Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MEMAHAMI INTERAKSI ALUMNUS MUNDUS DALAM ORGANISASI MULTINASIONAL (KAJIAN KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PASKA MOBILITAS) Reza Praditya Yudha
Konvergensi Vol 1 No 1 (2015): Konvergensi : Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.531 KB)

Abstract

Mobilitas ke luar negeri sebagai penerima beasiswa Erasmus Mundus (EM) memberi pengalaman dan pengetahuan keragaman budaya individualistik. Beberapa karakter masyarakat tersebut memberi kenyamanan bagi alumnus dan kembali diaplikasikan dalam organisasi multinasional di Indonesia. Namun tidak semua nilai budaya bisa dipraktekkan, karena tidak sesuai dengan budaya organisasi atau kultur setempat. Menarik untuk mengetahui, bagaimana pengalaman EM muncul dalam interaksi dan pengelolaan facework di organisasi multinasional sehingga menjadi kompetensi komunikasi antarbudaya.Dalam tataran teori, permasalahan dan tujuan penelitian dikaji dengan Teori Dialektika Relasional, Facework, dan Effective Intercultural Workgroup. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi demi mendeskripsikan pandangan subjek penelitian, para alumnus penerima beasiswa EM yang saat ini bekerja dalam lingkungan multinasional.Hasil penelitian menunjukkan pengalaman mobilitas mengembangkan kompetensi komunikasi antarbudaya. Ketika berinteraksi dalam organisasi multinasional, akibat bauran kultur di dalamnya, terjadi potensi masalah komunikasi antarbudaya berupa anggapan terhadap strangers dan berimplikasi pada adanya dialektika relasional yang dialami subjek. Benturan budaya tersebut disikapi dengan respon berupa facework positif yang diupayakan tetap mengintegrasi anggota organisasi. Sikap saling empati, mindful, dan menghormati nilai kultural satu sama lain itulah yang menciptakan budaya organisasi yang kondusif, positif, dan nyaman.Kata Kunci : kompetensi komunikasi antarbudaya, alumnus Erasmus Mundus,dialektika relasional, facework.
DIMENSI BUDAYA BARU SEBAGAI IMPLIKASI MEDIA DIGITAL Reza Praditya Yudha; Irwansyah Irwansyah
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 5 No 2 (2019): SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v5i2.1682

Abstract

Pada level paling sederhana, media digital menjadi sarana yang menghilangkan batas lokalitas dalam konteks komunikasi budaya. Secara konvensional, Gudykunst & Lee (Gudykunst, 2003) mengidentifikasi pendekatan komunikasi budaya berhubungan dengan norma dan nilai kultural yang bersifat lokalitas. Sementara saat ini, media digital meretas batas ruang, waktu, dan status sosial. Teknologi akhirnya memberi dampak dan dimensi baru atas budaya itu sendiri, dalam sebuah medium digital. Makalah penelitian ini menggunakan metode library dengan data sekunder (desk-study) untuk mengintegrasikan asumsi, proposisi, dan diskusi konsep-konsep media digital. Media digital pada level paling sederhana menjadi sarana yang menjembatani persebaran atau peneguhan nilai budaya. Manusia memegang kendali atas konten media. Namun media digital berkembang pada Level II sehingga memungkinkan remediasi dari produk budaya. Bahkan saat ini, meme, digital fetishism, dan pekerjaan berbasis protokol biner menjadi wujud perkembangan media digital telah mencapai Level III. Masyarakat perlu memahami konsep, batas, dan implikasi tahap perkembangan teknologi agar mampu memanfaatkan dan bukan justru dikendalikan media digital.
Persepsi Generasi Millineal terhadap Jilbab sebagai Identitas, Fesyen, Komunikasi Nonverbal dan Kreativitas Poerwanto Poerwanto; Reza Praditya Yudha
Journal of Tourism and Creativity Vol 3 No 1 (2019): Tourism and Creativity: Managing and Policy
Publisher : Diploma Travel Business, Faculty of Social and Political Science, Jember University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/jtc.v3i1.13942

Abstract

Abstract This research aimed to describe millenial generation perception of viel as identity, fashion, communication, and creativity. It used the focus discussion group technique. The result showed a variety of viel perception. As an identity, viel became moslemah wearing that must be according to Islamic rules. Viel also could be used in various daily activities as long as it didn’t disturbed the activity’s purpose. In its development, viel has been a chiq wearing and has been included to the fashion sphere. Fashion and creativity were a sphere to express the ability in the dynamic of modelling and business world. Viel as an identity and fashion gave a vast chances and challenges for the designers and businessmen to create creative modes gradually. The main challenge for the fashion designer and businessmen were because viel was originally derived from moslem fashion tied by Islamic rule. Veil (jilbab) are identity, fashion, nonverbal communication and creativity. Keywords: Millenial generation, Hijab, Identity