Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IMPLEMENTASI ASEAN-AUSTRALIA-NEW ZEALAND FREE TRADE AGREEMENT (AANZFTA) DALAM HUBUNGAN PERDAGANGAN INDONESIA-AUSTRALIA DAN INDONESIA-NEW ZEALAND TAHUN 2013-2017 Riska Nurhafizhah; Agus Hadiawan; Tety Rachmawati
SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya Vol 21 No 1 (2019): SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya
Publisher : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/sosiologi.v21i1.34

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) dalam hubungan perdagangan Indonesia-Australia dan Indonesia-New Zealand pada tahun 2013-2017 dengan menggunakan konsep kepentingan nasional, teori perdagangan bebas, teori keunggulan komparatif, serta BAB II Trade in Goods sebagai inti AANZFTA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jenis dan sumber data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi AANZFTA, situs resmi Pemerintah Indonesia, Australia, dan New Zealand, dan penelitian sejenis terdahulu. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kajian dokumen, dan penelitian kepustakaan. Teknik analisis data melalui tahapan reduksi data, penyajian, dan verifikasi dengan teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi teori. Penelitian berfokus pada implementasi kebijakan penyeragaman tarif dan kebijakan spesialisasi produksi di antara Indonesia-Australia dan Indonesia-New Zealand. Berdasarkan hasil penelitian, implementasi kebijakan penyeragaman tarif berupa pengurangan atau penghapusan tarif yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian dan menguntungkan Indonesia dari jumlah komoditas HS 2012 yang masih ditetapkan tarifnya dibandingkan penetapan tarif oleh Australia dan New Zealand. Sedangkan implementasi kebijakan spesialisasi produksi Australia dan New Zealand memiliki pola yang sama, yaitu produk keduanya didominasi komoditas jadi, sementara produk Indonesia didominasi komoditas mentah dan setengah jadi. Namun, Indonesia terbukti melanggar pasal 8 terkait lisensi impor BAB II Trade In Goods, AANZFTA dalam kasus WTO DS477.
Ibu Hamil “Kemel” Pada Etnis Gayo Di Kecamatan Blang Pegayon Kabupaten Gayo Lues, Aceh Niniek Lely Pratiwi; Yunita Fitrianti; Syarifah Nuraini; Tety Rachmawati; Agung Dwi Laksono
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 22 No 2 (2019): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1601.917 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v22i2.1693

Abstract

The unique and enormous culture of concealed pregnancy or “Kemel” in Gayo ethnic, low coverage of antenatal care for pregnant women in health workers and high numbers of neonatal mortality, and infection in infants with low birth weight were social determinants of health issues existing in Aceh. These were urgently observed to fi gure out solution in reducing low examination of antenatal care by pregnant women in Gayo. Increasing the interest of researchers to conduct this research. This descriptive study was based on socio-cultural phenomena that aff ect a “Kemel” pregnant woman. The results showed ‘Kemel’ vulnerability perceptions were indicated by keeping the pregnancy as a secret in case of being used by those who do not like their pregnancies. ’Kemel’ perceived severity aff ects the safety of women pregnancies. Pregnant women may get some threats such as: malnutrition, lack of calorie energy, anemia, newborn with low birth weight, premature newborn, and infectious diseases. “Kemel” cues to action, pregnant women check theirpregnancies after 5 months pregnancy to a traditional birth attendant. Soon after TBA claimed their pregnancies, they refer to midwives. This the reason why examination of antenatal care were very low. Family role in the social structure, the culture of the Gayo, parents-in-law and parents of pregnant women, have a great contribution in making decisions such as pregnancy, childbirth and postpartum cares. A marriage tradition of the Gayo, was when a woman pawned into a part of male family, she must follow its habits and traditions. Thus, intervention by forming an agent of change are highly recommended by involving parent in law. Abstrak Tingginya budaya merahasiakan kehamilan/”Kemel”pada etnis Gayo, rendahnya cakupan antenatal care ibu hamil pada petugas kesehatan dan tingginya kematian neonatal, infeksi pada bayi dengan Berat badan lahir rendah, menambah ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian ini. Metode penelitian adalah kualitatif, peneliti menganalisis berdasarkan fenomena sosial budaya yang dapat mempengaruhi seorang ibu hamil “Kemel”. Hasil menunjukkan Persepsi kerentanan ‘Kemel’, dengan merahasiakan kehamilannya, takut diguna-guna orang lain yang tidak suka kehamilannya. Perceived severity Kemel mempengaruhi keselamatan kehamilannya, ancaman pada ibu hamil: gizi kurang, Kurang Energi Kalori, anemia dan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah/BBLR, bayi lahir prematur dan serangan penyakit infeksi pada ibu hamil. Cues To Action Kemel, periksa kehamilan saat kehamilan berusia 5 bulan pada bidan kampong, setelah bidan kampong menyatakan hamil ia baru pergi ke bidan, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya pemeriksaanantenatal care pada ibu hamil. Peran keluarga dalam struktur sosial, budaya masyarakat Gayo, Mertua dan orang tua bumil sangat besar dalam menentukan keputusan segala sesuatu yang berkaitan dengan keputusan dalam perawatan kehamilan, persalinan dan perawatan nifas. Suatu tradisi perkawinan masyarakat Gayo, perempuan sudah tergadai menjadi bagian besar keluarga pihak laki laki, ia mengikuti kebiasaan dan tradisi keluarga laki laki, sehingga bila membentuk agen perubahan perlu mempertimbangkan peran mertua.
MENAKAR STABILITAS HEGEMONI BAGI PENYELESAIAN KONFLIK ROHINGYA Tety Rachmawati
Dauliyah Journal of Islamic and International Affairs Vol 2, No 1 (2017): Dauliyah (Journal of Islamic and International Affairs)
Publisher : UNIDA Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.574 KB) | DOI: 10.21111/dauliyah.v2i1.810

Abstract

This paper tried to explain the importance of Hegemonic stability to resolve conflict in Rohingya and also to see ASEAN countries opportunities to be hegemony power, so that they are influential to implementation ASEAN rule particularly in Rohingya conflict resolution. The method that is used in this research is qualitative in descriptive-analytic explanation. Theoretically, hegemony power was needed to create international system stability as well as to create the security in the region. Rohingya conflicts caused many people to evacuate themselves to neighbor countries. This condition caused security in the region became not stable. Therefore, it needed hegemony power to create stability in the region. The country which has strongest power was able to influence other countries. If it was compared to other ASEAN countries, Singapore is the most powerful country in ASEAN. Singapore is one of country that has the biggest military power, advance economic and stable political situation. However, Singapore has weakness as the smallest country with small populations, so that it is not too influential in ASEAN institution. Singapore did not have enough opportunity to become hegemony power to control instability that was caused of Rohingya conflict.
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UDANG BRATASENA ADIWARNA PASCA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PETAMBAK DAN PERUSAHAAN Tety Rachmawati; Rahayu Lestari; Nuzul Inas Nabila
Publicio: Jurnal Ilmiah Politik, Kebijakan dan Sosial Vol 3 No 1 (2021): Jurnal Publicio
Publisher : Universitas Panca Marga Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.456 KB) | DOI: 10.51747/publicio.v3i1.612

Abstract

The termination of the employment relationship between the farmers and the company has changed the shrimp farming pattern in Bratasena Adiwarna. Prior to termination of employment, Bratasena was the largest shrimp exporter in Indonesia. This study aims to analyze the competitiveness of Bratasena shrimp exports, after the termination of employment between farmers and companies. In addition, this research also aims to see the contribution of Bratasena shrimp exports in an effort to support the increase in shrimp exports in Lampung Province following the target of Lampung as the National Shrimp Granary. Data obtained by reviewing several primary and secondary documents and in-depth interviews with several sources, namely farmers, the head of the export division of PT. Central Pertiwi Bahari, as well as the Head of the Office of Marine Affairs and Fisheries in Lampung Province. This study uses a quantitative approach with the calculation of RCA (Revealed Comparative Advantage) to find the value of Bratasena shrimp export competitiveness and market share analysis to see the contribution of Bratasena shrimp exports to the increase in fisheries exports in Lampung Province. The results of this study indicate that the export competitiveness value is quite strong for Bratasena shrimp exports and the contribution of Bratasena shrimp exports to fisheries exports in Lampung Province is also quite large. However, after termination of employment between farmers and companies, the value of export competitiveness and contribution of Bratasena shrimp has decreased. Keywords: competitiveness, export, shrimp
Praktik Pengelolaan Sampah Terbaik Dunia: Analisis Kelemahan Bandar Lampung Indra Jaya Wiranata; Astiwi Inayah; Tety Rachmawati
JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL INDONESIA Vol 5 No 1 (2023): JHII April 2023
Publisher : Lampung Center for Global Studies (LCGS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jhii.v5i1.22

Abstract

Sejak perkembangan sektor industri pertama, lingkungan global mulai mengalami kerusakan. Fenomena kemajuan industri ini menimbulkan permasalahn di sektor lain yang juga berdampak langsung pada manusia. Pergeseran isu keamanan tradisional menjadi non-tradisional membawa isu lingkungan menjadi populer dibahas pada forum-forum internasional. Berdasarkan data WorldBank, kota di dunia memproduksi sekitar 2 Milyar Ton sampah per tahun. Sehingga upaya yang diharapkan mengatasi permasalahan ini datang dari seluruh dunia, bukan hanya dari level negara tetapi sub-negara. Melihat mekanisme pengelolaan sampah di Bandar Lampung yang mencapai sekitar 800 ton per hari dapat menghasilkan sebuah temuan kekurangan apa yang paling mencolok apabila dibandingkan dengan praktik terbaik dunia. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dalam mendapatkan data primer serta studi pustaka dari jurnal, buku, dan situs berita untuk data sekunder. Konsep yang digunakan untuk membantu menganalisis yaitu Sampah Kota dan Keamanan Lingkungan.