Sutiyono Sutiyono
Faklutas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

HEGEMONI KEKUASAAN TERHADAP SENI PEDALANGAN -, Sutiyono
Imaji Vol 7, No 2 (2009): IMAJI AGUSTUS
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.117 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v7i2.6635

Abstract

Tulisan ini akan menguraikan pokok bahasan relasi antara kekuasaan dan kesenian. Permahaman ini menyangkut bentuk afiliasi antara dalang wayang kulit (seniman) dengan pihak penguasa dalam hal ini adalah pemerintah atau negara (state). Aspek sub-bidang kajian ini adalah pertunjukan wayang kulit Jawa yang cukup mengental dengan kehidupan budaya masyarakat Jawa. Kajian hegemoni kekuasaan terhadap seni pedalangan akan terarah jika harus melihat secara lurus pada tawaran Gramsci yang menyebutkan bahwa hegemoni memberikan definisi terhadap konsep politik dan konsekwensi pada tugas yang harus diemban oleh partai politik. Dalam hal ini partai politik harus mampu mengelola instrumen hegemoni untuk mengelabuhi masyarakat luas agar menjadi patuh dan mau dikuasai oleh partai politik tersebut. Seperti langkah-langkah yang diambil oleh partai Golkar sebagai kendaraan politik rezim penguasa Orde Baru yakni dengan mengelola pertunjukan wayang sebagai wadah ekspresi sosial dan interaksi antara penguasa dan rakyat. Sebelum wadah ini efektif dan memadai, maka instrumen yang seni pedalangan harus dihegemoni terlebih dahulu. Bentuk kesenian beserta dalang dan komunitasnya harus ditaklukkan, agar semua pesan dan doktrin penguasa terhadap kesenian dapat tercapai. Kesenian benar-benar dapat menjadi kuda emas, yakni kendaraan politik yang manis dan jitu untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Kata kunci: wayang, seni pedalangan, dan hegemoni
PENGEMBANGAN CIVIC SKILLS MELALUI SEMINAR SOCRATES DALAM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN sutiyono sutiyono
JPK (Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan) Vol 2, No 2 (2017): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.618 KB) | DOI: 10.24269/v2.n2.2017.59-67

Abstract

Di abad 21 terjadi pergeseran paradigma pendidikan yang secara sederhana membawa konsekuensi pada fokus pendidikan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada fokus pendidikan yang tidak hanya pengetahuan semata, akan tetapi sikap keilmuan dan kemampuan daya kritis, logis, inventif, dan inovatif. Pendidikan kewarganegaraan selanjutnya disingkat PKn memiliki tujuan membentuk peserta didik untuk berpikir kritis, analistis, bersikap dan bertindak demokratis sesuai dengan Pancasila dan UUD NRI 1945. Kemampuan tersebut, secara lazimnya dikenal dengan istilah civic skills atau keterampilan kewarganegaraan. Salah satu metoe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk aktif berpartisipasi dan berpikir kritis adalah metode Seminar Socrates. Tujuan dari penulisan ini memuat dua penjelasan penting terkait konsep Seminar Socrates dalam pendidikan kewarganeagraan dan bagaimana pengembangan civic skills dengan menggunakan metode Seminar Socrates. 
MAKNA SIMBOLIS RAGAM GERAK TARI JATHIL OBYOG MASAL 95-NAN DALAM KESENIAN REYOG OBYOG DI DESA PULUNG, KABUPATEN PONOROGO Farida Nur Apriani; Sutiyono Sutiyono
Imaji Vol 16, No 1 (2018): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (588.963 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v16i1.22266

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolis ragam gerak, perbedaan, dan bentuk penyajian tari Jathil Obyog Masal 95-nan dalam kesenian reyog obyog di Desa Pulung, Kabupaten Ponorogo, .Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Objek penelitian adalah Makna Simbolis Ragam Gerak Tari Jathil Obyog Masal 95nan dalam Kesenian Reyog Obyog di Desa Pulung Kabupaten Ponorgo. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber.Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1) makna simbolis ragam gerak , a) Nyongklang (prajurit yang melakukan perjalanan mengemban tugas), b) Jalan drap ditempat (kewaspadaan), c) Sembahan (meminta keberkahan Tuhan), d) Pacak gulu (kelincahan melihat situasi), e) Jalan lenggang (kerilekan agar tidak lalai akibat kelelahan), f) Edreg (keluwesan), g) Loncatan (tidak membuat masalah), h) Edreg mundur (mengetahui daerah sekelilingnya), i) sabetan (senjata harus selalu dibawa), j) bumi langit ulat-ulat (tetap sigap), k) polah kaki (rela dan berani mati untuk tugas yang diemban), l) ukel karna (mencari kabar terbaru), m) kebyak sampur, n) bumi langit (sumpah sakti prajurit haruslah tetap dipegang), o) jalan empat (kesigapan prajurit), p) uncal sampur (kepiawaiyan menggunakan senjata) , q) sabetan kibaran, r) lawung (menerima perintah harus dicermati), s) sabetan kibaran, t) keplok dara (antara prajurit harus terjalin persatuan dan kesatuan), dan u) perangan (prajurit sedang berlatih perang dan melatih kekompakan), 2) Tarian Jathil Obyog dalam kesenian Reyog Obyog tidak mengalami kesurupan, 3) Bentuk penyajian dimulai dari tampilnya jathilan, bujang ganong, dan dadak merak.  Kata Kunci : Jathil Obyog, Makna Simbolis tari Jathil Obyog Masal 95-nan.
BENTUK KAPAL PINISI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS DENGAN MEDIA TANAH LIAT Wahyuddin Ridwan; Sutiyono Sutiyono
Imaji Vol 17, No 2 (2019): IMAJI OKTOBER
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6157.13 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i2.26980

Abstract

Tujuan artikel ini untuk mewujudkan bentuk dasar kapal pinisi dalam menerapkan kegiatan melukis dengan menggunakan media tanah liat di dalam pendidikan formal. Penciptaan karya ini menggunakan metode pengembangan. Metode pengembangan penciptaan diperlukan langkah- langkah yang menunjang terciptanya sebuah karya/produk, yaitu: eksplorasi, eksperimentasi, dan pembentukan. Kegiatan eksplorasi dilakukan penjelajahan atau penyelidikan untuk mendapatkan konsep yang akan dijadikan dasar penciptaan. Adapun kegiatan eksperimentasi dimulai dengan pencarian bentuk, teknik. Sedangkan pembentukan yaitu proses perwujudan karya melalui pembuatan model, mendekorasi. Penciptaan karya seni lukis dengan media tanah liat ditemukan bahwa proses ini merupakan upaya dalam pengembangan media seni lukis serta bahan ajar  yang bisa diterapkan dalam lingkup pendidikan formal sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran seni budaya khususnya seni rupa yang berbasis kearifan lokal untuk penanaman karakter dan pengembangan kreativitas bagi peserta didik. Kata Kunci: Bentuk kapal pinisi, penciptaan seni lukis, media tanah liat THE SHAPE OF PINISI SHIP AS A CREATION IDEA OF ART PAINTING WITH CLAY Abstract The purpose of this article is to realize the basic shape of a Pinisi ship in applying painting activities using clay in formal education. The creation of this work uses a development method. The creation development method requires steps that support the creation of a work, namely: exploration, experiment, and formation. The exploration activities were carried out through exploration or investigation to get the concepts that will be used as the basis of creation. The experiment began with the search of forms, techniques. Meanwhile, the formation activities involving the embodiment of the work through modelling, decorating. From the creation of an art with clay in this study, it was found that it was a development of painting media and teaching materials that could be applied in formal educations as a guideline in the implementation of cultural arts learning, especially art based on local wisdom for the cultivation of character and development of learners’ creativity.Keywords: Pinisi ship shape, painting creation, clay media
BENTUK, PERUBAHAN FUNGSI, DAN NILAI-NILAI EDUKATIF PADA MUSIK TARI JAPIN TAHTUL DI AMUNTAI Siti Risa Noviyanti; Sutiyono Sutiyono
Imaji Vol 15, No 1 (2017): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (842.597 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v15i1.14033

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) Bentuk pertunjukkan musik Japin Tahtul di Amuntai, Hulu sungai Utara, Kalimantan Selatan; (2) Perubahan fungsi dari musik Japin Tahtul; dan (3)  nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam musik Japin Tahtul. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan etnomusikologi dan beberapa teori terkait sejarah, sosiologi dan antropologi. Penelitian ini dilaksanakan di Amutai, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Data diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Kemudian data dianalisis menggunakan tehnik analisis data kualitatif yang terdiri dari reduksi data, presentasi data, dan kesimpulan. Hasl dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bentuk pertunjukkan musik Japin Tahtul mengalami perubahan yang meliputi: para pemain, alat musik, teks lagu, kostum, sajak, tempat dan waktu pertunjukan; (2) Perubahan fungsi dari musik Japin Tahtul yang awalnya merupakan pendukung pertunjukkan tari, kini dapat tampil sendiri sebagai pertunjukkan musik; (3) Musik Japin Tahtul mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat ditemukan di musiknya itu sendiri, termasuk lirik lagu, alat musik dan quartrains.Kata kunci: bentuk, perubahan fungsi, nilai-nilai pendidikan THE FORM, THE FUNCTION CHANGES, AND EDUCATIONAL VALUES IN JAPIN TAHTUL MUSICAbstractThis study aims to reveal: (1) the form of Japin Tahtul Music performance in Amuntai, North Hulu Sungai, South Kalimantan; (2) the change of the function of Japin Tahtul Music; and (3) the educational values containing in Japin Tahtul Music. This study is a qualitative research using the ethnomusicology approach assisted with some additional knowledge including history, sociology, and anthropology. This research was conducted in Amuntai, North Hulu Sungai, South Kalimantan. The data were collected through observation, documentation, and interview. The data were analyzed using qualitative data analysis techniques consisting of data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study are as follows. (1) The form of Japin Tahtul Music performance in Amuntaihas experienced changes that include the players, musical instruments, song texts, costumes, rhymes, venues, and time of the show. (2) The function changes of Japin Tahtul music which was originally music accompaniment of dancecan now stand on its own as a form of musical performance. (3) Japin Tahtul Music contained Educational values, which can be found in the music itself, including song lyrics, musical instruments, and quatrains.Keywords: form, function change, educational values
MANAJEMEN SENI PERTUNJUKAN KRATON YOGYAKARTA SEBAGAI PENANGGULANGAN KRISIS PARIWISATA BUDAYA Sutiyono Sutiyono
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 38, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.383 KB)

Abstract

This study was aimed at investigating the management which was used to do the traditional performing art in Yogyakarta palace as a form of overcoming the cultural tourism crisises. The research used qualitative approach. Participant obser- vations,  indepth interviews,  documentation  study were conducted  to collect  data. The results show that  the management which was used to doing the traditional per- forming arts in Yogyakarta  palace used management  functions,  like performance programe  (planning),  performance  actuating,   performance  organize  (organizing), and performance controll (controlling). The management applications could be used by Yogyakarta palace as  a form of  overcoming the cultural tourism crisises
REFORMULASI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENGUATKAN NASIONALISME WARGA NEGARA MUDA DI WILAYAH PERBATASAN Sutiyono Sutiyono
Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.214 KB) | DOI: 10.25273/citizenship.v6i1.1824

Abstract

Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki beberapa daerah perbatasan yang rentan akibat globalisasi. Tingginya akses mobilisasi baik barang, jasa, maupun perseorangan membuat daerah perbatasan rentan terjadinya degradasi nasionalisme. Pihak yang sangat rentan akibat fenomena ini adalah warga negara muda. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk menguatkan nasionalisme melalui pendidikan formal. Salah satu mata pelajaran yang memiliki tujuan untuk menumbuhkan nasionalisme pada warga negara muda adalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Tujuan penulisan ini untuk mereformulasikan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk menguatkan nasionalisme warga negara muda di wilayah perbatasan. Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini yaitu library research dan kajian hasil penelitian mengenai penguatan karakter nasionalisme melalui pembelajaran PPKn. Hasil pembahasan dimaksudkan reformulasi PPKn mengarahkan peserta didik untuk memiliki kompetensi “act locally and think globally”. Kompetensi ini untuk melestarikan nilai-nilai berpangkal pada kualitas ke-Indonesiaan dengan cara pandang internasional. Melalui reformasi PPKn akan mendorong penguatan nasionalisme warga negara muda di wilayah perbatasan.
Ilmu Pegangan Hidup Seorang Muslim dalam Kesenian Kentrung Blora, Jawa Tengah Firlie Ni'mah Husnayain; Sutiyono Sutiyono
Millah: Journal of Religious Studies Vol. 18, No. 2, Februari 2019 Aktualisasi Mashlahah pada Ranah Domestik, Muamalah, Budaya, dan Dasar
Publisher : Program Studi Ilmu Agama Islam Program Magister, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/millah.vol18.iss2.art5

Abstract

Blora’s kentrung has changed as a performing arts so we can see its performance at big stage not only at small events. It becomes an art icon. The government strives for this art to remain sustainable, by bringing it up as an entertainment art for the people. Its educative values include the teaching of life philosophy in line with Walisongo teachings in a chronicle story supplemented with advice, prayer, and pantun in performances that entertain the audience. It is called "sipat rong puluh" or "the twenty character" in harmony with Javanese script which amounts to twenty. But there are two times the translation of "sipat rong puluh" with different explanations so that the number becomes forty points in the life philosophy, described as life philoshophy in particular for a Muslim. Because it is still closely related to Javanese beliefs that always maintain a balance between humans, God, and nature, it can also be applied in general to every human being to obtain a balanced life.