This Author published in this journals
All Journal JURNAL WALENNAE
Bernadeta AKW
Balai Arkeologi Sulawesi Selatan

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

WADAH KUBUR ERONG DI TANAH TORAJA: TRADISI TEKNO-RELIGI MEGALITIK Bernadeta AKW
WalennaE Vol 1 No 2 (1998)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2128.882 KB) | DOI: 10.24832/wln.v1i2.49

Abstract

Erong yang di kenal luas di tanah toraja merupakan kuburan keluarga, oleh sebab itu dalam satu erong dapat di tempatkan beberapa mayat yang berasal dari satu keluarga atau marga. Erong dalam kedudukannya sebagai wadah kubur, secara artefaktual dapat dianalisis dari erbagai aspek, yaitu fungsi, tipologi, teknologi dan simbol. Berikut ini akan dijelaskan menegnai gambaran singkat tentang tipologi erong di Tana Toraja. 
BENTUK-BENTUK WADAH KUBUR KAYU DI SULAWESI SELATAN DAN TENGGARA Bernadeta AKW
WalennaE Vol 2 No 1 (1999)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1906.075 KB) | DOI: 10.24832/wln.v2i1.68

Abstract

Penelitian ini bersifat deskriftif yang memberikan gambaran terkait bentuk-bentuk wadah kubur kayu di sulawesi selatan dan Tenggara. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi beberapa bentuk wadah kubur kayu seperti bentuk, babi, rumah adat, perahu, kerbau, kuda, bentuk bulat dan bentuk persegi empat panjang. Dengan mempelajari bentuk-bentuk wadah kubur yang ada, dapat disimpulkan bahwa tradisi penguburan menggunakan wadah kayu adalah kelanjutan dari tradisi megalitik, bentuk penguburan yang dilakukan adalah penguburan kedua disertai dengan bekal kubur dan bentuk-bentuk wadah kubur yang bervariasi tidak lain di dorong oleh latar belakang kepercayaan, adaptasi dengan lingkungan serta pengalaman sehari-hari dan pengalaman batin mereka.
AKTUALISASI POLA HIAS PRASEJARAH DALAM KONTEKS MASA KINI Bernadeta AKW
WalennaE Vol 5 No 1 (2002)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1950.564 KB) | DOI: 10.24832/wln.v5i1.146

Abstract

Penelitian ini membahas tentang jenis pola hias Indonesia, dengan fokus utama untuk mengetahui melihat adanya semangat pada seni pola hias Indonesia dalam menggunakan kembali pola hias kuna (prasejarah). Melihat hal tersebut maka dilakukan pengumpulan data pustaka kemudian diolah untuk menghasilkan sebuah interpretasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut bahwa akulturasi pola hias prasejarah merupakan gejala baru yang menguntungkan kebudayaan Indonesia pada umumnya dan seni rupa pada khususnya, karena pola hias prasejarah yang ditampilkan dalam berbagai media dengan berbagai penerapannya telah menghidupkan kembali symbol-simbol kebudayaan masa lalu.
CERUK LA SABO DI PULAU MUNA, SULAWESI TENGGARA: INDIKASI PERMUKIMAN PRASEJARAH? Bernadeta AKW
WalennaE Vol 9 No 2 (2006)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2471.281 KB) | DOI: 10.24832/wln.v9i2.180

Abstract

Pulau Muna memiliki situs gua dan ceruk yang banyak menyimpan data guna mengungkap tabir kehidupan manusia pada masa tertentu. Potensi gua dan ceruk terutama dari aspek lukisan dindingnya termasuk data yang sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk merekam data arkeologi khususnya di situs La Sabo. Metode yang digunakan berupa ekskavasi dan survei permukaan untuk dapat mengukur serta mendeskripsi temuan permukaan meliputi lukisan dinding dan situs itu sendiri. Perolehan data kemudian diakumulasi dan diolah menggunakan hipotesis untuk menarik kesimpulan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa manusia pendukung tidak bermukim di ceruk La Sabo secara permanen, terlihat kurangnya perkakas yang ditemukan saat dilakukan ekskavasi. Kemungkinan lokasi tersebut dijadikan tempat meluapkan ekspresi mereka dan dihuni secara insidentil atau sewaktu-waktu.
BENTUK-BENTUK WADAH PENGUBURAN DALAM SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT MAMASA, SULAWESI BARAT Bernadeta AKW
WalennaE Vol 11 No 1 (2009)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4668.981 KB) | DOI: 10.24832/wln.v11i1.201

Abstract

Mamasa is one of the districts in West Sulawesi that many store various forms of culture and tradition which is still maintained. Cultural forms such as traditional houses and other burial containers and ancestral traditions that run in the context of belief systems. Survey indicates there are several types of burial containers in Mamasa "tedong-tedong" namely the tomb of the wooden containers mimic the anatomy of the buffalo, "Bangka-bangka" and "batutu" the tomb container placed on a home-like shape Mamasa traditional house. There are many similarities with both forms of the Toraja traditional houses and tradition run. This equation implies a close relationship between the two communities area. Mamasa adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Barat yang banyak menyimpan berbagai bentuk budaya dan tradisi yang masih dipertahankan. Bentuk budaya seperti rumah tradisional dan wadah penguburan lainnya serta tradisi leluhur yang dijalankan dalam konteks sistem kepercayaan. Survei menunjukkan ada beberapa jenis wadah penguburan di Mamasa "tedong-tedong" yaitu makam dari wadah kayu meniru anatomi kerbau, "Bangka-bangka" dan "batutu" wadah makam yang diletakkan di rumah Mamasa seperti bentuk rumah tradisional. Ada banyak kesamaan dengan kedua bentuk rumah tradisional Toraja dan tradisi yang dijalankan. Persamaan ini menyiratkan hubungan yang erat antara wilayah dua komunitas.
MANIK-MANIK DALAM KONTEKS PENGUBURAN DI SITUS GUA WOLATU, KOLAKA UTARA, SULAWESI TENGGARA Bernadeta AKW
WalennaE Vol 11 No 2 (2009)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3967.727 KB) | DOI: 10.24832/wln.v11i2.213

Abstract

Research conducted at the site found some Wolatu Cave beads made of stone and glass with various colors, associated with a bronze bracelet, foreign ceramics and wood fragments alleg­edly used as a burial container. The findings also strengthen the interpretation used as stock tomb. Ethnographic study showed that functional beads grave as with stock, also has a primary function, namely as accessories to beautify the objects themselves and as a medium of exchange in trade trading activities.Penelitian yang dilakukan di situs Gua Wolato ditemukan beberapa manik-manik terbuat dari batu dan kaca dengan berbagai warna, terkait dengan gelang perunggu, keramik asing dan pecahan kayu yang sebelumnya digunakan sebagai wadah penguburan. Temuan ini juga memperkuat interpretasi yang digunakan sebagai makam. Studi etnografi menunjukkan bahwa manik-manik difungsikan sebagai bekal kubur, juga memiliki fungsi utama, yaitu sebagai aksesoris untuk mempercantik benda itu sendiri dan sebagai media pertukaran dalam aktivitas perdagangan.
TRADISI MEGALITIK DALAM RANAH PEMAHAMAN SAKRAL DAN PROFAN DI SITUS LAWO, SOPPENG Bernadeta AKW; Muhammad Husni
WalennaE Vol 12 No 1 (2010)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2942.478 KB) | DOI: 10.24832/wln.v12i1.223

Abstract

Lawo megaliihic site located in Ompo village, Lalabata Soppeng District is to identify data to produce a number of findings such as a stone mortar, dakon, ornamental stone in a settlement system that the distance from water sources (river). Various forms of the findings indicate the development of more advanced technology in the form of sculptures produced a number of images such as chakra, and others. In addition, Megalithic objects beside have a function as a means of ritual, also used in connection with the fulfillment of needs that are profane. Situs megalitik Lawo yang terletak di desa Ompo, Lalabata Kabupaten Soppeng adalah untuk mengidentifikasi data sejumlah temuan seperti lesung batu, dakon, batu bergores dalam sistem pemukiman yang jaraknya dekat dari sumber air (sungai). Berbagai bentuk temuan menunjukkan perkembangan teknologi yang lebih maju dalam bentuk figur yang menghasilkan sejumlah gambar seperti chakra, dan lainnya. Selain itu, benda-benda megalitik selain memiliki fungsi sebagai sarana ritual, juga digunakan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang bersifat profan.
SISTEM PENGUBURAN DI GUA DAN CERUK DI KOLAKA UTARA SULAWESI TENGGARA Bernadeta AKW
WalennaE Vol 12 No 2 (2010)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4169.59 KB) | DOI: 10.24832/wln.v12i2.235

Abstract

From the Archaeological excavation along the karsts region in the northern to southern of Northern Kolaka, Southeast Sulawesi, there's many evidence of past burial activities. The findings from the test pit consist of human skeletons, teethes, glass beads, bronze bracelets, and foreign ceramics that associate with the bier. The whole findings found from the cave and shelters provide a description of burial system that used by the society communally. The remains of the burial that spread and the caves and the shelters at North Kolaka was the character of prehistoric tradition. The burial tradition is a part of Neolithic culture that is die Austronesia's culture which is the ethno-genesis of Indonesian. Dari penggalian arkeologis di sepanjang wilayah karst di utara sampai selatan Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, terdapat bukti aktivitas penguburan di masa lalu. Temuan dari lubang uji terdiri dari kerangka manusia, gigi, manik-manik kaca, gelang perunggu, dan keramik asing yang berasosiasi dengan bier. Seluruh temuan yang ditemukan dari gua dan tempat penampungan memberikan deskripsi sistem penguburan yang digunakan oleh masyarakat secara komunal. Sisa-sisa penguburan yang menyebar di gua-gua di Kolaka Utara adalah karakter tradisi prasejarah. Tradisi penguburan adalah bagian dari budaya Neolitikum yang merupakan budaya Austronesia yang merupakan etno-genesis orang Indonesia.
MUNGKINKAH DI KABUPATEN BUTON MEMILIKI TEMUAN PRASEJARAH Bernadeta AKW
WalennaE Vol 13 No 1 (2011)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7076.357 KB) | DOI: 10.24832/wln.v13i1.245

Abstract

Selama ini Kabupaten Buton dijuluki sebagai "kota seribu benteng". Hal itu dapat dimengerti karena Buton memiliki sebaran benteng, dan selama ini menjadi topik pembahasan di kalangan sejarawan maupun arkeolog. Dalam perspektif arkeologi, penelitian situs-situs yang berindikasi prasejarah di Sulawesi bagian Tenggara terbilang masih jarang ditemukan. Penelitian berupa eksplorasi gua-gua yang dilakukan 2011 belum ditemukan adanya temuan prasejarah baik di beberapa situs gua maupun situs terbuka. Sejumlah gua yang disurvei hanya memperlihatkan bekas aktivitas ritual. Padahal, kondisi topografi Sulawesi Tenggara yang tidak jauh berbeda dengan kondisi topografi wilayah Sulawesi Selatan dan memungkinkan adanya keterkaitan budaya antara dua wilayah hunian prasejarah. Selain tindak ritual, tradisi pembuatan tembikar juga ditemukan di Buton, merupakan lahan studi etnoarkeologi yang menjanjikan harapan kajian yang akurat, guna melahirkan berbagai model penelitian etnoarkeologi di Indonesia. Dengan melihat kondisi topografi, mungkinkah Buton memiliki temuan prasejarah yang dapat memberi gambaran mengenai awal peradaban manusia? All this time Buton Regency is titled as the "city of a thousand fortresses ". This is understandable because Buton has spread fortress, and has been a topic of discussion among historians and archaeologists. In archaeological perspective, the sites studies that are indicated prehistoric in Southeast Sulawesi are still fairly rare. The study of caves exploration conducted in 2011 has not found any prehistoric findings in several cave sites and open sites. A number of caves surveyed showed only former ritual activity. In fact, Southeast Sulawesi topographic conditions are not much different from the topography of South Sulawesi and it allow for cultural linkages between the two prehistoric residential areas. In addition to acts of ritual, tradition of making pottery is also found in Buton, which is a promising area of accurate assessment expectations of etnoarcheology study, gave birth to a variety of models etnoarcheology study in Indonesia. By looking at the topography, is it possible that Buton has prehistoric findings may give an idea of the beginning of human civilization
BENTUK AKTIVITAS MANUSIA PENGHUNI GUA DI MUNA, SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN DATA GAMBAR Bernadeta AKW
WalennaE Vol 13 No 1 (2011)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4079.506 KB) | DOI: 10.24832/wln.v13i1.252

Abstract

Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara memiliki sejumlah gua (cave) dan ceruk (rockshelter) dengan berbagai gambar yang diterakan pada dinding atau langit-langit. Gambar-gambar cadas menunjukkan berbagai aktivitas manusia penghuni gua-gua tersebut. Sejumlah gambar cadas di dinding gua atau ceruk menyiratkan pengalaman dan harapan hidup (kehidupan sosial dan mata pencaharian) serta konsepsi religius mereka. Dalam aspek mata pencaharian terlihat pada gambar dengan motif perahu. Gambar tersebut dapat memberi petunjuk mengenai adanya sekelompok manusia yang telah memiliki kemampuan tentang navigasi. Pada umumnya sejumlah gambar memperlihatkan suatu kegiatan hidup sehari hari, seperti berburu dan bertani/berladang. Dengan mengamati bentuknya secara keseluruhan gambar perahu bukan sebagai perahu perang, melainkan lebih mengarah pada bentuk perahu niaga atau mungkin sebagai perahu nelayan. Aktivitas mata pencaharian ditunjukkan oleh gambar beberapa orang berkuda dan berjalan kaki sedang melakukan kegiatan di suatu tempat yang diduga perladangan, sebab dicirikan dengan motif tanaman berupa pohon. Dengan melihat motif seperti itu, maka dapat dimaknai sebagai suatu ciri kehidupan yang lebih mengarah pada kepentingan bernilai sosial ekonomis. Muna Regency of Southeast Sulawesi has a number of caves and rock-shelter with different images are given on a wall or ceiling. Rock paintings show various human activities of the caves. A number of rock paintings on the walls of caves or rock-shelter imply experience and life expectancy (social life and livelihood) as well as their religious conceptions. In the livelihood aspect, it is shown by the picture of a boat motif. The picture could provide clues about the existence of a group of people who already have the capability of navigation. In general, a number of images show an activity of daily living, such as hunting and farming. By observing the overall shape, the boat image is not a war boats, but more directed to commercial boat or maybe a fishing boat. Livelihood activity is shown by the images of men on horses and on foot that are conducting activities in a place that is allegedly agricultural field, because it is characterized by patterns of tree crops. By looking at such motives, it can be interpreted as a feature of life that is more directed at socio-economic valuable interests.