Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN AKSEPTOR KB PRIA TERHADAP PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PRIA DI INDONESIA (ANALISIS SDKI 2012) Saputra, Adhitya Mardhika; Sariman, Tatang A.M.; Erina, Lili
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 8 No 2 (2014): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. Namun, dalam 12 tahun terakhir ini tingkat kesertaan KB masih didominasi perempuan, sedangkan pada pria angka kesertaannya kurang dari lima persen, karena itu diperlukan rumusan yang tepat untuk meningkatkan kesertaan pria dalam Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi, salah satu caranya dengan memperdalam pemahaman faktor-faktor yang mendorong keikutsertaan pria menjadi akseptor Keluarga Berencana. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pendidikan dan pekerjaan akseptor KB pria terhadap pemilihan metode kontrasepsi di Indonesia, sehingga diharapkan sasaran program akan semakin tepat dengan mengetahui karakteristik pendidikan dan pekerjaan akseptor KB pria seperti apa yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang ataupun non-jangka panjang. Desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data dasar SDKI 2012 dengan sampel sebesar 395 responden pria dengan status sekali menikah dan menggunakan kontrasepsi. Penelitian menggunakan analisis bivariabel dengan uji chi-square dan dilanjutkan dengan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menyatakan bahwa pendidikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pria dalam pemilihan metode kontrasepsi dengan signifikansi 0.017. Rendahnya persentase partisipasi suami dalam Keluarga Berencana menunjukkan bahwa usaha untuk terus meningkatkan angka partisipasi suami menjadi akseptor Keluarga Berencana harus terus digalakkan.
KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI PADA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PERSERO) TBK MUARA ENIM SUMATERA SELATAN Lili Erina
Indonesian Journal of Dialectics Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Sekolah PascaSarjana Unpad

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The focus in this research is on the characteristics of  organizational  culture that is characteristic of organizational culture embodied  in  the PTBA after these BUMN to reform its organization culture.This study aims to describe the characteristics of organizational culture; traced through seven basic characteristics of the organizational culture: Innovation and risk taking, attention to detail, outcome orientation, people orientation, team orientation, stability and aggressiveness based on the basic values of the organizational culture of work attitudes and culture that exist in PT. Bukit Asam Coal Mine (Persero) Tbk.Research  using  qualitative  methods,  the  techniques  of  collecting  data  through observation, analysis of  documentation  and  in-depth  interviews. Validity of  data is done  by  triangulation  techniques  through  check,  re-check  and confirm the observations, analysis documentation and in-depth interviews.Based on analysis it was depicted that there are 5 strength characteristic primer of PTBA organization culture ie: (1) attention to detail, (2) outcome orientation, (3) team orientation, (4) aggressiveness   and (5)stability. While two others characteristic primer (1) innovation and risk-tacking and (2) orientation to the people still weak. Thus PTBA corporate culture could not be chategorized as strength culture, due to only 5 from 7 characteristic was categorized strength characteristic. External environment factor caused these two other characteristic primer not integrated yet. According to Robbins (2001), strength organization culturecovered strength of the seventh characteristic primer, as comprehensive the strength of the culture has seen togather and integrated.Based on the conclusions of this research it is proposed a new concept: an innovative attitude and orientation of the people is a fundamental characteristic of the culture of the organization. 
Factors of Medicinal Plants Users as Alternative Medicinal in Indonesia Yunita Theresiana; Kamaluddin Kamaluddin; Sriati Sriati; Lili Erina
Science and Technology Indonesia Vol. 3 No. 2 (2018): April
Publisher : Research Center of Inorganic Materials and Coordination Complexes, FMIPA Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.987 KB) | DOI: 10.26554/sti.2018.3.2.94-99

Abstract

Traditional medicines are the cultural heritance of Indonesian nation that should be preserved and developed in order to support the society’s health development and to improve the society’s economy. This research was aimed to figure out the society’s behaviors in using traditional medicines and the dominant factors that influence them in using traditional medicines. This research is a non-experimental research, with analytical survey method and cross-sectional approach. Fifty percent of the existing districts (16 districts) were selected randomly to serve as the sample. The districts selected included the districts of Muara Kuang, Tj. Raja, Lubuk Keliat, Payaraman, Indralaya, Pemulutan, Pemulutan Selatan and Rantau Panjang, totaling eight. The number of villages selected was 66. From these villages, the research sample was selected using stratified random sampling technique, and a sample of 400 people was obtained. The analysis was conducted in a bivariate manner with chi square test. The results showed that the respondents were motivated to use traditional medicines through (a) predisposing factors perceived sickness; (b) enabling factors, including economic level, location of domicile, type of complaints, insurance and distance to health facilities; and (c) reinforcing factors, including family support and traditional medicine promotion. Serving as the predicting factors in the traditional medicine use were the variables perceived sickness, type of complaint, distance to health facilities and traditional medicine promotion, with the variables occupation, insurance, education, family support, domicile and income serving as the confounding variables.
MODEL PENGARUH IMPLEMENTASI KEGIATAN PENANAMAN HUTAN RAKYAT TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BANYUASIN Iwan Adi Ratmoko; Ardiyan Saptawan; Lili Erina
Jurnal Kependudukan Sriwijaya Vol 2 No 2 (2015): Vol 2, No 2, Januari 2015
Publisher : Program Studi Kependudukan, Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jumlah lahan kritis di kabupaten Banyuasin meningkat sejalan dengan laju degradasi dan deforestasi. Salah satu upaya Pemerintah untuk mengurangi jumlah lahan kritis di Banyuasin adalah melalui pengembangan hutan masyarakat dengan kegiatan penanaman hutan publik. Partisipasi masyarakat diperlukan karena sebagian besar wilayah penting di Banyuasin dilokasikan di lahan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model partisipasi masyarakat yang meningkat di hutan masyarakat Banyuasin; untuk menjelaskan pengaruh konten kebijakan terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan penanaman hutan masyarakat; untuk menjelaskan pengaruh konteks kebijakan untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan penanaman hutan masyarakat dan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh keberhasilan pelaksanaan kegiatan penanaman hutan masyarakat pada partisipasi masyarakat dalam pengembangan hutan rakyat di kabupaten Banyuasin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrumen. Populasi penelitian adalah masyarakat yang terlibat dalam pengembangan hutan rakyat pada tahun 2013 dan 2014 sebanyak 270 koresponden di Kabupaten Banyuasin. 140 sampel diambil secara propostionate secara acak menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Hasilnya membuktikan bahwa pelaksanaan kegiatan penanaman hutan rakyat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan hutan publik. Model efektif peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan hutan publik adalah menyelaraskan isi, konteks dan tujuan kebijakan sebagai kebijakan yang efektif. Berdasarkan penelitian dapat disarankan bahwa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan hutan rakyat adalah menyelaraskan isi kebijakan dan konteks dengan tujuan kebijakan secara sinergis. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banyuasin harus menjadikan tujuan hutan publik sebagai pedoman dalam menyusun strategi pengembangan hutan publik melalui peningkatan partisipasi masyarakat.
FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati; Lili Erina; Tatang Sariman
Jurnal Kependudukan Sriwijaya Vol 2 No 1 (2014): Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Program Studi Kependudukan, Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan lama menetap dari lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Kota Palembang. Faktor yang berhubungan tersebut adalah kebutuhan primer, lingkungan sosial, ekonomi anak, perlindungan. Pengambilan sampel sebanyak 32 orang. Teknik pengumpulan data adalah dengan angket yang akan dihitung dengan skala likert. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis bivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan kebutuhan primer, dari tiga kategori yang digunakan maka kebutuhan pangan memiliki korelasi tertinggi, diikuti oleh kebutuhan sandang dan kebutuhan papan. Lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan lingkungan sosial, dari tiga kategori yang digunakan maka hubungan sesama lansia memiliki korelasi tertinggi diikuti oleh hubungan anak dengan ketua panti dan hubungan anak dengan petugas panti. Lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan ekonomi anak, dari dua kategori yang digunakan maka pengeluaran memiliki korelasi tertinggi diikuti oleh pendapatan. Lama menetap memiliki korelasi yang kuat dengan perlindungan, dari tiga kategori yang digunakan dalam penelitian maka keamanan memiliki korelasi tertinggi diikuti oleh suasana panti dan peralatan keamanan.
ANALISIS ALASAN MIGRASI MASUK DI KOTA MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN SETELAH PEMEKARAN WILAYAH Moanisa Moanisa; Bambang Bemby soebyakto; Lili Erina
Jurnal Kependudukan Sriwijaya Vol 1 No 1 (2013): Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Program Studi Kependudukan, Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Analisis alasan Migrasi masuk di Kota Muaradua Kabupaten OKU Selatan setelah pemekaran wilayah. Banyaknya warga yang melakukan migrasi masuk di Kota Muaradua Kabupaten OKU Selatan dari tahun ke tahun jumlahnya selalu meningkat, dengan berbagai alasan yang membuat para migrant memilih daerah pemekaran sebagai tempat untuk mencari penghidupan yang lebih baik serta mencari pengalaman bekerja di kota tujuan. Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan paling dominan yang mempengaruhi migran melakukan migrasi masuk di Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan setelah pemekaran wilayah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis cluster. Data yang dipergunakan adalah data laporan kependudukan yang didapat dari kantor kelurahan Muaradua tahun 2011, dengan objek penelitian warga pendatang yang sudah lama bermigrasi, mengusai informasi penting tentang alasan pindah dari daerah asal serta bertempat tinggal di Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel bermigrasi masuk yang paling dominan adalah variabel pendapatan sebanyak 24 orang dan variabel pekerjaan sebanyak 34 orang. Sedangkan pada variable yang melakukan migrasi masuk beralasan usia sebanyak 5 orang, beralasan pengetahuan dan keterampilan sebanyak 10 orang, beralasan status perkawinan sebanyak 6 orang, beralasan tingkat pendidikan sebanyak 2 orang, beralasan kepemilikan lahan sebanyak 5 orang.
Geographical and Level of Local Government Variation on the Phenomenon of Ecological Footprint in Indonesia: Descriptive Analysis Muhammad Abduh; Dedik Budianta; Arinafril Arinafril; Lili Erina
Sriwijaya Journal of Environment Vol 4, No 3 (2019): AGROTECHNOLOGY AND SOCIOECONOMICAL WELFARE
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (918.453 KB) | DOI: 10.22135/sje.2019.4.3.123-132

Abstract

To simplify the description of the damage phenomenon to the earth, the concept of ecological footprint can be used. This concept is not specifically built to calculate the destruction of the earth. This concept calculates how much space (land and water) humans need to produce the resources they need including absorbing the waste they produce. This study calculates Indonesia's ecological footprint by observing variations according to geography and the level of regional government. This research uses the Environmental Care Behavior Survey Year 2013, Village Potential Census Year 2011 and the 2013 National Social Welfare Survey, or SUSENAS. All were surveyed by the Indonesian Central Bureau of Statistics. As a result, Indonesia's ecological footprint is 1.51 gha. At the provincial level, the ecological footprint of Jakarta is the highest compared to other provinces’ of 1.84 gha. While East Nusa Tenggara has the lowest ecological footprint, which is 1.30 gha. Indonesia's ecological footprint follows the general pattern in the world, of higher ecological footprint in urban area compared to other types of regions such as villages, watersheds, beaches, mountains, forests or hilly areas.
Linking Local Government and Demographics to Ecological Footprint Muhammad Abduh Abduh; Dedik Budianta; Arinafril Arinafril; Lili Erina
Sriwijaya Journal of Environment Vol 5, No 3 (2020): ENVIRONMENTAL MANAGEMENT
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.143 KB)

Abstract

To simplify the description of the damage phenomenon to the earth, the concept of ecological footprint can be used. This concept is not specifically built to calculate the destruction of the earth. This concept calculates how much space (on land and water) humans need to produce the resources they need including absorbing the waste they produce. This study calculates the ecological footprint in Palembang and its surroundings according to demographic factors and local government.  To investigate the general pattern of ecological footprint and its determinants based on the respondents’ reports, a survey was launched in October 2017. As a result, the average ecological footprint in Palembang Metropolitan and its surroundings is 0.591 global hectares (gha).  The ecological footprint in Palembang Metropolitan and its surroundings is formed by 4 things, namely: diet and food choices, shelter/home life, transportation and lifestyle choices.  The largest portion is given by diet and food choices (26.8 percent), while the smallest contribution is contributed by transportation (24.1 percent).   Taking into account demographic factors, a high ecological footprint is owned by a group of male individuals, aged 30-39 years, highly educated, working, and after hearing and understanding climate change and ecological footprint. Finally, if observed according to the type of government, metropolitan cities have a high ecological footprint than others.  Finally, the ecological footprint of Palembang as a metropolitan city is higher than the others.
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN AKSEPTOR KB PRIA TERHADAP PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PRIA DI INDONESIA (ANALISIS SDKI 2012) Adhitya Mardhika Saputra; Tatang A.M. Sariman; Lili Erina
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 8 No 2 (2014): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. Namun, dalam 12 tahun terakhir ini tingkat kesertaan KB masih didominasi perempuan, sedangkan pada pria angka kesertaannya kurang dari lima persen, karena itu diperlukan rumusan yang tepat untuk meningkatkan kesertaan pria dalam Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi, salah satu caranya dengan memperdalam pemahaman faktor-faktor yang mendorong keikutsertaan pria menjadi akseptor Keluarga Berencana. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pendidikan dan pekerjaan akseptor KB pria terhadap pemilihan metode kontrasepsi di Indonesia, sehingga diharapkan sasaran program akan semakin tepat dengan mengetahui karakteristik pendidikan dan pekerjaan akseptor KB pria seperti apa yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang ataupun non-jangka panjang. Desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data dasar SDKI 2012 dengan sampel sebesar 395 responden pria dengan status sekali menikah dan menggunakan kontrasepsi. Penelitian menggunakan analisis bivariabel dengan uji chi-square dan dilanjutkan dengan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menyatakan bahwa pendidikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pria dalam pemilihan metode kontrasepsi dengan signifikansi 0.017. Rendahnya persentase partisipasi suami dalam Keluarga Berencana menunjukkan bahwa usaha untuk terus meningkatkan angka partisipasi suami menjadi akseptor Keluarga Berencana harus terus digalakkan.
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pekerja Yang Menjadi Commuter Dan Tidak Menjadi Commuter Ke Kota Palembang Novey Afriyani; Lili Erina; Tatang A.M Sariman
Jurnal Empirika Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Master Program in Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Sriwijay

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.689 KB) | DOI: 10.47753/je.v2i2.45

Abstract

This study aims to analyze the factors that affect the workers who become commuters and do not become commuter to the city of Palembang. This research was conducted in Palembang City with the number of samples of 70 respondents who became commuter. Hypothesis testing is done multivariate by using logit (binary logistic regresion) model to measure how big independent variable is marital status (MAR), gender (SEX), age (AGE), education level (EDUC), income (WAGE), and distance (DISTANCE) which affects the dependent variable that is a commuter or not a commuter. The value of R square 0,377 means that 37,7% of variation of factors influencing commuter worker or commuter can not be predicted from independent variable. Partially, income variable (WAGE), and distance (DISTANCE) have significant influence while marital status (MAR), gender (SEX), age (AGE), education (EDUC) have no significant effect. The income variable (WAGE) is the most dominant factor to the commuter worker and does not become commuter to Palembang city based on the highest Exp (B) value of 44,847 and has coefficient value 3,803.