Imansari, Aulia Nadya Rizki
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DAN OBAT KIMIA SINTESIS DI KELURAHAN KEDAUNG KOTA DEPOK Gina Aulia; Aulia Nadya Rizki; Arif Hidayat; Selfi Khofifah
Edu Masda Journal Vol 5, No 2 (2021): Edu Masda Journal Volume 5 Nomor 2
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v5i2.130

Abstract

Health is the main thing in human life. Health is obtained by maintaining the body properly regularly and consistently. Treatment with traditional medicine and synthetic chemical drugs is a solution in case of health problems. The selection and use of traditional medicine or synthetic chemistry in the community tends to depend on each other's knowledge. This study aims to identify the level of public knowledge on the use of traditional medicines and synthetic chemical drugs in the RT 012, Kedaung Village, Depok City. This research method is a descriptive survey with a population of 336 people. The sampling technique used is simple random sampling with a sample of 77 respondents. Data were collected using a questionnaire. The results showed that the level of public knowledge of the use of traditional medicine was included in the Good category of 64 respondents (83.3%), Good Enough knowledge 12 respondents (15.6%), and Poor knowledge of 1 respondent (1.3%). Public knowledge of the use of synthetic chemical drugs in the Good category 56 respondents (72.7%), Good enough knowledge 19 respondents (24.7%), and Poor knowledge 2 respondents (2.6%). In conclusion, the level of public knowledge about the use of traditional drugs is 83.3% and synthetic drugs is 72.7%, thus stating that public knowledge about traditional medicine is higher than synthetic chemical medicine.ABSTRAKKesehatan merupakan hal utama dalam kehidupan manusia. Sehat didapatkan dengan cara memelihara tubuh dengan baik secara rutin dan konsisten. Pengobatan dengan obat tradisional maupun obat kimia sintetis menjadi solusi jika terjadi gangguan kesehatan. Pemilihan dan penggunaan obat tradisional atau kimia sintetis masyarakat cenderung tergantung pada pengetahuan masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional dan obat kimia sintetis di RT 012 Kelurahan Kedaung Kota Depok. Metode penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi berjumlah 336 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel sebanyak 77 responden. Data tingkat pengetahuan dikumpulkan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional termasuk dalam kategori baik 64 responden (83,3%), pengetahuan cukup baik 12 responden (15,6%), dan pengetahuan kurang baik 1 responden (1,3%). Pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat kimia sintetis kategori baik 56 responden (72,7%), pengetahuan cukup baik 19 responden (24,7%), dan pengetahuan kurang baik 2 responden (2,6%). Kesimpulan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat tradisional yaitu 83,3% dan obat sintetis 72,7% sehingga menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional lebih tinggi dibandingkan dengan obat kimia sintetis.
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN PENDERITA HIV/AIDS TERHADAP PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL (ARV) DITINJAU DARI BERBAGAI LITERATUR Agung Dewantoro; Aulia Nadya Rizki Imansari; Ahmad Syaripudin
Edu Dharma Journal :Jurnal penelitian dan pengabdian masyarakat Vol 5, No 2 (2021): Edu Dharma Journal: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52031/edj.v5i2.174

Abstract

ABSTRACTBased on WHO data in 2019, there were 78% of new HIV infections in the Asia Pacific region. In addition, the data on HIV/AIDS cases in Indonesia continues to increase from year to year, for the last 11 years HIV cases in Indonesia peaked in 2019 as many as 50,282 cases. Based on this data, the 5 provinces with the highest number of HIV cases were East Java (8,935), DKI Jakarta (6,701), West Java (6,066), Central Java (5,630) and Papua (3,753). The success of HIV/AIDS treatment with ARV therapy is determined by adherence to taking ARV drugs and being given long term. The purpose of this study was to describe the factors that influence the level of adherence of HIV/AIDS patients to antiretroviral treatment in terms of various literatures. The method used in this study uses a literature review, namely the purposive sampling technique. The results of the study based on the level of compliance from the eight literatures obtained a total of 831 respondents in the high compliance category as many as 469 (60.16%), while the category with moderate compliance obtained as many as 91 respondents (30%) and in the low compliance category obtained as many as 271 (36 ,95%) , in addition, there are factors that influence the level of adherence to antiretroviral treatment such as the level of knowledge, family support, support from health workers and side effects. ABSTRAKBerdasarkan data WHO tahun 2019 terdapat 78% infeksi HIV baru di regional Asia Pasifik. Selain itu, Untuk data kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, selama 11 tahun terakhir kasus HIV di Indonesia puncaknya pada tahun 2019 yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data tersebut 5 provinsi dengan jumlah kasus HIV terbanyak yaitu Jawa Timur (8,935), DKI Jakarta (6.701), Jawa Barat (6.066), Jawa Tengah (5.630) dan Papua (3.753). Keberhasilan tatalaksana HIV/AIDS dengan terapi ARV ditentukan oleh kepatuhan minum obat ARV dan diberikan jangka panjang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita HIV/AIDS terhadap pengobatan antiretroviral ditinjau dari berbagai literatur. Metode yang digunakan penelitian ini menggunakan literatur review yakni dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian berdasarkan tingkat kepatuhan dari kedelapan literatur didapatkan sejumlah keseluruhan 831 responden pada kategori kepatuhan tinggi sebanyak 469 (60,16%), sedangkan kategori dengan kepatuhan sedang didapatkan sebanyak 91 responden (30%) dan pada kategori kepatuhan yang rendah didapatkan sebanyak 271 (36,95%) , selain itu, didapatkan adanya faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat kepatuhan terhadap pengobatan antiretroviral seperti pada faktor tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan tenaga Kesehatan dan efek samping.
Analisis Biaya Penyakit Diabetes Retinopati di Rumah Sakit Aulia Nadya Rizki Imansari; Tri Murti Andayani; Dwi Endarti
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.47745

Abstract

Diabetes retinopati merupakan komplikasi mikrovaskuler diabetes melitus yang ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah retina yang menjadi penyebab kebutaan. Penyakit ini membutuhkan rentang waktu pengobatan yang panjang sehingga membutuhkan biaya yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk gambaran biaya penyakit diabetes retinopati dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi biaya penyakit. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional study, pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya medik langsung berdasarkan perspektif rumah sakit. Subjek penelitian ini adalah pasien diabetes retinopati rawat jalan periode November 2018 – Januari 2019 di rumah sakit mata Yogyakarta. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi diabetes retinopati yang menjalani terapi rawat jalan, memiliki kelengkapan data rekam medis dan kelengkapan rincian pembiayaan rumah sakit. Hasil penelitian diperoleh 60 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Total biaya penyakit diabetes retinopati sebesar Rp 112.710.950 per 3 bulan rawat jalan. Rata-rata biaya per pasien Rp 1.878.516 ± Rp 1.954.213. Komponen biaya terbesar adalah biaya pelayanan non operatif berupa tindakan fotokoagulasi laser. Faktor frekuensi kunjungan, jenis terapi, lama menderita diabetes retinopati berpengaruh terhadap biaya penyakit (p<0,05).
Analisis Biaya Penyakit Tuberkulosis: Studi Kasus di Salah Satu Puskesmas dan Rumah Sakit di Yogyakarta Annisa Iswari; Dwi Endarti; Christiana Trijayanti; Restu Nur Hasanah Haris; Aulia Nadya Rizki Imansari
Majalah Farmaseutik Vol 16, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.251 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v16i2.54172

Abstract

Tuberkulosis (TB) menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia. Saat ini angka kematian terhadap TB semakin meningkat di Indonesia. Dilaporkan kasus Tuberkulosis (TB) mencapai 420.994 kasus selama tahun 2017 dan sebanyak  8% dari total kasus seluruh dunia di tahun 2018. Perawatan terapi yang panjang pada pasien TB menyebabkan tingginya biaya pengobatan yang harus dibayarkan oleh pasien. Studi ini bertujuan untuk melihat besarnya biaya perawatan pada pasien tuberkulosis dari perspektif societal dan faktor yang mempengaruhinya. Studi dilakukan pada pasien TB di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta dan Poli Paru di Puskesmas Sewon I yang dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan (Januari-Maret 2019). Penelitian merupakan rancangan deskriptive dengan pendekatan cross-sectional. Tehnik sampling yang digunakan adalah accidental sampling pada 35 pasien. Analisis data secara deskriptif untuk memberikan estimasi biaya dan uji beda untuk melihat faktor yang mempengaruhi biaya  pasien TB. Hasil penelitian menunjukan Biaya medis langsung merupakan komponen biaya yang paling tinggi dibandingkan komponen biaya lainnya. Biaya medis langsung pasien Tuberkulosis per episode rawat jalan sebesar Rp.106.745±77.050, non medis langsung Rp.26.024±31.247, biaya tidak langsung sebesar Rp.70.820±71.488. Faktor jenis pembiayaan (p=0.011) memberikan pengaruh signifikan terhadap biaya medis langsung. Faktor jenis kelamin (p=0.004)  dan status bekerja (p=0.000)  memberikan pengaruh signifikan terhadap biaya tidak langsung.
Gambaran Medication Error Tahap Peresepan (Prescribing) di Apotek dan Klinik Keluarga Sehat Muncul Periode Januari – Desember Tahun 2020 Aulia Nadya Rizki; Yuni Mutmainah; Frida Kasumawati
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.029 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v5i2.1920

Abstract

Medication error adalah suatu kejadian yang tidak hanya merugikan pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan pengobatan pasien. Medication error dapat terjadi di dalam tiap proses pengobatan, salah satunya pada fase prescribing. Adanya medication error fase prescribing apabila komponen seperti kelengkapan data pasien, data dokter, dan tanggal resep belum belum lengkap 100% pada lembar resep.3 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase kejadian medication error pada tahap prescribing dalam pelayanan pengobatan di Apotek dan Klinik Keluarga Sehat Muncul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif secara retrospektif. Pengumpulan data menggunakan metode teknik non probability sampling dengan jumlah pengambilan sempel resep sebanyak 270 resep pada bulan Januari – Desember 2020 di Apotek dan Klinik Keluarga Sehat Muncul. Dari hasil penelitian menunjukkan potensi kejadian medication error pada kelengkapan administratif yaitu meliputi berat badan 100%, jenis kelamin 87%, paraf dokter 83%, umur pasien 60%, SIP dokter 57%, tanggal resep 27%, nama dokter 24%, dan nama pasien 1%. Sedangkan pada kelengkapan farmasetik potensi kejadian medication error yaitu meliputi ketidaklengkapan kekuatan sediaan 77%, bentuk sediaan 28%. Masih ditemukan ketidaklengkapan pada penulisan resep yang berpotensi terjadi nya medication error di apotek dan klinik keluarga sehat muncul. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan mencegah terjadinya medication error pada fase prescribing.