Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

AKSI PROTES PEJUANG KEMERDEKAAN LASKAR LIPAN BAJENG DI POLONGBANGKENG (1950-1952) Nurmaningsih Nurmaningsih; Mustari Bosra; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 3 Juli - September 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i3.8461

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang terjadinya aksi protes pejuang kemerdekaan Laskar Lipan Bajeng di Polongbangkeng dikarenakan faktor ekonomi, politik, dan budaya (siri’ na pacce). Adanya rasa kecewa terhadap sikap pemerintah dari para gerilyawan akan nasib mereka yang selama ini berjuang. Adapun bentuk dari aksi protes yang dilakukan yaitu pertama, mengadakan pengrusakan, kekacauan seperti pembakaran rumah maupun pasar, dan penculikan, serta pengancaman. Kedua, adanya aksi perampokan dan pencurian berupa binatang ternak dan barang berharga lainnya. Ketiga, penyerangan terhadap aparat pemerintah, seperti penyerangan terhadap Kepala Distrik Sanrobone dan seorang polisi kampong. Disimpulkan bahwa hasil aksi protes pejuang kemerdekaan Laskar Lipan Bajeng adalah terbentuknya batalyon Infanteri 721 Lipan Bajeng dan pengangkatan para pejuang menjadi Tentara Nasional Indonesia. Aksi protes ini turut memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat yaitu menimbulkan rasa tidak aman dan merosotnya perekonomian masyarakat.Kata Kunci: Aksi Protes, Pejuang Kemerdekaan, Laskar Lipan Bajeng di Polongbangkeng
Bendungan Langkemme di Kabupaten Soppeng (1970-2008) Anriani Nurul Maghfirah; Patahuddin Patahuddin; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.763 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8535

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan latar belakang pembangunan Bendung Langkemme (1970-1995), perkembangan Bendung Langkemme(1995-2008) dan dampak keberadaan Bendung Langkemme di Kabupaten Soppeng (1995-2008). Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan metode historis. Melalui tahapan-tahapan heuristic (pengumpulan data), kritik (verifikasi), Interpretasi (penafsiran) dan historiografi (penulisan Sejarah). Hasil penelitian ini menunjukkan  bahwa pembangunan Bendung Langkemme di Kabupaten Soppeng dilatarbelakangi oleh perekonomian nasional, adanya perencanaan pengembangan di daerah Sulawesi Selatan, perekonomian daerah, pengembangan daerah, dan adanya kebutuhan irigasi di Kabupaten Soppeng. Perkembangan Bendung Langkemme dan dampak keberadaan Bendung Langkemme terhadap masyarakat di Kabupaten Soppeng dapat dilihat dari bertambahnya luas persawahan beririgasi, peningkatan hasil produksi pertanian yang berarti meningkatnya penghasilan masyarakat. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Bendung Langkemme di Kabupaten Soppeng terjadi peningkatan hasil pertanian di 5 (lima) kecamatan yang menggunakan air dari Irigasi Langkemme yaitu Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Ganra dan Lilirilau, sesuai dengan program pemerintah pada masa Orde Baru yaitu Pembangunan Lima Tahun (PELITA).Kata kunci : Bendung, Pertanian, Kabupaten Soppeng.
Eksistensi Pabbagang Ponrang Kabupaten Luwu 1970-2016 Tantri Wulandari; Muh. Rasyid Ridha; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.629 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.6708

Abstract

This paper examines the existence Pabbagang In the village of the District Ponrang Ponrang Luwu Regency (1970-2016). The results of this study on Ponrang Pabbagang in the village at the time and the traditional era, the modern age and socio-economic life and system for the results. This research shows the beginning where pabbagang Village Ponrang, the origin of the naming Pabbagang and discuss the performance of pabbagang traditional performance pabbagang modern as well as how the system of revenue sharing between the owners of capital or owner bagang in every era with pabbagang itself where the system for the results in applied is tesan system, and how the competition between traditional pabbagang with modern pabbagang, and work system in laukan by pabbagang when in the butterflyfish (marine). The main fishing gear being the principal fishing gear used by the fishing village of Ponrang namely Bagang, where in the era of traditional fishermen using bagang step while in the modern era using motion bagang Ponrang village in which the people call Bagang Rambo. and the village social system Pabbagang Ponrang influenced by everyday life of fishermen at the time of the search process fish, In the 1980s Ponrang Pabbagang society has entered the modern era where fishermen are already using modern fishing gear as well. since the social and economic life has improved, and the result of it is also the case that fundamental changes in lifestyle Ponrang village society especially those who cultivate the profession as a fisherman pabbagang or in terms of economic level of society. and the village social system Pabbagang Ponrang influenced by everyday life of fishermen at the time of the search process fish, In the 1980s Ponrang Pabbagang society has entered the modern era where fishermen are already using modern fishing gear as well. since the social and economic life has improved, and the result of it is also the case that fundamental changes in lifestyle Ponrang village society especially those who cultivate the profession as a fisherman pabbagang or in terms of economic level of society. and the village social system Pabbagang Ponrang influenced by everyday life of fishermen at the time of the search process fish, In the 1980s Ponrang Pabbagang society has entered the modern era where fishermen are already using modern fishing gear as well. since the social and economic life has improved, and the result of it is also the case that fundamental changes in lifestyle Ponrang village society especially those who cultivate the profession as a fisherman pabbagang or in terms of economic level of society.  This research is descriptive analysis using historical methods, through the stages of the stages of work which includes; Heusristik, interpretation and Histriografi criticism. As the concept of Social Sciences sociology used to analyze the relevant issues, particularly in assessing the socio-economic life associated with changes in social life in fishing communities
Masjid Agung Luwu : Pusat Sejarah dan Pengembangan Islam Di Polopo Mutmainna Mutmainna; Muh. Rasyid Ridha; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 1, April 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.903 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i2.8473

Abstract

Kajian ini membahas mengenai latar belakang pembangunan Masjid Agung Luwu, perkembangan serta dampak yang ditimbulkan Masjid Agung Luwu yang lokasinya berada di Kota Palopo. Pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 1974 dengan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah Luwu A. Samad Suhaeb bersama dengan pimpinan DPRD dan sejumlah Umat Islam. pada saat mereka telah melakukan Sholat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1393 pada tanggal 4 Januari 1974. Keberdaaan masjid ini sebagai wadah untuk memperdalam ilmu agama serta menjadi simbol persatuan masyarakat muslim yang ada di Kota Palopo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik intern dan ektern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan terdiri dari wawancara dan mengumpulkan sumber arsip. Kata kunci : Masjid Agung, Islam, Palopo AbstractThis study discusses the background of the construction of the Great Mosque of Luwu, the development and the impact of the Great Mosque of Luwu which is located in Palopo City. The construction of this mosque was carried out in 1974 with the laying of the first stone carried out by the Regent of the Regional Head of Luwu A. Samad Suhaeb together with the leaders of the DPRD and a number of Muslims. when they had performed Eid Al-Adha Prayers 10 Dzulhijjah 1393 on January 4, 1974. The existence of this mosque as a place to deepen the knowledge of religion and become a symbol of the unity of the Muslim community in Palopo City. This research uses historical research method which consists of four stages, namely heuristics (searching and collecting resources), source criticism (internal and external criticism), interpretation (interpretation of sources) and historiography (historical writing). Data collection methods are carried out by conducting field research consisting of interviews and collecting archival sources. Keywords: Great Mosque, Islam, Palopo
PERSAINGAN ELIT BANGSAWAN DENGAN KELOMPOK TERDIDIK PADA MASA REVOLUSI DI SULAWESI SELATAN Najamuddin Najamuddin
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 11, No 1 (2015): ISTORIA Edisi Maret 2015, Vol. 11, No.1
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.708 KB) | DOI: 10.21831/istoria.v11i1.6192

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui latar belakang munculnya elit bangsawan dan kelompok terdidik, (2) Mengungkapkan Konflik antara elit bangsawan dengan kelompok terdidik yang berimplikasi pada peran keduanya di Masa Revolusi di Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Tahapan dalam penelitiannya yaitu pemilihan topik, mengumpulkan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stratifikasi sosial masyarakat Bugis-Makassar telah memberikan posisi istimewa terhadap kaum bangsawan sebagai elit strategis dari kelompok masyarakat lainnya dalam struktur sosial, dan sebagai pemimpin puncak dalam struktur politik atau struktur kekuasaan. Ketika elit terdidik tampil dalam Pergerakan Nasional di Sulawesi Selatan bersama elit bangsawan, politik kolonial Belanda berhasil mempolarisasi keduanya menjadi bagian yang terpisah menjadi konflik di awal kemerdekaan RI.Kata Kunci: Elit Bangsawan, Kelompok Terdidik, dan Revolusi di Sulawesi Selatan
PERSAINGAN ELIT BANGSAWAN DENGAN KELOMPOK TERDIDIK PADA MASA REVOLUSI DI SULAWESI SELATAN Najamuddin Najamuddin
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 11, No 1 (2015): ISTORIA Edisi Maret 2015, Vol. 11, No.1
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.708 KB) | DOI: 10.21831/istoria.v11i1.5756

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui latar belakang munculnya elit bangsawan dan kelompok terdidik, (2) Mengungkapkan Konflik antara elit bangsawan dengan kelompok terdidik yang berimplikasi pada peran keduanya di Masa Revolusi di Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Tahapan dalam penelitiannya yaitu pemilihan topik, mengumpulkan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stratifikasi sosial masyarakat Bugis-Makassar telah memberikan posisi istimewa terhadap kaum bangsawan sebagai elit strategis dari kelompok masyarakat lainnya dalam struktur sosial, dan sebagai pemimpin puncak  dalam struktur politik atau struktur kekuasaan. Ketika elit terdidik tampil dalam Pergerakan Nasional di Sulawesi Selatan bersama elit bangsawan, politik kolonial Belanda berhasil mempolarisasi keduanya menjadi bagian yang terpisah menjadi konflik di awal kemerdekaan RI. Kata Kunci: Elit Bangsawan, Kelompok Terdidik, dan Revolusi di Sulawesi Selatan
Pesantren Sultan Hasanuddin Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 1986-2017 Inarwati Inarwati; Najamuddin Najamuddin; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.197 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8541

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pesantren Sultan Hasanuddin, perkembangan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin (1986-2017), serta dampak keberadaan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, melalui tahapan: heuristik yakni tahap pengumpulan data atau sumber, kritik yakni tahap penyeleksian sumber ataupun data, interpretasi yang merupakan penafsiran dari fakta-fakta yang telah ada dan historiografi yang merupakan tahap akhir penulisan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren adalah  keprihatinan terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat, sehinggah Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin didirikan pada tahun 1986 di Desa Paraikatte Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Perkembanga pondok pesantren Sultan Hasanuddin yang sangat pesat dapat dilihat dari sarana prasarana, santri, tenaga pendidik dan prestasinya. Dampak keberadaan pondok pesantren sangat positif dari berbagai bidang seperti bidang Agama, Sosial, dan Pendidikan.Kata kunci : Pondok, Pesantren, Gowa
Menjaga Tanah Leluhur: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara di Sulawesi Selatan 2003-2016 Kamaruddin Kamaruddin; Najamuddin Najamuddin; Patahuddin Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.177 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.6726

Abstract

This study reveals that the background of the awakening of indigenous peoples in South Sulawesi, due to the marginalization of the state policy with agrarian resources pengulaaan that began in 1811 in the colonial period and the 1999 era of reform that led to agrarian conflicts. Indigenous peoples in South Sulawesi formed a strength by organizing their groups into AMAN formed in 2003. The organizational development has experienced three successive organizational leaders namely MahirTakaka at the beginning of the formation of 2003-2008 which was appointed Sirajuddin at the first muswil 2008-2013 and then SardiRasak on the second muskil 2013-2016. In making AMAN a struggle organization, the strategy of struggle by taking three paths of organizational education, political struggle and lane of litigation. This research is a historical research with historical methodology that has stages, heuristics (data collection), criticism (verification), interpertasi (interpretation) and historiography (historical writing). This research is a historical research with historical methodology that has stages, heuristics (data collection), criticism (verification), interpertasi (interpretation) and historiography (historical writing).
SEJARAH SOSIAL DESA SALAJO KAB. GOWA (1993-2013) Muh Rizal; Mustari Bosra; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8430

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paada tahun 1993 Salajo resmi menjadi desa definitif. Kehidupan ekonomi masyarakat Salajo banyak mengalami perubahan terutama dibidang pertanian yang sebelumnya hanya menggunakan alat tradisional dan mengandalkan sawah tadah hujan, kini telah menggunakan peralatan modern seperti traktor dan mesin pompa air yang digunakan ketika musim kemarau. Begitupun bidang agama, pengaruh Muhammadiyah dan dengan berdirinya Madrasah Ibtidaiyah di Desa Patani membawa pengaruh besar pada masyarakat Salajo dan telah meninggalkan kepercayaan nenek moyang. Begitupun dengan pertumbuhan penduduk di Desa Salajo yang dalam lima tahun terakhir terus berkembang, walaupun tidak sedikit warga yang urbanisasi ke daerah lain, namun ini dapat diimbangi dengan tingginya angka kelahiran dan menurunnya angka kematian serta banyaknya pernikahan warga Salajo dengan warga dari desa lain yang menetap di Salajo.Kata Kunci: Definitf, Madrasah, Urbanisasi, Animisme
DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR Andi Lisdawati; Najamuddin Najamuddin; Andi Assir
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 3 No. 6 (2016)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.495 KB) | DOI: 10.20956/jipsp.v3i6.3064

Abstract

Alat tangkap ikan adalah peralatan yang digunakan nelayan untuk mendapatkan ikan dan hewan laut lainnya. Terdapat berbagai jenis alat tangkap ikan yang dioperasikan di perairan Kabupaten Kepulauan Selayar, namun pengetahuan mengenai jenis alat tangkap yang dioperasikan di masing-masing kecamatan belum diketahui secara pasti karena minimnya informasi yang ada. Penelitian  ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan berbagai jenis alat tangkap yang ada di kecamatan bontomanai kabupaten kepulauan selayar. Spesifikasi data alat tangkap yang di analisis adalah ukuran utama alat tangkap seperti panjang, lebar, mesh size, jarak antar pelampung, jarak antar pemberat, bahan yang digunakan, serta ukuran dari bagian-bagian alat tangkap (untuk  yang menggunakan jaring),  sedangkan  pada alat  tangkap  lain  (tanpa jaring) adalah ukuran panjang, diameter, bahan yang digunakan dan ukuran bagian-bagian  dari alat  tangkap.  Pengklasifikasian  atau  penggolongan setiap jenis alat tangkap dilakukan berdasarkan spesifikasi teknis dan cara pengoperasian alat tangkap, maka setiap jenis alat tangkap disesuaikan dengan klasifikasi alat penangkapan ikan Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang, 2009 dan Keputusan Menteri No. 6 tahun 2010.