Dwiyitno Dwiyitno
Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Implementasi Sistem Ketertelusuran pada Produk Perikanan Dwiyitno, Dwiyitno
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 3 (2009): December 2009
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.v4i3.155

Abstract

Ketertelusuran adalah kemampuan suatu sistem untuk mengenali dan menelusuri suatu produk pada setiap tahapan produksi, pengolahan maupun pemasaran. Untuk produk pangan, tujuan utama sistem ketertelusuran adalah untuk mencatat/mendokumentasikan produk mulai dari bahan baku sampai kepada konsumen (from farm to fork). Aplikasi sistem ketertelusuran sangat diperlukan guna menghasilkan produk-produk yang terjamin mutu dan keamanannya. Pada prinsipnya, terdapat  2 aspek penting pada implementasi sistem ketertelusuran, yaitu tracking dan tracing, yang digunakan sebagai alat untuk menelusuri riwayat produksi suatu produk. Pada  prakteknya,  implementasi  sistem ketertelusuran  pada produk perikanan di Indonesia masih terbatas pada produk hasil industri maupun produk ekspor. Komitmen bersama antara pemerintah, pelaku usaha perikanan/produsen, dan konsumen sangat penting dalam membangun sistem ketertelusuran  pada produk perikanan, termasuk pada unit usaha kecil dan menengah.
Efektivitas KMK dan Na2 EDTA dalam Mengabsorbsi Paparan Merkuri pada Ikan Lele (Clarias batrachus) Siregar, Tuti Hartati; Dwiyitno, Dwiyitno
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 5, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v5i2.417

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati efektivitas karboksimetil kitosan (KMK) sebagai bahan pengkelat alami dan Na2 EDTA sebagai bahan pengkelat sintetis logam berat merkuri (Hg) pada ikan lele. Ikan lele yang digunakan adalah jenis lele dumbo yang diperoleh dari Bogor. Ikan dipelihara dalam kolam berukuran 380 x 150 x 60 cm 3. Air kolam sebanyak 570 L yang berisi 200 ekor ikan lele dipapar dengan Hg 60–90 ppb secara bertahap selama 1 bulan dan penggantian air kolam dilakukan setiap minggu. Sebelum pemaparan dengan Hg dilakukan, ikan lele dikondisikan pada kolam percobaan selama 1 minggu. Pada minggu ke dua ikan dipapar merkuri 60 ppb, kemudian konsentrasi merkuri dinaikkan 15 ppb setiap minggu sampai dengan minggu ke empat. Pemaparan dihentikan setelah minggu ke empat. Setelah itu ikan dipanen kemudian difilet dan dikelat dengan cara direndam dalam larutan KMK dan Na 2EDTA masing-masing pada konsentrasi 0; 0,5; 1,0; dan 1,5% selama 0, 30, 60, dan 90 menit. Perendaman dalam air digunakan sebagai kontrol terhadap perlakuan tersebut. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan yang dilakukan meliputi kandungan awal dan kandungan akhir Hg setelah perlakuan perendaman. Analisis dilakukan menggunakan instrumen AAS (Perkin Elmer tipe Aanalyst800). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perendaman dalam KMK dan Na 2 EDTA 0,5% selama 30 menit memberikan hasil yang terbaik, dan tidak ada perbedaan antara KMK dan Na2EDTA dalam fungsinya sebagai absorben logam berat.
Studi Penggunaan Asap Cair Untuk Pengawetan Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus) Segar Dwiyitno, Dwiyitno; Riyanto, Rudi
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 1, No 2 (2006): Desember 2006
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v1i2.397

Abstract

Penelitian tentang penggunaan asap cair untuk pengawetan ikan kembung (Rastrelliger neglectus) segar telah dilakukan dengan perlakuan perendaman larutan asap cair pada konsentrasi 0; 2,5; 5,0; 7,5 dan 10% selama 30 menit dan disimpan pada suhu kamar sampai ikan menjadi busuk. Pengamatan yang dilakukan meliputi TVB, TPC, kadar air dan organoleptik. Berdasarkan nilai organoleptik, konsentrasi larutan asap cair >5% dapat mempertahankan tingkat kesegaran ikan sampai 24 jam, lebih lama 12 jam dari kontrol. Akan tetapi, berdasarkan nilai TVB hanya perlakuan konsentrasi 7,5 dan 10% yang menghasilkan nilai TVB rendah (18,09 dan 14,10 mgN%) pada 12 jam penyimpanan. Berdasarkan nilai TPC, asap cair mampu menekan pertumbuhan bakteri pembusuk dibandingkan dengan kontrol.
VARIASI TEMPORAL KADAR SAKSITOKSIN DALAM KEKERANGAN DARI PERAIRAN TANJUNG BALAI, SUMATRA UTARA Januar, Hedi Indra; Dwiyitno, Dwiyitno; Annisah, Umi; Putri, Ajeng Kurniasari
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 14, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.06 KB) | DOI: 10.15578/jpbkp.v14i2.613

Abstract

Kekerangan merupakan salah satu biota ekonomi penting di sektor perikanan. Namun, dengan sifatnya sebagai filter feeder, pencemaran lingkungan perairan dapat mempengaruhi keamanan pangannya, misalnya pencemaran senyawa saksitoksin, yang sering terakumulasi di biota kekerangan. Saksitoksin adalah senyawa yang dihasilkan oleh fitoplakton perairan, sehingga kadarnya dapat bervariasi secara temporal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi temporal  secara musiman (muson timur, peralihan, dan barat) dari kadar saksitoksin pada tiga jenis biota kerang ekonomis (Anadara granosa, Anadara antiquata, dan Polymesoda erosa) yang diperoleh dari Perairan Tanjung Balai. Kekerangan diketahui sebagai produk unggulan di sentra perikanan Tanjung Balai. Variasi temporal kadar saksitoksin dihubungkan dengan kualitas air, untuk mengetahui korelasinya terhadap lingkungan tempat hidup kekerangan. Kualitas air dianalisis secara in situ menggunakan metode potensiometri dan kolorimetri, sementara kuantifikasi saksitoksin dilakukan menggunakan teknik spektrometri massa. Hasil analisis memperlihatkan bahwa kadar saksitoksin dari ketiga jenis kerang bervariasi antara 0,04 hingga 0,16 mg STXeq/kg berat basah kerang. Hal ini menunjukkan kekerangan di wilayah ini aman dari bahaya saksitoksin (ambang maksimum 0,8 mg STXeq/kg). Kadar bahan berbahaya ini tidak secara signifikan (P>0,05) dipengaruhi oleh ukuran dan jenis kerang. Namun, akumulasinya di musim muson barat secara signifikan (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan musim muson timur dan peralihan. Hal ini diduga terkait dengan musim penghujan di muson barat yang meningkatkan polusi nutrien akibat limpasan terestrial. Kondisi ini diduga memicu peningkatan pertumbuhan fitoplakton, termasuk jenis penghasil saksitoksin, sehingga memicu peningkatan akumulasinya di kekerangan.