children of Cornelia de Lange Syndrome (CdLS), after being given an intervention. Improve conversation by using play therapy using image and color media. The methodology of this research uses case study design. The tool used to measure the ability language use the DENVER II. Based on the results of the study on November 9, 2018, children aged 3 years, 9 months, 3 days with a medical diagnosis of Cornelia de Lange Syndrome (CdLS) were obtained with a comparison of children unable to speak. From the results of physical examination, there are typical forms, namely spies in the middle, long eyelashes, also there are minor criteria. The results of DENVER II examination of various children's languages are still like 18 months old children. Based on the evaluation results after 1 month of nursing actions and collaboration with the therapist, there has been an increase in communication of children with Cornelia de Lange Syndrome (CdLS).Key words: Cornelia de Lang Syndrome, Increased development, Speech therapy
IBM Aplikasi “Interactive Smart Board” untuk Pendidikan Kesehatan Siswa Taman Kanak-Kanak di Wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Meira Erawati; Natalia Ratna Yulianti
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (820.945 KB)

Abstract

Guru Taman Kanak-Kanak di wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan terhadap anak didiknya ketika masa pendaftaran anak sekolah. Namun data yang sudah ada tersebut berakhir dalam buku induk anak yang tidak ada tindak lanjutnya. Sementara itu, guru merasa tidak tahu harus melakukan apa bila mendapati anak didiknya yang memperlihatkan penyimpangan dalam perkembangannya. Masalah kesehatan yang menjadi masalah utama bagi anak-anak usia prasekolah menjadi perhatian bagi guru di Taman Kanak-Kanak. Namun pengetahuan dan fasilitas yang tidak memadai seringkali membuat para guru kesulitan untuk menanamkan perilaku sehat bagi anak didiknya. Pelatihan deteksi, analisis dan stimulasi tumbuh kembang anak usia prasekolah bagi guru Taman Kanak-kanak di wilayah Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Pelatihan pemanfaatan “interactive smart board” bagi para guru taman kanak-kanak di wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Pendistribusian interactive smart board kepada setiap sekolah Taman Kanak-Kanak di wilayah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Pelatihan deteksi, analisis dan stimulasi tumbuh kembang anak usia prasekolah bagi guru Taman Kanakkanak di wilayah Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang dan pemanfaatan “interactive smart board” dilaksanakan selama 2 hari yaitu tanggal 6 dan 7 April 2016. Pelatihan ini diikuti oleh 16 peserta yang masingmasing merupakan utusan dari taman kanak-kanak dimana peserta mengajar. Pelatihan ini menghasilkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru Taman kanak-kanak dalam melakukan deteksi, analisis dan stimulasi tumbuh kembang bagi anak usia prasekolah. Peserta pelatihan juga merasakan kemudahan dalam menggunakan thematic interactive smart board untuk pendidikan kesehatan bagi anak didiknya.