Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

POTENSI ANGKUTAN UMUM PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Imam Basuki; Amos Setiadi
Jurnal Transportasi Vol. 15 No. 2 (2015)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.823 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v15i2.1731.%p

Abstract

Abstract One of the regional revenues which are given the first priority in the Province of Yogyakarta Special Region is from the tourism sector. The diversity of the tourism potential and tourism development show encouraging achievements within the last 5 years. This study is the first step to see the conditions and problems associated with public transportation services for tourism. This study shows that the permanent public transportation for tourism is potential to be implemented to attract more tourists to come. In addition, this transport can also reduce congestion, reduce the potential for accidents, save travel costs, save energy, and reduce pollution. Keywords: tourism, tourism potential, tourism transport, tourist cost   Abstrak Salah satu penerimaan daerah yang mendapat prioritas utama Daerah Istimewa Yogyakarta adalah penerimaan dari sektor pariwisata. Beragamnya potensi pariwisata dan perkembangan pariwisata menunjukan capaian yang menggembirakan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk melihat kondisi dan permasalahan yang terkait dengan angkutan pariwisata. Studi ini menunjukkan bahwa angkutan khusus pariwisata secara tetap berpotensi untuk diterapkan dalam mendukung peningkatan kunjungan wisatawan. Selain itu angkutan ini juga dapat mengurangi kemacetan, mengurangi potensi kecelakaan, menghemat biaya wisata, penghematan energi, dan mengurangi polusi. Kata-kata kunci: pariwisata, potensi pariwisata, angkutan pariwisata, biaya wisata
KAJIAN TARIF PEMADU MODA YOGYAKARTA INTERNASIONAL AIRPORT Imam Basuki; Amos Setiadi; Benidiktus Susanto
Jurnal Transportasi Vol. 19 No. 2 (2019)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.718 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v19i2.3468.111-120

Abstract

Abstract Yogyakarta International Airport in Temon, Kulon Progo, is projected as a replacement for Yogyakarta Adisu-tjipto International Airport. This new airport requires an intermodal passenger transport, which is a mode of transportation that needs to be prepared to connect the airport with the supporting cities served. In this study, a questionnaire survey involving 1,000 respondents was conducted. The survey was conducted at Adisutjipto Airport to find out the origin and destination of passengers in using the mode of transportation to and from Yogyakarta International Airport. Based on the origin and destination data, a map of the airport service area is made. The proportion of the choice of transportation mode was used as the basis of the potential passenger demand for a route. The route of intermodal transportation is found to be from and goes to 10 points, namely Borobudur, Kebumen, Magelang, Purwokerto, Purworejo, Temanggung, Wates/Sentolo, Wonosari, Wonosobo, and Yog-yakarta. The operational costs of intermodal passenger transport are Rp9,570.53 per kilometer. The average passenger fare per kilometer is Rp1,042.07. The tariff for various routes is more realistic in describing the distance, with an average deviation of Rp38.24 and a range of Rp141.55. Keywords: intermodal passenger transport, airport, tariffs, operational costs  Abstrak Yogyakarta International Airport di Temon, Kulon Progo, diproyeksikan sebagai pengganti Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Bandar udara baru ini membutuhkan angkutan pemadu moda, yaitu suatu moda transportasi yang perlu dipersiapkan untuk menghubungkan bandar udara tersebut dengan kota-kota pendukung yang dilayani. Pada kajian ini dilakukan survei kuesioner yang melibatkan 1.000 responden. Survei dilakukan di Bandar Udara Adisutjipto untuk mengetahui asal tujuan dan keinginan penumpang dalam meng-gunakan moda transportasi untuk menuju dan dari Yogyakarta International Airport. Berdasarkan data asal dan tujuan dibuat peta daerah pelayanan bandar udara. Proporsi kemauan pemilihan moda transportasi menjadi dasar demand potensi penumpang untuk rute trayek. Rute trayek pemadu moda yang diperoleh berasal dan menuju ke-10 titik, yaitu Borobudur, Kebumen, Magelang, Purwokerto, Purworejo, Temanggung, Wates/Sentolo, Wono-sari, Wonosobo, dan Yogyakarta. Biaya Operasional Pemadu Moda adalah sebesar Rp9.570,53 per kilometer. Rata-rata tarif penumpang per kilometer adalah Rp1.042,07. Besaran tarif untuk berbagai rute trayek lebih realistis dalam menggambarkan jarak tempuhnya, dengan simpangan rata-rata Rp38,24 dan rentang sebesar Rp141,55. Kata-kata kunci: angkutan pemadu moda, bandar udara, tarif, biaya operasional
TIPOLOGI DAN POLA PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA BONTANG (The Typology and Patterns of Slum Improvement Management in Bontang City) Amos Setiadi
TATALOKA Vol 16, No 4 (2014): Volume 16 Number 4, November 2014
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.936 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.16.4.220-233

Abstract

Started as a fishing settlement area in Bontang Kuala Village, the City of Bontang has been growing very rapidly. However, despite this growth people's standard of living has been decreasing in terms of environmental quality, income as well as sheltering with the emergence of slum areas. These conditions greatly affect the physical, social, cultural and economic aspects of life. The management of slum areas in Bontang City becomes strategic because slums are integrated with the rest of the city including the downtown area and urban growth centers, as well as with the other areas in the vicinity, such as industrial, commercial, warehousing, and office areas. Therefore, it is necessary to identify the characteristics of the slum areas. The identification methods do not discriminate the distribution of slum areas. The criteria used include non-economic vitality, regional economic vitality, land ownership status, infrastructure and facility conditions, local government’s commitment, and handling priorities. Environmental assessment of the slums was done by assigning a weighting system to each of the above criteria. The determination of the weights of the criteria is relative and depends on the individual and group preferences in looking at the influence of each criterion. The improvement or treatment patterns appropriate to be applied in Bontang City should be in accordance with the site characteristics. Locations with high-scale slum category (HS) requires the curative pattern while those with moderate category (MS) should take reductive treatment, and slum areas with low-scale category (LS) will require preventive treatment.
Makna Ruang Kampung Kauman Yogyakarta dan Semarang Berdasar Konsep Relasi dalam Pandangan Jawa Catharina Dwi Astuti Depari; Amos Setiadi
TATALOKA Vol 16, No 3 (2014): Volume 16 Number 3, August 2014
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.912 KB) | DOI: 10.14710/tataloka.16.3.133-144

Abstract

Pandangan hidup merupakan seperangkat nilai yang mempengaruhi seluruh sistem kehidupan penganutnya. Dalam konteks masyarakat Jawa, salah satu konsep keyakinan yang merefleksikan pandangan hidup setempat adalah perlunya memelihara relasi yang harmonis antara pribadinya sebagai manusia dengan dirinya sendiri, masyarakat, alam maupun dengan Tuhan. Nilai-nilai keyakinan tersebut diekspresikan secara simbolis melalui desain ruang tinggal pada setiap skala ruang arsitektur. Sebagai permukiman Islam historis, Kampung Kauman menghadapi sejumlah tantangan khususnya dalam upaya memelihara keberlangsungan budayanya. Berkaitan dengan Kampung Kauman Yogyakarta, sejarah perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh Sultan sedangkan perkembangan Kampung Kauman Semarang lebih ditentukan oleh besarnya pengaruh dari aktivitas perdagangan di sekitar kampung. Penelitian bertujuan untuk mendukung pelestarian terhadap karakteristik kampung Kauman sebagai satu entitas pribadi bernilai historis. Sasaran penelitian adalah mengungkap bagaimana pandangan Jawa dimanifestasikan ke dalam struktur ruang kampung termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan karakteristik antara kedua wilayah objek studi. Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, digunakan pendekatan fenomenologi dengan metode analisis sinkronik sehingga makna simbolis masing-masing ruang Kampung Kauman sebagai artifak budaya, dapat diungkap secara detail dan objektif.