Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGUASAAN PERIBAHASA SUNDA OLEH PENUTUR SUNDA DI KECAMATAN LURAGUNG, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT Sugeng Riyanto; Tatang Suparman; Wagiati Wagiati
SUAR BETANG Vol 13, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v13i1.73

Abstract

Peribahasa Sunda merupakan kumpulan kearifan lokal yang tersimpan rapi dalam bahasa, terutama berisi nasihat dan contoh pekerti yang baik. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan membuktikan bahwa bahasa Sunda, melalui peribahasa, berperan penting dalam menyumbang kearifan bangsa. Penelitian ini berancangan kualitatif dengan data yang dikuantifikasi. Penelitiannya berupa penelitian lapangan. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Data dikumpulkan dari dua belas pembahan yang berbahasa pertama Sunda dan berumur antara 13 tahun dan 47 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan muda jauh lebih sedikit menguasai peribahasa daripada informan dewasa. Semua informan menganggap penting untuk mengetahui peribahasa Sunda, tetapi disayangkan bahwa generasi muda kurang memiliki kesempatan untuk mempelajarinya dan antara lain juga terdesak oleh bahasa Indonesia. Semua informan bangga pada bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sebagai penyimpan kebudayaan(The Mastery of Sundanese Proverbs by Sundanese Speakers in Luragung Sub-district, Kuningan District, West Java Province)Sundanese proverb is a collection of local wisdom stored neatly in the language, especially containing advice and examples of good character. This research aims to prove that Sundanese language, through proverbs, plays an important role in contributing to the wisdom of the nation. This qualitative research is a field research. The research location is in Luragung District, Kuningan Regency, West Java Province. The data were collected from twelve first language speakers of Sundanese language between 13 years and 47 years old. The results show that younger informants fewer master proverbs than adult informants. All informants considered it is important to know the Sundanese proverb but regretted that the younger generation lacked the opportunity to learn it and among other things also pressed by the Indonesian language. All informants are proud of Sundanese as a regional language and as a cultural store.
TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA PROSES KELAHIRAN DENGAN TEKNIK HIPNOSIS (HYPNOBIRTHING) Angga Sekarsany; Nani Darmayanti; Tatang Suparman
Metahumaniora Vol 10, No 1 (2020): METAHUMANIORA, APRIL 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v10i1.26607

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi serta mengetahui penanda tindak tutur ilokusi yang terjadi pada tuturan bidan kepada pasiennya dalam proses kelahiran dengan teknik hipnosis (hypnobirthing). Pada penelitian kali ini penulis akan menganalisis jenis dan penanda tindak tutur ilokusinya. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teori yang dikembangkan oleh Jhon R. Searle. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan menggunakan teknik simak catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 32 data yang dianalisis, terdapat 3 jenis tindak tutur ilokusi, yaitu asertif, direktif, dan ekspresif. Di samping itu, ditemukan penanda dalam jenis tindak tutur ilokusi dengan jumlah 45 penanda yang terdiri dari adjektiva, adverbia, frasa adjektival, frasa nominal, frasa preposisional, frasa verbal, kategori fatis, nomina, pronomina, verba, dan verba kopula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses kelahiran dengan teknik hipnosis (hypnobirthing), seorang bidan memanfaatkan tindak tutur ilokusi dalam strategi tuturannya. Dalam hal tersebut seorang bidan dominan menggunakan tindak tutur asertif dan direktif serta penanda tindak tutur ilokusi yang dominan merupakan verba.
Nama Permainan Tradisional Sunda di Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung: Suatu Kajian Geolinguistik Tatang Suparman
Metahumaniora Vol 8, No 1 (2018): METAHUMANIORA, APRIL 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v8i1.18872

Abstract

AbstrakJudul makalah hasil penelitian ini adalah “Nama Permainan Tradisionaldi Kabupaten Bandung: Kajian Geolinguistik”. Metode yang digunakan dalampenelitian ini bersifat deskriptif dengan objek penelitian di sembilan titik pengamatandi Kabupaten Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikannama permainan tradisional yang ada di Kab. Bandung. (2) Mendeskripsikanvariasi fonetis pada nama permainan tradisional Sunda. (3) Mendeskripsikan variasileksikal pada nama permainan tradisional Sunda. Hasil penelitian di sembilantitik pengamatan menunjukkan bahwa di Kabupaten Bandung ditemukan 26 jenispermainan tradisional yang populer dan di kenal di masyarakat, yaitu (1) Ucingsumput, (2) Boy-boyan, (3) Oray-orayan, (4) Sondah, (5) Kelereng, (6) Jajangkungan,(7) Loncat tinggi, (8) Congkak, (9) Kewuk, (10) Gagarudaan, (11) Ular tangga, (12)Dam-daman, (13) Gatrik, (14) Hompimpa, (15) Ngadu muncang, (16) Perepet jengkol,(17) Benteng, (18) Kobak, (19) Gasing, (20) Perepet jengkol, (21) Katapel, (22) Sorodotgaplok, (23) rorodaan, (24) kelom batok, (25) bedil jepret, dan (26) anjang-anjangan.Seluruh permainan tradisional tersebut berdasarkan kajian geolinguistik diketahuimemiliki variasi yang digolongkan ke dalam 10 variasi fonetis dan 13 variasi leksikalyang berbeda di beberapa titik pengamatan.Kata kunci: geolinguistik, nama permainan tradisional, Bandung, SundaAbstractThe title of this research paper is “The Name of Traditional Games in BandungRegency: Geolinguistic Studies”. The method used in this research is descriptive with theobject of research at nine points of observation in Bandung regency. The purpose of thisstudy are (1) Describe the name of traditional games in Kab. Bandung. (2) Describe phoneticvariations on the name of traditional Sundanese games. (3) Describe lexical variations on thename of traditional Sundanese games. The results of the research at nine points of observationindicate that in Bandung regency found 26 types of traditional games are popular and knownin the community, namely (1) Ucing Sumput, (2) Boy-boyan, (3) Oray-orayan, (4) Sondah,(7) Loncat Tinggi, (8) Congkak, (9) Kewuk, (10) Gagarudaan, (11) Snake ladder, (12) Damdaman,(13) Gatrik, ( 14) Hompimpa, (15) Ngadu muncang, (16) Perepet Jengkol, (17)Benteng, (18) Kobak, (19) Gasing, (20) Perepet Jengkol, (21) Katapel, (22) Sorodot gaplok,(23) rorodaan, (24) kelom batok, (25) bedil jepret, and (26) anjang-anjangan. All of thesetraditional games based on geolinguistic studies are known to have variations classified into10 phonetic variations and 13 different lexical variations at several points of observation.Keywords : Geolinguistic Studies, The Name of Traditional Games, Bandung, Sunda