Claim Missing Document
Check
Articles

HUBUNGAN PEMAKAIAN ANTIBIOTIK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SECTIO CAESAREA PADA PASIEN DI RSUD ABEPURA JAYAPURA PAPUA Emma, Nani; Emilia, Ova; Prawitasari, Shinta
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

HUBUNGAN PEMAKAIAN ANTIBIOTIK DENGAN KEJADIANINFEKSI SECTIO CAESAREA PADA PASIEN DI RSUD ABEPURAJAYAPURA PAPUANani Emma, Ova Emilia, Shinta PrawitasariABSTRACTBackground: The number of caesarean section (CS) operations in the world has increased sharply within the last20 years. Increase of the need for CS operations also increases the problem related to surgical process. Infectionhappens about 2% to 16% after CS operation. The incidence of post CS is associated with some factors such assupplementation of prophylaxis antibiotics, duration of childbirth, width of membranewound, duration of surgicalnursing monitoring and number of CS. CS infection associated with antibiotic use occurs before or after CSoperation. The incidence increases 3 times in patients that do not use antibiotics before CS operation. Use ofprophylaxis antibiotics in CS operation significantly minimizes the incidence of infection.Objective: To identify antibiotic use according to standard operational procedure to the incidence of infection inCS mothers.Method: The study was analytical with cross sectional design, undertaken at Abepura Local Hospital. Populationwere allmothers who gave birth through CS at the hospital. Samples were taken using systematic random samplingtechnique as many as 44 samples. Data were obtained through questionnaire, interview and document studiesand analyzed using chi square and logistic regression test, risk prevalence at confidence interval (CI) 95% andsignificance p<0.05.Result: The majority of subject (56.82%) had no infection; 59.09% used antibiotics according to the procedure;52.27% had good nutrition status; 54.55% had emergency operation; 50% had anemia. Average length of CSoperation was 2.26 +1.38 hours. There was significant association between antibiotic use, nutrition status, Hblevel, and types of operation and the incidence of CS infection (p<0.05). The result ofmultivariate analysis showedthere was significant association between antibiotic use, nutrition status, types of operation and the incidence ofinfection. Use of antibiotic brought dominant risk for the incidence of CS infection (PR=2.64; 95% CI=1.44-4.83)whereby antibiotic use, nutrition status and types of operation could predict the incidence of CS infection asmuch as 10.7%.Conclusion: Themajority of subject had no infection and used antibiotic according to the procedure. The probabilityfor the incidence of CS infectionwas greater in antibiotic use irrelevant from the procedure. Factormost dominantlyaffecting the incidence of CS infection was antibiotic use irrelevant from the procedure.Keywords: antibiotic use, caesarean section, incidence of infection ABSTRAKLatar Belakang: Jumlah tindakan operasi seksio sesarea (SC) di dunia telah meningkat tajam dalam 20 tahunterakhir. Peningkatan kebutuhan untuk operasi SC juga meningkatkan masalah yang berkaitan dengan prosesbedah. Infeksi terjadi sekitar 2% sampai 16% setelah operasi SC. Insiden pasca SC dikaitkan dengan beberapafaktor seperti suplemen antibiotik profilaksis, durasi persalinan, lebar membran luka, durasi pemantauankeperawatan bedah dan jumlah SC. Infeksi SC terkait dengan penggunaan antibiotik terjadi sebelum atau setelahoperasi SC. Insiden meningkat 3 kali pada pasien yang tidak menggunakan antibiotik sebelum operasi SC.Penggunaan antibiotik profilaksis dalam operasi SC signifikan meminimalkan kejadian infeksi.Tujuan: Untukmengidentifikasi penggunaan antibiotik sesuai dengan standar prosedur operasional untuk kejadianinfeksi pada ibu SC.Metode: Penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional, yang dilakukan di Rumah Sakit DaerahAbepura. Populasi adalah semua ibu yang melahirkan melalui SC di rumah sakit. Sampel diambil denganmenggunakan teknik random sampling sistematik sebanyak 44 sampel. Data diperoleh dengan kuesioner,wawancara dan dokumen studi dan dianalisis menggunakan chi square dan uji regresi logistik, prevalensi risikopada confidence interval (CI) 95 % dan signifikansi p < 0,05.Hasil dan Pembahasan: Sebagian besar subjek (56,82 %) tidak memiliki infeksi, 59,09 % digunakan antibiotiksesuai prosedur, 52,27 % memiliki status gizi baik, 54,55 % mengalami operasi darurat, 50% mengalami anemia.Rata-rata panjang operasi SC adalah 2.26 +1.38 jam. Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan antibiotik,status gizi, kadar Hb, dan jenis operasi serta kejadian infeksi SC (p < 0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkanada hubungan yang signifikan antara penggunaan antibiotik, status gizi, jenis operasi dan kejadian infeksi.Penggunaan antibiotik membawa risiko yang dominan untuk kejadian infeksi SC (PR=2,64; 95% CI=1,44-4,83)dimana penggunaan antibiotik, status gizi dan jenis operasi bisa memprediksi kejadian infeksi SC sebanyak 10,7%.Kesimpulan: Sebagian besar subjek tidakmengalami infeksi dan antibiotik digunakan sesuai prosedur. Probabilitasuntuk kejadian infeksi SC lebih besar pada penggunaan antibiotik yang tidak relevan dengan prosedur. Faktoryang paling dominan mempengaruhi kejadian infeksi SC adalah penggunaan antibiotik yang tidak relevan denganprosedur.Kata kunci: penggunaan antibiotik, operasi caesar, kejadian infeksi
PAJANAN ASAP DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA NONPNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI KABUPATEN KAPUAS Hugo, Mayae; Emilia, Ova; Sitaresmi, Mei Neni
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.816 KB)

Abstract

PAJANAN ASAP DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIANISPA NONPNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI KABUPATENKAPUASMayae Hugo, Ova Emilia,Mei Neni SitaresmiABSTRACTBackground: Acute respiratory infections (ARI) is one of themain causes of disease burden in developing countries,and 40-60% patients visits at the health center. Riskesdes analysis report the under–five children who suffer fromupper respiratory tract infection prevalence 42.8%. ARI occurrence is affected by many factors, includingenvironmental factors. Little attention has been given to indoor air pollution particularly for people in ruralareas, although the known particles of smoke in the room known as the most influential factors on the health ofchildren where children spend most of their time indoorsObjective: To know whether smoke exposure inside the house is a risk factor toward non pneumonia ARI amongunder-five children.Method: This was a study using a case control study design. Subjects were under-five children aged 12-59 monthsold in Kapuas District taken by non probability sampling method. Sample size was 106, divided into two groupsnamely case (n=53) and control (n=53). Data analysis used univariate analysis, bivariate analysis, and multivariateanalysis with logistic regression.Result: Non pneumonia ARI had a 2.7 time greater risk of contracting under-five children exposed by smokeinside their house (95%CI=1.16-6.60). Multivariate analysis proportion of house condition which was not reallyhygienic, member of family who contracted ARI, bad nutritional status had a significant relationship to nonpneumonia ARI among under-five children.Conclusion: Non pneumonia ARI among under-five children had a significant relationship to smoke exposureinside the house.Keywords: non pneumonia ARI, smoke exposure inside the house, under-five children   ABSTRAKLatar Belakang: Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama beban penyakit dinegara berkembang. Terdapat 40-60% kunjungan pasien di pusat layanan kesehatan. Analisis Riskesdesmelaporkanprevalensi anak-anak balita yang menderita infeksi saluran pernapasan atas 42,8%. Kejadian ISPA dipengaruhioleh banyak faktor, termasuk faktor lingkungan. Sedikitnya perhatian yang diberikan terhadap polusi udara dalamruangan terutama bagimasyarakat di daerah pedesaan,meskipun partikel yang berasal dari asap di dalam ruangandikenal sebagai faktor yang paling berpengaruh pada kesehatan anak di mana anak-anak menghabiskan sebagianbesar waktu mereka di dalam ruangan.Tujuan: Untuk mengetahui apakah paparan asap di dalam rumah merupakan faktor risiko terhadap non pneumoniaISPA pada balita.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan disain penelitian kasus kontrol. Subyekpenelitian adalah balita berusia 12-59 bulan di Kabupaten Kapuas diambil dengan metode non probabilitysampling. Jumlah sampel adalah 106, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kasus (n=53) dan kelompokkontrol (n=53). Analisis data yang digunakan analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat denganregresi logistik. Hasil dan Pembahasan: ISPA non pneumonia memiliki risiko 2,7 kali lebih besar menjangkiti anak yang terpaparasap di dalam rumah mereka (95% CI=1,16-6,60). Proporsi analisis multivariabel kondisi rumah yang tidak benarbenarhigienis, anggota keluarga yang terjangkit ISPA, status gizi buruk memiliki hubungan yang signifikan terhadapISPA non pneumonia pada balita.Kesimpulan: ISPA non pneumonia pada balita memiliki hubungan yang signifikan terhadap paparan asap di dalamrumah.Kata kunci: ISPA non pneumonia, paparan asap di dalam rumah, balita
PEMANFAATAN POJOK LAKTASI DI PUSKESMAS I CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS Khotimah, Khusnul; Emilia, Ova; Hakimi, Mohammad
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.29 KB)

Abstract

PEMANFAATAN POJOK LAKTASI DI PUSKESMAS I CILONGOKKABUPATEN BANYUMASKhusnul Khotimah, Ova Emilia,Mohammad HakimiABSTRACTBackground : Based on survey Indonesian demographic and health in 2007 that exclusive breastfeeding 38 %decrease from 39,5% in 2002-2003, child under 6 months who gets milk incease from 16,7% until 27,9% in2007. American Academy of Pediatrics (1)get recomendation baby must get exclusive breastfeeding in 6 monthuntil 2 years old. Banyumas regency are have a program to increase scope of exclusive breastfeeding by regulationof regent number 52 in 2012 about increase exclusive breastfeeding in Banyumas Regency. One of the material insocialization is about lactation room and standardization, right of women worker to breastfed in office, publicfacility.Objective : to determine factors can effected utilization of lactation room in Puskesmas I Cilongok.Methods : this study was an observational study with a cross sectional design and qualitative study or called mixmethod. Location of study in Puskesmas I Cilongok. Sample of this study is employed mother who breastfeedand visitors of Puskesmas I Cilongok in Banyumas Regency. Sampling method used sampling convinience get 41women until this study done. independent variable are attitude of breastfeed mother about lactation room andbehavior of breastfeed mother. Dependent variable is utilization of lactation room. Data analysis consisted ofunivariable analysis, bivariable analysis using chi-square test and multivariable analysis using logistic regressiontest and also qualitative analysis.Results and Discussion : there is no effect attitude of breastfeed mother about lactation room with utilization oflactation room, can we see from p = 0,247 (RP1,58; 95% CI 0,70-3,55), the similar result from dialogue thatmother have good attittude but not utilized, they say not get socialization from health worker. The good Behaviorbreastfeed mother have relation with utilization, can we see p = 0,028, RP2,35 (95% CI 1,05-5,23). Results fromdialogue mother who get bad behavior not utilized. Utilization in lactation room only just breastfeeding, neverused to pamp and saving breastmilk. People not respond that room lactation is a necessary, because withoutpolicy about room lactation, they are can breastfed in any where.Conclusion : Good attitude of breastfeed mother about lactation room can not get effect utilization of lactationroomand good behavior breastfeedmother can get effect with utilization lactation room in Puskesmas I Cilongok.Keyword: attitude breastfeed mother, behavior breastfeed mother and utilization lactation room ABSTRAKLatar Belakang:Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tercatat bahwacakupan ASI eksklusif sebesar 38% menurun dari 39,5%di tahun 2002-2003, sementara jumlah bayi dibawah 6bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% menjadi 27,9% ditahun 2007. American Academy ofPediatrics (1)merekomendasikan bahwa durasi minimal ASI eksklusif menjadi 6 bulan tetapi optimal harus terusselamaminimal 2 tahun.Kabupaten Banyumas sedangmemiliki program gunameningkatkan cakupan ASI eksklusifyang dituangkan lewat Peraturan Bupati Banyumas nomor 52 tahun 2012 tentang peningkatan pemberian ASI diKabupaten Banyumas. Salah satu materi sosialisasi tersebut berisi tentang anjuran pengadaan pojok laktasibeserta standarisasinya, hak ibu bekerja yang menyusui di kantor pemerintahan, sarana pra sarana umum juga.Tujuan:Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pojok laktasi di Puskesmas I Cilongok.Metode:Penelitian ini menggunakan jenis observasional dengan desaincross sectionaldan kualitatif. Tempatpenelitian Puskesmas I Cilongok. Sampel penelitian ibu bekerja menyusui dan pengunjung puskesmas memilikibayi umur 0 bulan sampai dengan 2 tahun berada di Puskesmas I Cilongok. Pengambilan sampel menggunakansampling conviniencediperoleh 41 orang selama penelitian dilakukan.Variabelindependen adalah sikap ibumenyusui terhadap pojok laktasi, perilaku ibu menyusui. Variabel dependen ialah pemanfaatan pojok laktasi.Analisa data meliputi analisis univariabel, bivariabeldengan menggunakan chi square sedangkan multivariabelmenggunakan uji regresi logistik serta analisis kualitatif.Hasil dan Pembahasan:Sikap ibu menyusui terhadap ketersediaan pojok laktasi tidakmempengaruhi pemanfaatanpojok laktasi dilihat dari nilai p = 0,247 (RP1,58; 95% CI 0,70-3,55), hasil ini didukung hasil wawancara bahwasikap baik tetapi tidak memanfaatkan pojok laktasi dengan alasan sosialisasi yang kurang dari petugas kesehatan.Perilaku ibu menyusui yang baik berhubungan dengan pemanfaatan pojok laktasi dilihat dari nilai p = 0,028,RP2,35 (95% CI 1,05-5,23). Hasil wawancara ibu yang berperilaku tidak baik cenderung tidak memanfaatkanpojok laktasi. Pemanfaatan pojok laktasi hanya untuk menyusui saja, tidak digunakan untuk memeras danpenyimpanan ASI. Rendahnya pemanfaatan pojok laktasi dikarenakan faktor kebutuhan. Masyarakat desa tidakmenganggap bahwa pojok laktasi merupakan kebutuhan, karena tanpa adanya kebijakan pengadaan pojok laktasimereka dapat menyusui dimanapun.Kesimpulan:sikap ibu menyusui terhadap ketersediaan pojok laktasi yang baik tidak mempengaruhi pemanfaatanpojok laktasi dan perilaku ibu menyusui yang baik dapat mempengaruhi pemanfaatan pojok laktasi di PuskesmasI Cilongok Kabupaten Banyumas.Kata kunci: sikap ibu, perilaku ibu, pemanfaatan pojok laktasi
PERSEPSI REMAJA TERHADAP FAKTOR PENGHAMBAT PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PUSKESMAS GAMBOK KABUPATEN SIJUNJUNG Dwi Yani, Vella; Emilia, Ova; Kusnanto, Hari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.252 KB)

Abstract

PERSEPSI REMAJA TERHADAP FAKTOR PENGHAMBATPEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSIDI PUSKESMAS GAMBOK KABUPATEN SIJUNJUNGVella Dwi Yani, Ova Emilia, Hari KusnantoABSTRACTBackground: Reproductive health service is an important component that has to be improved globally becauseteenagers often lack basic information about reproductive health. Despite the need for reproductive health serviceonly a few teenagers utilize the service due to several constraints in having reproductive and sexual health serviceas a result of limited access to the service and negative perception about center of reproductive health service.Data of Sijunjung District Health Office Sumatera Barat show that only 20% of teenagers utilize reproductivehealth service available. Whereas cases in teenagers indicate that 9.2% of teenagers have had premarital sexualintercourse and 40% are married at teenage period (<20 years) and 10% is caused by unwanted pregnancy.Objective: To study the perception of teenagers about physical, process, economic and psychosocial factors asobstacles in the utilization of reproductive health service.Method: The study was observational with cross sectional design and descriptive quantitative approach thatused qualitative data obtained from indepth interview. Subject of the study were students of SMU 1 and 2 of 14-16 years old around the working area of Health Centers that have health service for teenagers with as many as131 respondents.Result and Discussion: Perception of teenagers about physical, process and economic factors showed that themajority had good perception so these factors were not obstacles for teenagers in utilizing reproductive healthservice. The majority of teenagers (68%) had bad perception about psychosocial factor so this was an obstacle inthe utilization of reproductive health service.Conclusion: Obstacles in the utilization of reproductive health service at the health center were caused bypsychosocial factor because of shame and unwillingness to tell the problem to staff that was considered asstrangers. Teenagers also doubted the confidentiality of the problem they told to the staff.Keywords: perception, teenagers, reproductive health, utilizationABSTRAKLatar belakang: Pelayanan kesehatan reproduksi merupakan komponen penting yang harus diperbaiki secaraglobal. Remaja sering kali kekurangan informasi dasar tentang kesehatan reproduksi. Meskipun kebutuhanpelayanan kesehatan reproduksi tinggi namun pemanfaatannya masih rendah karena berbagai hambatanmemperoleh pelayanan dan juga adanya persepsi negatif terhadap pusat pelayanan kesehatan reproduksi. Datadari dinas Kesehatan kabupaten Sijunjung Sumatera Barat menunjukkan hanya 20% remaja yang memanfaatkanpelayanan kesehatan reproduksi. Sedangkan kasus dan masalah kesehatan reproduksi menunjukkan 9,2% sudahberhubungan seks sebelum menikah, dan 40% menikah pada usia remaja (<20 tahun) serta 10% mengakibatkankehamilan tak dikehendaki.Tujuan: Untuk mempelajari persepsi remaja terhadap faktor fisik, proses, ekonomi dan psikososial untukmemanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.melalui wawancara mendalam.Subyek penelitian adalah siswa SMA kelas 1 dan 2 usia 14-16 tahun di wilayahkerja puskesmas sebanyak 131 responden.Hasil dan Pembahasan: Mayoritas remaja memiliki persepsi baik terhadap faktor fisik, proses, dan ekonomi. Tigafaktor bukanmerupakan penghambatmemperoleh layanan kesehatan reproduksi. Sementara itu faktor psikososialdianggap sebagai penghambat (68%) untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi.Kesimpulan: Hambatan pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi adalah faktor psikososial karena malu dantidak percaya untuk menceritakan masalah pada petugas kesehatan yang tidak dikenal. Remaja juga meragukankerahasiaan masalah yang diungkapkan.Kata kunci: persepsi, remaja, kesehatan reproduksi, pemanfaatan
PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II TAMBAK, PUSKESMAS BANYUMAS DAN PUSKESMAS I KEMRANJEN Sumiyati, Sumiyati; Emilia, Ova; Dasuki, Djaswadi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.897 KB)

Abstract

PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II TAMBAK, PUSKESMAS BANYUMAS DAN PUSKESMAS I KEMRANJEN Sumiyati1, Ova Emilia2, Djaswadi Dasuki3 ABSTRACT Background: Early Initiation of Breastfeeding (EIB) is important because it can increase the success of exclusive breastfeeding and infant survival. However, the implementation of the EIB is still not optimal in Banyumas. One of the factors that support the success of EIB is the support of health workers, especially midwives. Central Bureau of Statistics of Banyumas regency in 2012 said that most of deliveries in Banyumas 78.52% in 2011 attended by midwives.Objective: To determine the behavior of midwives in the implementation of Early Initiation of Breastfeeding at Work Area of Tambak Public Health Center Banyumas. Public Health Center and Kemranjen Public Center.Methods: The study was cross sectional complemented with qualitative data. The experiment was conducted at the Working Area of Tambak II, Banyumas and Kemranjen I public healh centers with 38 midwives as subjects. In-depth interviews conducted to 6 midwives and 4 postpartum mothers.Results and Discussion: There were a significant association between knowledge and attitudes of midwives to practice implementation of EIB, knowledgeable midwife tent to practice E.I.B 1.79 times higher than less knowledgeable midwife. Good attitude midwives 1.62 times more likely to support EIB practice.Conclusion: The behavior of midwife in the implementation of the EIB practices is influenced by a good knowledge and attitudes that support the EIB. Factors that inhibit the EIB, included flat nipples exhaustment of postpartum mothers and lack of rest among health professionals when encountered prolong labor. Keywords: knowledge, attitude, practice, midwife, early initiation of breastfeeding  ABSTRAK Latar Belakang: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) penting karena dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan kelangsungan hidup bayi. Namun pelaksanaan IMD masih belum optimal di Kabupaten Banyumas. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan IMD adalah dukungan tenaga kesehatan terutama bidan. Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Banyumas tahun 2012 menyatakan sebagian besar penduduk Kabupaten Banyumas sekitar 78,52% pada tahun 2011 menggunakan tenaga kesehatan bidan untuk menolong persalinan.Tujuan: Untuk mengetahui perilaku bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas II Tambak, Puskesmas Banyumas dan Puskesmas I Kemranjen.Metode: Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas II Tambak, Puskesmas Banyumas dan Puskesmas I Kemranjen dengan subjek penelitian 38 bidan dan wawancara mendalam dengan 6 bidan serta 4 ibu postpartum.Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis bivariabel terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap bidan dengan pelaksanaan praktik IMD, bidan yang berpengetahuan baik 1,79 kali lebih besar untuk melakukan praktik IMD dengan baik dibandingkan dengan bidan yang berpengetahuan kurang. Sikap bidan yang mendukung IMD 1,62 kali lebih besar untuk melakukan praktik IMD dengan baik dibandingkan dengan sikap bidan yang tidak mendukung IMD.Kesimpulan: Perilaku bidan dalam pelaksanaan praktik IMD dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung terhadap IMD. Faktor yang menghambat IMD antara lain bentuk puting yang mendatar sehingga bayi kesulitan untuk menghisap, ibu postpartum merasa capai dan lelah karena kurang istirahat serta faktor tenaga kesehatan, apabila menolong persalinan dengan kala II lama sehingga pelaksanaan IMD kurang dari satu jam. Kata kunci: pengetahuan, sikap, praktik, bidan, inisiasi menyusu dini1    Poltekkes Kemenkes Semarang2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM
PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEMBALINYA MENSTRUASI PADA IBU MENYUSUI DI RS ST. CAROLUS JAKARTA Irawati, Popy; Hakimi, Mohammad; Emilia, Ova
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.626 KB)

Abstract

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEMBALINYA MENSTRUASI PADA IBU MENYUSUI DI RS ST. CAROLUS JAKARTA Popy Irawati1, Mohammad Hakimi2, Ova Emilia3  ABSTRACT Background: Exclusive breastfeeding has benefit for both the baby and mother. The breastfeeding patterns have a close relation with return of menses. Breastfeeding practice in Indonesia is rare (27-40%) and 37,4% babies received a weaned food, and only 10% babies received six months exclusive breastfeeding. In Jakarta, most mothers realized benefit of breastfeeding for their babies and family themselves. This research is located at St. Carolus Hospital because St. Carolus is a centre of lactation in JakartaObjective: To identify the impact of exclusive breastfeeding on median time of return of menses on breastfeeding mother in St. Carolus hospital.Method: An observational study with retrospective cohort study design. Samples are a year breastfeeding’s mother in St. Carolus Hospital. The total samples are 129 respondents. The samples are available with consecutive sampling. The data were analyzed using univariable, bivariable and multivariable methods. Bivariable statistic tests were chi square, log rank and Kaplan Meier’s survival analyzed methods. The multivariable statistic test was cox regression Hazard model.Result and Discussion: Median time of the return of menses on exclusive breastfeeding group was 20 weeks, and an unexclusive breastfeeding is 12 weeks. The breastfeeding pattern and the return of menses on breastfeeding mother are significant related (HR=2,4; CI 95%=1,65-3,55 ;P<0,05). The return menses an exclusive breastfeeding mother was 2,4 times longer than unexclusive breastfeeding mother at a certain survival point. The variables of ages, parity, education, occupation, family economic status and health status are not significantly associated with the return of menses.Conclusion: There is a significant different median time of the return of menses between exclusive and unexclusive breastfeeding mothers. Keywords: exclusive breastfeeding, the return of menses, breastfeeding. ABSTRAK Latar Belakang: Menyusui secara eksklusif memiliki manfaat baik untuk ibu maupun bayinya. Pola menyusui berhubungan erat dengan kembalinya menstruasi. Praktek menyusui di Indonesia relatif jarang (27-40%) dan sebanyak 37,4% bayi menerima makanan tambahan, serta hanya 10% saja yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Di Jakarta, sebagian besar ibu sebenarnya menyadari manfaat menyusui untuk bayi dan keluarganya. Penelitian ini mengambil lokasi di RS St. Carolus karena St. Carolus merupakan pusat laktasi di Jakarta.Tujuan: Mengidentifikasi pengaruh menyusui eksklusif dengan nilai median kembalinya menstruasi pada ibu menyusui di RS St. Carolus.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan disain kohort retrospektif. Subyek penelitian adalah ibu menyusui di RS St. Carolus dalam periode 1 tahun. Jumlah total subyek sebanyak 129 responden. Subyek penelitian diambil dengan metode consecutive sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis statistik untuk data bivariat menggunakan chi square, log rank dan Kaplan Meier. Analisis multivariat menggunakan metode cox regression hazard.Hasil dan Pembahasan: Nilai median untuk kembalinya menstruasi pada ibu yang menyusui eksklusif adalah 20 minggu sedangkan pada ibu yang menyusui tidak eksklusif adalah 12 minggu. Pola menyusui dan kembalinya menstruasi berhubungan secara bermakna (HR=2,4; CI 95%=1,65-3,55 ;P<0,05). Risiko untuk kembali menstruasi pada ibu yang menyusui eksklusif sebesar 2,4 kali lebih lama dibandingkan ibu yang tidak menyusui eksklusif. Variabel usia, paritas, pendidikan, pekerjaan, status sosial ekonomi dan status kesehatan tidak berhubungan secara bermakna dengan kembalinya menstruasi. Kata Kunci: pemberian ASI eksklusif, kembalinya menstruasi, pemberian ASI1    Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional Pusat2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, UGM          
PENDIDIKAN/PEKERJAAN MATERNAL DAN FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA: STUDI EPIDEMIOLOGI DI KOTA TERNATE Fransiska, Lilie; Patmini, Edi; Wahab, Abdul; Emilia, Ova
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.717 KB)

Abstract

PENDIDIKAN/PEKERJAAN MATERNAL DAN FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA: STUDI EPIDEMIOLOGI DI KOTA TERNATELilie Fransiska1, Edi Patmini2, Abdul Wahab3, Ova Emilia4 ABSTRACTBackground: Preeclampsia is one of leading cause of maternals and infants morbidity and mortality that can be prevented by an early detection in pregnant woman who have risk factors to preeclampsia. Early detection and management have a significant role in decreasing maternal and infant mortality rate.Objective: To determine the proportion of pregnancy with risk to preeclampsia and related risk factors. Method: This research is an observational study with cross sectional design. The independent variables are level of maternal education, and occupation. The dependent variable is increased risk of preeclampsia during pregnancy. Data collected by direct interview, physical examination and laboratory examination. Data analysis was done with SPSS programme.Results and Discussion: The result showed that there was no significant difference in maternal educational level with the risk of preeclampsia (p= 0,919), and there is no significant difference between maternal working status with risk of preeclampsia (p= 0,435).Conclusions: This research showed that maternal level of education and working status didn’t have a significant influence to the risk of preeclampsia (p> 0,05).Keywords : maternal occupation, level of maternal education, risk of preeclampsia ABSTRAKLatar Belakang: Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi yang dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini pada ibu hamil yang memiliki risiko terhadap terjadinya preeklampsia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proporsi ibu hamil dengan risiko preeklampsia di Kota Ternate dan faktor-faktor risiko yang terkait. Hasil penelitian ini diharapkan supaya dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Kota Ternate. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain studi potong lintang. Variabel bebas adalah tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan ibu. Variabel terikat adalah peningkatan risiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara langsung, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Selanjutnya analisis deskriptif pada data penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS.Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok berpendidikan tinggi dan kelompok berpendidikan rendah (p= 0,919), serta antara kelompok bekerja dan tidak bekerja (p= 0,435).Kesimpulan: Faktor pendidikan dan pekerjaan maternal tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap risiko terjadinya preeklampsia (p> 0,05).Kata kunci : pekerjaan ibu, pendidikan ibu, risiko preeklampsia 1 Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta2 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM3 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, Yogyakarta4 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM
PERBANDINGAN ANTARA PEMBERIAN PROGESTERON VAGINAL DAN ALLYLESTRENOL ORAL PADA PENANGANAN ABORTUS IMINENS Dhani, Umar; Emilia, Ova; Siswosudarmo, Risanto
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.909 KB)

Abstract

Umar Dhani1, Ova Emilia2, Risanto Siswosudarmo3 ABSTRACTBackground: Abortion is still the most common complication of pregnancy. Inadequate secretion of progesterone in early pregnancy has been associated with one of the cause of miscarriage. Progesterone supplementation has been used to prevent abortion but it is still debatable.Objective: To compare the success rate of vaginal progesterone vs oral allylestrenol in the treatment of threatened abortion and duration of maintaining pregnancy.Method: Randomized Clinical Trial. The study was conducted at four affiliated hospitals of Sardjito hospital Yogyakarta from November 2013 to May 2014. Subjects with the diagnosis threatened abortion meeting the following criteria were included: 8-16 weeks gestational age, hemoglobin content eH 10 g/dL, and live fetus. The following patients were excluded: there was a history of induced abortion, hormonal treatment, associated with IUD use, uterine anomaly and gynecology tumor. A total of 60 patients were recruited to obtain 0.6 times proportion difference and 80% power of study. Eligible subjects consisting of 30 and 29 were randomly allocated into vaginal progesterone and oral allylestrenol groups. Ability to maintain, duration of pregnancy and side effects were outcomes of interest. Chi-square, t-test, Fisher exact test and survival analysis were used for statistical analysis.Result & Discussion: Abortion rate in vaginal progesterone was 23.3% compared 37.9% with oral allylestrenol group (RR=0.61; 95% CI 0.27-1.36). Duration of maintaining pregnancy was 16.57 days vs 9.82 days in vaginal progesterone and oral allylestrenol respectively (mean difference 6.75 days; 95% CI 2.30-11.20). There was no difference in term of gestational age on the abortion rate (p>0.05). One case undergoing nausea was found in oral allylestrenol group.Conclusion: There was no difference between vaginal progesterone and oral allylestrenol in term of abortion rate. Vaginal progesterone could maintain pregnancy longer than oral allylestrenol.Keywords: Threatened abortion, Vaginal progesterone, Oral allylestrenol, Abortion rate, Side effect. ABSTRAKLatar Belakang: Abortus masih merupakan komplikasi kehamilan yang sering terjadi. Sekresi progesteron yang tidak memadai pada awal kehamilan telah dikaitkan dengan salah satu penyebab abortus. Suplementasi progesteron digunakan untuk mencegah keguguran spontan walaupun masih diperdebatkan.Tujuan: Membandingkan keberhasilan terapi progesteron vaginal vs. allylestrenol oral dalam hal kejadian abortus dan lama terjadinya abortus pada kasus abortus iminens.Metode: Randomized Clinical Trial. Penelitian dilakukan dibagian Obstetrika dan Ginekologi di RS Kabupaten yang merupakan afiliasi RS Sardjito dari bulan November 2013 sampai dengan Mei 2014. Subyek yang memenuhi kriteria berikut ini: hamil 8-16 minggu, terdiagnosis abortus iminens, kadar hemoglobin > 10 g/dL, dan janin hidup. Pasien berikut ini tidak dimasukkan dalam penelitian: riwayat abortus provokatus, riwayat penggunaan terapi hormonal, abortus imminens karena kegagalan IUD, anomali uterus dan tumor ginekologis. Sebanyak 60 pasien diikutsertakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan beda proporsi kejadian abortus sebesar 0,6 kali dengan kekuatan penelitian sebesar 80%. Subjek dibagi menjadi dua kelompok secara random yaitu kelompok yang mendapat progesteron vaginal dan allylestrenol oral masing-masing sebanyak 30 dan 29. Keberhasilan mempertahankan kehamilan, lama hari bertahan dan efek samping adalah hasil yang dinilai. Uji Chi-square, t-test, uji Fisher dan analisis survival adalah uji statistik yang dipakai.Hasil & Pembahasan: Kejadian abortus pada kelompok progesteron vaginal adalah 23,3% dibanding, 37,9% pada kelompok allylestrenol oral (RR=0,61; 95% CI 0,27-1,36). Lama bertahan pada kelompok progesteron vaginal rata-rata 16,57 hari dibanding rata-rata 9,82 hari pada kelompok allylestrenol oral (beda rata-rata 6,75 hari; 95% CI 2,30-11,20). Tidak ada perbedaan bermakna pengaruh umur kehamilan terhadap kejadian abortus pada kedua kelompok (p>0,05). Efek samping berupa perasaan mual hanya dijumpai pada kelompok allylestrenol oral.Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kejadian abortus pada kedua kelompok meskipun kemampuan bertahan lebih lama pada kelompok progesteron vaginal.Kata Kunci: Abortus iminens, progesteron vaginal, allylestrenol oral, angka abortus, efek samping. 1,2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RS SardjitoYogyakarta
Aplikasi gaya belajar pada kegiatan belajar mandiri Mahasiswa tahun pertama fakultas kedokteran Universitas muhammadiyah Makassar Malik, Ummu Kalzum; Emilia, Ova; Rahayu, Retno Gandes; Ibrahim, Juliani
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 4 (2017): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Pengetahuan akan gaya belajar sangat dibutuhkan oleh mahasiswa. Pada saat belajar mandiri, mahasiswa memiliki kebebasan untuk untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan belajarnya yang akan dijabarkan dalam bentuk tujuan belajar, setelah itu menyiapkan rencana belajar, mencari sumber daya yang dibutuhkan dan melaksanakan rencana belajar tersebut serta diakhir dengan evaluasi hasil dan prosesbelajar. Dalam proses belajar inilah gaya belajar dapat menjadi katalisator untuk pembelajaran yang efektif.Salah satunya adalah gaya belajar Visual, Aural, Read/write, Kinestetik (VARK).Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif terhadap mahasiswa tahun pertama FK Unismuh di TA 2013/2014. Tahap pertama dengan menyebarkan kuesioner VARK untuk mendapatkan data gaya belajar mahasiswa. Selanjutnya mahasiswa diberikan buku harian belajar mandiri untuk diisi sesuai apa yang mereka lakukan saat belajar mandiri.Hasil: Berdasarkan analisis data diperoleh gaya belajar unimodalitas mahasiswa yaitu Visual 1.4%, Aural 29%, Read/write 24.6%, Kinestetik 32%, dan multimodalitas 13%. Dari kelompok unimodalitas hanyasebesar 10% yang mengaplikasikan gaya belajar sesuai karakteristik gaya belajarnya sedangkan dari kelompok multimodalitas sebesar 77.7%.Simpulan: Gaya belajar yang paling dominan adalah gaya belajar kinestetik dan kelompok multi modalitaslah yang paling banyak mengaplikasikan gaya belajar sesuai dengan karakteristik gaya belajarnya.Kata kunci. Aplikasi gaya belajar, gaya belajar VARK, belajar mandiri.
PERSEPSI REMAJA TERHADAP FAKTOR PENGHAMBAT PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PUSKESMAS GAMBOK KABUPATEN SIJUNJUNG Dwi Yani, Vella; Emilia, Ova; Kusnanto, Hari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.252 KB) | DOI: 10.22146/jkr.4913

Abstract

PERSEPSI REMAJA TERHADAP FAKTOR PENGHAMBATPEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSIDI PUSKESMAS GAMBOK KABUPATEN SIJUNJUNGVella Dwi Yani, Ova Emilia, Hari KusnantoABSTRACTBackground: Reproductive health service is an important component that has to be improved globally becauseteenagers often lack basic information about reproductive health. Despite the need for reproductive health serviceonly a few teenagers utilize the service due to several constraints in having reproductive and sexual health serviceas a result of limited access to the service and negative perception about center of reproductive health service.Data of Sijunjung District Health Office Sumatera Barat show that only 20% of teenagers utilize reproductivehealth service available. Whereas cases in teenagers indicate that 9.2% of teenagers have had premarital sexualintercourse and 40% are married at teenage period (<20 years) and 10% is caused by unwanted pregnancy.Objective: To study the perception of teenagers about physical, process, economic and psychosocial factors asobstacles in the utilization of reproductive health service.Method: The study was observational with cross sectional design and descriptive quantitative approach thatused qualitative data obtained from indepth interview. Subject of the study were students of SMU 1 and 2 of 14-16 years old around the working area of Health Centers that have health service for teenagers with as many as131 respondents.Result and Discussion: Perception of teenagers about physical, process and economic factors showed that themajority had good perception so these factors were not obstacles for teenagers in utilizing reproductive healthservice. The majority of teenagers (68%) had bad perception about psychosocial factor so this was an obstacle inthe utilization of reproductive health service.Conclusion: Obstacles in the utilization of reproductive health service at the health center were caused bypsychosocial factor because of shame and unwillingness to tell the problem to staff that was considered asstrangers. Teenagers also doubted the confidentiality of the problem they told to the staff.Keywords: perception, teenagers, reproductive health, utilizationABSTRAKLatar belakang: Pelayanan kesehatan reproduksi merupakan komponen penting yang harus diperbaiki secaraglobal. Remaja sering kali kekurangan informasi dasar tentang kesehatan reproduksi. Meskipun kebutuhanpelayanan kesehatan reproduksi tinggi namun pemanfaatannya masih rendah karena berbagai hambatanmemperoleh pelayanan dan juga adanya persepsi negatif terhadap pusat pelayanan kesehatan reproduksi. Datadari dinas Kesehatan kabupaten Sijunjung Sumatera Barat menunjukkan hanya 20% remaja yang memanfaatkanpelayanan kesehatan reproduksi. Sedangkan kasus dan masalah kesehatan reproduksi menunjukkan 9,2% sudahberhubungan seks sebelum menikah, dan 40% menikah pada usia remaja (<20 tahun) serta 10% mengakibatkankehamilan tak dikehendaki.Tujuan: Untuk mempelajari persepsi remaja terhadap faktor fisik, proses, ekonomi dan psikososial untukmemanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.melalui wawancara mendalam.Subyek penelitian adalah siswa SMA kelas 1 dan 2 usia 14-16 tahun di wilayahkerja puskesmas sebanyak 131 responden.Hasil dan Pembahasan: Mayoritas remaja memiliki persepsi baik terhadap faktor fisik, proses, dan ekonomi. Tigafaktor bukanmerupakan penghambatmemperoleh layanan kesehatan reproduksi. Sementara itu faktor psikososialdianggap sebagai penghambat (68%) untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi.Kesimpulan: Hambatan pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi adalah faktor psikososial karena malu dantidak percaya untuk menceritakan masalah pada petugas kesehatan yang tidak dikenal. Remaja juga meragukankerahasiaan masalah yang diungkapkan.Kata kunci: persepsi, remaja, kesehatan reproduksi, pemanfaatan
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abbas, Marwan Abdul Wahab Agustiningsih, Denny Akifah Fatimah Amitya Kumara Aria Kekalih Armaijn, Fadhilah Asep Novianto Budi Iman Santoso Denny, Agustiningsih Detty Siti Nurdiati, Detty Siti Djaswadi Dasuki Djaswadi Dasuki Djauhar Ismail Djauhar Ismail Donal Donal Donal Donal Dwi Andayani Dwi Cahyani Ratna Sari Dwi Juwartini Eddy Hartono Eddy Tiro Edi Patmini Evi Septiani Ganap, Eugenius Phyowai Guardian Yoki Sanjaya, Guardian Yoki Hari Kusnanto Hartono Hartono Hartono Hartono Herlin Fitriani Kurniawati Heru Pradjatmo Hidayat, Asri Iman, Santoso Budi Irwan Taufiqur Rachman Iwan Dwiprahasto Juliani Ibrahim Kartini, Farida khusnul khotimah Koheresto G. Liufeto Ksyatria, Yudhistya Ngudi Insan Lidia, Hepta Lilie Fransiska Lionita, Widya Malik, Ummu Kalzum Mappaware, Nasrudin Andi Maryanto, Budi Mayae Hugo Mei Neni Sitaresmi Moch. Anwar Mohammad Hakimi Mora Claramita Muhammad Hakimi Muhammad Nurhadi Rahman Nani Emma Nuraliah, Nuraliah Nuring Pangastuti, Nuring Nurlina Ina, Nurlina Petrana, Nurul Hikmah Phyowai Ganap, Eugenius Poedji Rochjati Popy Irawati Puspasari Puspasari Raharja, Supanji Rahayu, Retno Gandes Ratnawati, Lili Reni Dwi Setyaningsih Risanto Siswosudarmo Rochmanita Sandya Afindaningrum Rukmono Siswishanto Sangun, Diannisa I E Shinta Prawitasari Shinta Prawitasari Shofwal Widad Silitonga, Martha Chaterince Sinaga, Roy Jansen Siswanto Agus Wilopo Siswanto Agus Wilopo Sitorus, Juli Soerjo Hadijono Soetrisno Soetrisno Sri Handayani Sri Linuwih Susetyo Wardhani, Sri Linuwih Susetyo Sukamdi Sukamdi SUMIYATI SUMIYATI Sutresno, Ismail Joko Titik Kuntari Trisasi Lestari Umar Dhani, Umar Umar Malinta Vella Dwi Yani Verayanti Albertina Bata Verayanti Albertina Bata Yanti Yanti Yayi Suryo Prabandari Yayi Suryo Prabandari Yundari, Yundari Zulfa, Siti Zakiah