Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENGARUH NILAI BUDAYA SUNDA DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS KORBAN BENCANA TANAH LONGSOR Kadiyono, Anissa Lestari; Harding, Diana
Journal of Psychological Science and Profession Vol 1, No 3 (2017): Psychological Science and Profession
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.896 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v1i3.15232

Abstract

Permasalahan psikososial adalah hal yang akan menyertai ketika bencana alam terjadi, termasuk diantaranya adalah bencana tanah longsor yang terjadi di daerah Ciloto Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Daerah ini seringkali mengalami bencana alam, khususnya tanah longsor dikarenakan posisi tanah yang labil dan curah hujan yang tinggi. Pada saat bencana longsor terjadi, maka terdapat korban yang mengakibatkan permasalahan tersendiri bagi pembangunan daerah dan masyarakat dalam melanjutkan hidup mereka. Penelitian ini dilakukan pada korban bencana tanah longsor di Ciloto-Cipanas pada tanggal 21 Januari 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa nilai apakah dalam diri korban tanah longsor yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka. Data dikumpulkan melalui interviu mendalam, observasi, diskusi kelompok, dan penyebaran kuesioner. Bagi masyarakat Cianjur, terdapat nilai-nilai dasar yang secara turun-menurun menjadi dasar hidup mereka, yaitu Ngaos, Mamaos, dan Maenpo. Berdasarkan hasil penelitian, nilai Sunda yang penduduk Cianjur anut ini dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis, sehingga para korban tanah longsor memiliki semangat untuk melanjutkan hidup dan mewujudkan rencana mereka ke depan. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam membuat program intervensi penanganan bencana alam melalui nilai budaya. Kata Kunci : Nilai Religiusitas, Intervensi Psikososial, Kesejahteraan Psikologis, BencanaTanah Longsor
JOB PERFORMANCE DITINJAU DARI IKLIM ORGANISASI DAN CULTURAL VALUE SUKU BATAK Simarmata, Nenny Ika Putri; Kadiyono, Anissa Lestari; Agustiani, Hendriati; Harding, Diana
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.565 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v5i1.3839

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil dari penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti tentang Job performance pada pegawai pemerintah di 2 Kabupaten di Sumatera Utara.   Penelitian ini  menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap job performance. Teknik pengumpulan data menggunakan angket model rating scale dengan skor yang terentang antara 1 sampai dengan 4. Responden adalah 115 orang  Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Humbahas dan Kabupaten Tobasa. Teknik analisis data menggunakan regresi. Hasil penelitian menunjukkan iklim organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap job performance. Penelitian dengan pendekatan kualitatif juga dilakukan dengan menggunakan metode wawancara untuk menggali persepsi  pegawai pemerintah mengenai konsep 3H. Peneliti menemukan bahwa  nilai yang selama ini dianut oleh masyarakat suku Batak yaitu nilai ?kekayaan, anak, kehormatan? (Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon ? 3H) telah dijadikan falsafah dan menjadi cita-cita setiap masyarakat suku Batak secara turun menurun. Peneliti melihat bahwa nilai 3H ini menjadi pendorong bagi semangat kerja masyarakat suku Batak sehingga akhirnya rela bekerja keras demi meraih 3H. Hal ini tentu saja berkontribusi terhadap meningkatnya job performance secara khusus dimensi contextual performance Pegawai Negeri Sipil Kata kunci: iklim organisasi, job performance, cultural value, suku BatakAbstractThis is a preliminary research about job performance on government office in the District of North Sumatera. This research was conducted at 2 regency in North Sumatra, that is Humbahas and Samosir. This study also analyzes the influence of organization climate on job performance. A climate organization and  job performance questionnaire were used as measuring instruments with a score between 1 and 4. The respondents were 115 people. Data were analyzed using regression. The results showed that organizational climate had a positive and significant effect on job performance. Researchers also found that the value of  Bataknese people which is "wealth, children, honor" (Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon - 3H) was used as the philosophy and the ideals of any society from one generation to the Bataknese. The researchers noticed that the this value  become a booster to work hard in order to achieve 3H. This might be have a contribution to the increase of  job performance specially in government employees?s contextual performance. Keywords: climate organization, job performance, cultural value, Bataknice
JOB PERFORMANCE DITINJAU DARI IKLIM ORGANISASI DAN CULTURAL VALUE SUKU BATAK Nenny Ika Putri Simarmata; Anissa Lestari Kadiyono; Hendriati Agustiani; Diana Harding
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 5 No. 1 (2017): January
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.565 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v5i1.3839

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil dari penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti tentang Job performance pada pegawai pemerintah di 2 Kabupaten di Sumatera Utara.   Penelitian ini  menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap job performance. Teknik pengumpulan data menggunakan angket model rating scale dengan skor yang terentang antara 1 sampai dengan 4. Responden adalah 115 orang  Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Humbahas dan Kabupaten Tobasa. Teknik analisis data menggunakan regresi. Hasil penelitian menunjukkan iklim organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap job performance. Penelitian dengan pendekatan kualitatif juga dilakukan dengan menggunakan metode wawancara untuk menggali persepsi  pegawai pemerintah mengenai konsep 3H. Peneliti menemukan bahwa  nilai yang selama ini dianut oleh masyarakat suku Batak yaitu nilai “kekayaan, anak, kehormatan” (Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon – 3H) telah dijadikan falsafah dan menjadi cita-cita setiap masyarakat suku Batak secara turun menurun. Peneliti melihat bahwa nilai 3H ini menjadi pendorong bagi semangat kerja masyarakat suku Batak sehingga akhirnya rela bekerja keras demi meraih 3H. Hal ini tentu saja berkontribusi terhadap meningkatnya job performance secara khusus dimensi contextual performance Pegawai Negeri Sipil Kata kunci: iklim organisasi, job performance, cultural value, suku BatakAbstractThis is a preliminary research about job performance on government office in the District of North Sumatera. This research was conducted at 2 regency in North Sumatra, that is Humbahas and Samosir. This study also analyzes the influence of organization climate on job performance. A climate organization and  job performance questionnaire were used as measuring instruments with a score between 1 and 4. The respondents were 115 people. Data were analyzed using regression. The results showed that organizational climate had a positive and significant effect on job performance. Researchers also found that the value of  Bataknese people which is "wealth, children, honor" (Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon - 3H) was used as the philosophy and the ideals of any society from one generation to the Bataknese. The researchers noticed that the this value  become a booster to work hard in order to achieve 3H. This might be have a contribution to the increase of  job performance specially in government employees’s contextual performance. Keywords: climate organization, job performance, cultural value, Bataknice
Peran Kesejahteraan di Tempat Kerja terhadap Kesiapan untuk Berubah Muhammad Noerul Akhbar; Diana Harding; Nurul Yanuarti
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 2 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss2.art5

Abstract

Abstrak. Salah satu kunci keberhasilan perubahan organisasi ialah faktor sumber daya manusia yang dimilikinya, terutama pada sikap kesiapan untuk berubah (readiness for change). Di sisi lain, perubahan organisasi biasanya menimbulkan emosi negatif bagi karyawan, sehingga karyawan perlu didukung dengan kesejahteraan karyawan di tempat kerja (workplace wellbeing). Oleh karena itu, penelitian ini menguji pengaruh kesejahteraan karyawan di tempat kerja terhadap kesiapan untuk berubah, dengan hipotesis penelitian bahwa terdapat pengaruh kesejahteraan di tempat kerja terhadap kesiapan untuk berubah. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan BUMN di Indonesia yang sementara ini sedang melakukan beberapa perubahan, dengan jumlah responden penelitian sebanyak 98 karyawan pelaksana yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner Kesejahteraan di Tempat Kerja dari Maulana (2018) yang diadaptasi dari Workplace Well-Being Index dari Page (2005), dan kuesioner Kesiapan untuk Berubah yang diadaptasi langsung dari Readiness for Change Questionnaire dari Holt et al. (2007). Analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (.00 < .05) dari kesejahteraan di tempat kerja terhadap kesiapan untuk berubah sebesar 35.5%.Kata Kunci: kesejahteraan di tempat kerja, kesiapan untuk berubah, sumber daya manusiaThe Role of Workplace Well-Being toward Readiness for ChangeAbstract. One of the keys to the success of organization changes is its human resource factor, especially in readiness for change. On the other hand, organization changes normally could have a negative emotions for employees, so employees should be supported by the well-being of employees in the workplace (workplace well-being). Therefore, this study attempted to examine the effect of workplace well-being on readiness for change, through the research hypothesis which withnessing an effect of workplace well-being on readiness for change. This research method used a quantitative approach. This research was conducted at a state-owned company in Indonesia, which is currently undergoing some organizational changes, as many as 98 participants using simple random sampling techniques. This research measuring instrument by using a Workplace Well-Being questionnaire from Maulana (2018) which was adapted from the Workplace Well-Being Index of Page (2005), and a Readiness for Change questionnaire which was adapted directly from The Readiness for Change Questionnaire of Holt,dkk. (2007). Regression analysis was used to analyze the data. The results of this study imply that there is a significant effect (.00 < .05) of workplace well-being on readiness for change of 35.5%.Keywords: human resources, readiness for change, workplace well-being
PENGARUH PEMBERDAYAAN PSIKOLOGIS TERHADAP PERILAKU KERJA ADAPTIF (STUDI PADA DOKTER DI 5 RUMAH SAKIT NIRLABA JAKARTA DAN YOGYAKARTA). Maharsi Anindyajati; Diana Harding; Rismiyanti Koesma; Yus Nugraha
Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 9 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Paramadina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.345 KB)

Abstract

Di era yang penuh perubahan ini, organisasi rumah sakit tidak luput dari tuntutan untuk melakukan perubahan agar dapat bertahan dan meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kondisi ini tidak hanya menuntut manajemen rumah sakit untuk berubah, namun juga para dokter sebagai ujung tombak pelayanan. Kemampuan dokter untuk menyesuaikan diri dengan perubahan adalah hal yang mutlak dilakukan. Kesediaan para dokter untuk menampilkan perilaku kerja adaptif diduga dipengaruhi oleh pemberdayaan psikologis yang dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberdayaan psikologis terhadap perilaku kerja adaptif dokter. Penelitian dilakukan terhadap 89 dokter yang berstatus sebagai pegawai tetap pada 5 rumah sakit nirlaba di Jakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan psikologis yang dialami oleh para dokter berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kerja adaptifnya.Kata Kunci: pemberdayaan psikologis, perilaku kerja adaptif, dokter, rumah sakit nirlaba.
PENGARUH QUALITY OF WORK LIFE TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) YANG BELUM MENIKAH Nisa Indah Pertiwi; Diana Harding; Nurul Yanuarti
PSIKOVIDYA Vol 25 No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37303/psikovidya.v25i1.174

Abstract

ABSTRAK. Work engagement diketahui sebagai sumber bagi keberhasilan performa kerja individu dalam organisasi. Dalam hal ini, quality of work life menjadi salah satu topik yang menarik sebagai dasar dalam membentuk work engagement. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh quality of work life terhadap work engagement pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang belum menikah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental yang dilakukan kepada 63 orang PNS yang belum menikah. Alat ukur quality of work life menggunakan adaptasi kuesioner quality of work life dari Timossi dan work engagement menggunakan adaptasi alat ukur the Utrecht Work Engagement Scale (UWES-17). Teknik analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa quality of work life berpengaruh terhadap work engagement pada PNS yang belum menikah. Aspek development using human capacity memiliki kontribusi terbesar bagi quality of work life dalam mempengaruhi work engagement. ABSTRACT. Work engagement has been known as a source for the succes of individual work performance in the organization. In this case, quality of work life is an interesting topic as a basis for forming work engagement. This study aimed determine the effect of quality of work life on work engagement among unmarried Civil Servants (PNS). This study used non-experimental quantitative method which was conducted on 63 unmarried Civil Servants. Quality of work life instrument was adapted from quality of life questionnaire from Timossi and work engagement instrument was adapted from the Utrecht Work Engagement Scale (UWES-17). The data was analyzed through simple linear regression analysis. The results of this study showed the quality of work life has an effect on work engagement of unmarried Civil Servants. Development using human capacity has the greatest contribution to the quality of work life in effecting work engagement.
THE WELL-BEING OF MICRO SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES’ PRACTITIONER IN COVID-19 PANDEMIC Diana Harding; Deris Friyanto; Kevin Muhamad Lukman
Sosiohumaniora Vol 24, No 1 (2022): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, MARCH 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v24i1.36802

Abstract

The Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) sector plays an important role in the development of a country, providing massive revenues and employment opportunities. However, the challenges of MSMEs sector are now exacerbated with the situation of COVID-19 due to the business limitation and degrading economic situation. In addition to financial difficulties, there is also the concern on the well-being of MSMEs practitioners which can influence the sustainability of the sector. This research was conducted with the purpose of investigating the level of well-being for MSMEs practitioners. The approach of subjective well-being using Satisfaction with Life Scale (SWLS) and scale of positive and negative experience (SPANE) were implemented in a form of questionnaire. A total of 119 MSMEs practitioners were collected in this study, with their level of well-being investigated, as well as the challenges and innovations experienced during the COVID-19 pandemic. The findings in this study show that the MSMEs practitioners under association support were majority within medium and high levels of well-being, however this study also takes note of practitioners within low-level of well-being. Hence there is the implication challenge to formulate policy intervention to support MSMEs sector which integrate the financial and mental health aspect to maintain the sustainability of the sector.
PENGARUH ETHICAL CLIMATE TERHADAP COUNTERPRODUCTIVE WORK BEHAVIOR DALAM INSTANSI PEMERINTAHAN DAERAH Hijriyati Cucuani; Marina Sulastiana; Diana Harding; Hendriati Agustiani
Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang) Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/rapun.v12i2.114449

Abstract

Counterproductive work behavior is still become a problem in government agencies in Indonesia, including in local government agencies. Counterproductive work behavior can be controlled and overcome by optimizing organizational factors, such as conditioning a work climate that supports ethics. This study aims to examine the effect of ethical climate toward counterproductive work behavior in local governments. The data was collected using the Ethical Climate Index and Counterproductive Work Behavior-Checklist. Multiple regression test on 534 employees in 15 Regional Apparatus Organizations of Pekanbaru City, show that ethical climate affects counterproductive work behavior. The results of Product Moment correlation analysis prove that there are relationships in the negative direction of each subscale of ethical climate (norms of empathic concern, norms of moral awareness, focus on others, collective moral motivation and collective moral character) with counterproductive work behavior, except the focus on self, which is positively correlated. Thus, counterproductive work behavior can be reduced by building an ethical work climate.Counterproductive work behavior masih menjadi  masalah dalam instansi pemerintah di Indonesia, termasuk instansi pemerintah daerah hingga saat ini. Counterproductive work behavior dapat dikendalikan dan diatasi dengan mengoptimalkan faktor organisasi, diantaranya mengkondisikan iklim kerja yang mendukung etik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ethical climate terhadap counterproductive work behavior di pemerintah daerah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan ekala Ethical Climate Index dan Counterproductive work behaviour-Checklist. Berdasarkan uji regresi ganda terhadap 534 orang pegawai di 15 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Pekanbaru diketahui bahwa ethical climate mempengaruhi counterproductive work behavior. Hasil analisis korelasi product moment menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dengan arah negatif setiap subscale dari ethical climate (norms of empathic concern, norms of moral awareness, focus on others, collective moral motivation dan collective moral character) dengan counterproductive work behavior, kecuali subscale focus on self yang berpengaruh dengan arah positif. Dengan demikian, counterproductive work behavior dapat dikurangi dengan menciptakan iklim kerja yang beretika
Mengapa Punya Sifat Malu Tetapi Melakukan Perilaku Kerja Kontraproduktif?: Peran Moderasi Iklim Etik di Tempat Kerja Hijriyati Cucuani Cucuani; Marina Sulastiana; Diana Harding; Hendriati Agustiani
JURNAL PSIKOLOGI Vol 17, No 2 (2021): Jurnal Psikologi
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jp.v17i2.14407

Abstract

Sifat malu (shame-proneness) menjadi salah satu sifat terpuji dalam masyarakat berbudaya kolektif. Individu yang memiliki sifat malu cenderung memperlihatkan tindakan yang sesuai dengan harapan sosial. Namun, perilaku kerja kontraproduktif masih terus terjadi bahkan pada pekerja dengan budaya yang menekankan malu. Iklim etik sebagai faktor situasional yang sering dikaitkan dengan perilaku etik di tempat kerja menjelaskan permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah iklim etik memoderasi pengaruh sifat malu terhadap perilaku kerja kontraproduktif. Berdasarkan uji structural equation modelling terhadap data 404 Pegawai Negeri Sipil di kota Pekanbaru didapatkan Chi-square= 540.04 (df= 191), p= 0.000, CFI= 0.98, NNFI= 0.98, RMSEA= 0.067, dan SRMR= 0.012. Hasil menunjukkan bahwa ada interaksi sifat malu dengan iklim etik dalam mempengaruhi perilaku kontraproduktif pegawai sebesar 0.53 (t-value= 9.56). Dengan demikian, pengaruh sifat malu dalam menurunkan perilaku kerja kontraproduktif diperkuat oleh iklim etik yang positif. Trait activation theory memberikan penjelasan bagaimana faktor situasional turut menentukan bagaimana sifat individu diekspresikan dalam perilaku dibahas di dalam tulisan ini.
Adaptasi Employee Well-Being Scale (EWBS) Versi Bahasa Indonesia Tuti Rahmi; Hendriati Agustiani; Diana Harding; Efi Fitriana
JURNAL PSIKOLOGI Vol 17, No 2 (2021): Jurnal Psikologi
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jp.v17i2.13112

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi Employee Well-Being Scale (EWBS) ke dalam versi Bahasa Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Terdapat 201 orang karyawan dari perusahaan perkebunan di Indonesia yang mengisi skala penelitian ini. Validitas konstrak dilakukan dengan confirmatory factor analysis dengan menggunakan lisrel 8.8. Validitas konvergen diuji dengan mengkorelasikan EWBS dengan Utrecht Work Engagement Scale (UWES) sedangkan validitas diskriminan diuji dengan mengkorelasikan EWBS dengan Perceived Stress Scale (PSS). Reliabilitas alat ukur menggunakan nilai CR (Constract Reliability). Hasil confirmatory factor analysis menunjukkan bahwa model pengukuran fit dengan data. Begitu juga dengan reliabilitas dari alat ukur ini. Employee well-being berhubungan positif dengan work engagement sebaliknya berhubungan negatif dengan perceived stress. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa EWBS memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup baik dan dapat digunakan di Indonesia.