Anggi Maringan Hasiholan
STT BETHEL INDONESIA, JAKARTA

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

‘Beri aku Air Hidup, Tuhan!’: Seru Perempuan Samaria dan Gen-Z (Suatu Tafsir Kontrapuntal Yohanes 4:14 sebagai Laku Spiritualitas Generasi Z Indonesia Era Postmodern) Aldi Abdillah; Anggi Maringan Hasiholan
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v5i2.291

Abstract

Spiritualitas generasi muda pada era postmodern cenderung pluralis dan relatif. Alih-alih memandangnya sebagai corak berpikir yang negatif, keadaan tersebut dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam internalisasi nilai spiritualitas Kristen kepada generasi Z khususnya. Artikel ini akan menawarkan suatu pendekatan kontekstual akan Yohanes 4:14 sebagai suatu laku spiritualitas Generasi Z di Indonesia. Generasi Z mempunyai tiga karakteristik utama yakni realistis, pluralistis, dan aktivis. Berbagai karakteristik tersebut akan dipadukan dengan kisah dialog antara perempuan Samaria dengan Yesus di Yohanes 4 dalam ayat 14 penjelasan akan air hidup menjadi suatu laku spiritualitas yang perlu dimiliki seseorang. Pembacaan kontrapuntal menjadi suatu pendekatan yang dipakai dalam menganalisis antara karakteristik Generasi Z dengan teks Yohanes 4:14 beserta keutuhan ceritanya. Perspektif penulis sebagai Gen-Z Indonesia pun juga akan dilibatkan dalam proses penafsiran. Artikel ini pada akhirnya berimplikasi bahwa makna air hidup pada teks Yohanes 4:14 memuat suatu spiritualitas-fisik, yakni bagaimana spiritualitas dapat mendayagunakan kehidupan Gen-Z dalam mendobrak segala batasan demi berkontribusi untuk kemajuan bangsa, Asia, dan dunia yang lebih baik.
Analisis Gemma Tulud Cruz tentang Teologi Bertahan Hidup di tengah Pandemi: Perspektif Teologi Asia Anggi Maringan Hasiholan
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 2, No 1 (2021): November 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.466 KB) | DOI: 10.51615/sha.v2i1.31

Abstract

Abstract: Surviving under challenging situations and suffering is a natural act for someone who has hope. Because if not, then suicide is the chosen path. The Covid-19 pandemic to date has caused suffering for humans in all aspects throughout the world, predominantly in Asian countries. The question of how to deal with suffering and the implementation of salvation today is relevant for discussion. This article aims to reveal the particular way Asian people, according to Gemma Tulud Cruz's perspective in deal with suffering. The method used is qualitative exploratory with a focus on disclosing the thoughts of Gemma Tulud Cruz. The results show that Asian ways to survive are silence, humor, laughter, community storytelling, singing, and dancing. This can apply to a community that not bound by religion, ethnicity, and race. Of course, the main thing is faith and hope in the person of Jesus. This characteristic can be correlated with the context of survival in Indonesia in the face of suffering due to the COVID-19 pandemic.Abstrak: Bertahan hidup dalam situasi sulit dan penderitaan adalah tindakan wajar yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki pengharapan. Sebab jika tidak, maka bunuh diri adalah jalan yang dipilih. Pandemi covid-19 hingga saat ini melahirkan penderitaan bagi manusia dalam segala aspek di seluruh dunia, khususnya negara-negara Asia. Pertanyaan bagaimana menghadapi penderitaan itu dan implementasi keselamatan di masa kini menjadi relevan untuk didiskusikan. Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan cara khusus orang Asia menurut perspektif Gemma Tulud Cruz dalam menghadapi penderitaan. Metode yang digunakan adalah kualitatif eksploratif dengan fokus pengungkapan pemikiran Gemma Tulud Cruz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekhususan dari cara orang Asia untuk bertahan hidup adalah dengan berdiam, humor dan tertawa, bercerita dalam komunitas, bernyanyi dan menari. Hal tersebut dilakukan dalam komunitas yang tidak tersekat agama, suku, dan ras. Tentu yang utama adalah iman dan pengharapan kepada pribadi Yesus. Ciri khas ini dapat dikorelasikan dengan konteks bertahan hidup di Indonesia dalam menghadapi penderitaan akibat pandemi covid-19.
Ekstraksi Pemahaman Cyprianus tentang Extra Ecclesiam Nulla Salus bagi Gereja Pentakosta di Era Postmodern Anggi Maringan Hasiholan; Andreas Budi Setyobekti
KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47167/kharis.v4i1.75

Abstract

The postmodern era is closely related to pluralism and relativism. All are subject to this principle, including human salvation. Jesus, the only way of salvation, is not accepted absolutely, let alone the Extra Ecclesiam Nulla Salus principle (outside the church there is no salvation) which was coined by the church father Cyprian. This principle is considered too exclusive because it does not provide room for people outside the church to get salvation. In addition, this teaching was also declared null and void by the times. Is this true? That is why it is important to extract this Cyprian understanding that can be used as guidance for the Pente-costal church. The method used is descriptive qualitative with data collection techniques through library research. The data is then extracted and linked to the actions that have been carried out by the Pentecostal church or synod so far. The results of the study indicate that there is a close relationship between ecclesiology and Christology and soteriology. This principle also supports the authority and duty of the church in conveying salvation to men and maintaining pure teaching.AbstrakEra postmodern erat kaitannya dengan pluralisme dan relativisme. Semua dike-nakan prinsip ini, termasuk keselamatan manusia. Yesus satu-satunya jalan keselamatan saja tidak diterima secara absolute apalagi prinsip Extra Ecclesiam Nulla Salus (di luar gereja tidak ada keselamatan) yang dicetuskan oleh bapa gereja Cyprianus. Prinsip ini dianggap ter-lalu ekslusif karena tidak memberikan ruang bagi orang diluar gereja mendapatkan kese-lamatan. Selain itu ajaran ini juga dinyatakan batal oleh perkembangan zaman. Apakah benar demikian? Itu sebabnya, penting untuk mengekstraksi pemahaman Cyprianus ini yang dapat menjadi pegangan bagi gereja Pentakosta. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi keperpustakaan. Data selanjutnya diekstraksi dan dikaitkan dengan tindakan yang telah dilakukan oleh gereja atau sinode Pentakosta selama ini. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan erat antara eklesiologi dengan kristologi dan soteriologi. Prinsip ini juga memberikan dukungan akan otoritas dan tugas gereja dalam menyampaikan keselamatan kepada manusia dan menjaga ajaran yang murni.
Manfaat Penggunaan Gadget terhadap Minat Belajar Siswa Pendidikan Kristen pada Era Postmodern Anggi Maringan Hasiholan; Yehezkiel V Fernando
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Vol 3, No 4 (2021): August Pages 1101-2382
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.398 KB) | DOI: 10.31004/edukatif.v3i4.1114

Abstract

Postmodern dengan corak berpikir relativisme dan pluralismenya membawa perubahan mendasar dalam Pendidikan Agama Kristen yang berbanding lurus dengan kemajuan gadget dikalangan guru dan siswa-siswi. Dikhawatirkan dengan gadget yang dimiliki oleh siswa-siswa Kristen justru membuat mereka tidak mempercayai Alkitab dan Yesus sebagai sumber kebenaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengelaborasi minat belajar siswa-siswi Pendidikan Kristen dan strategi guru Pendidikan Kristen dalam mempertahankan minat belajar siswa-siswi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian siswa/i Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) Bethel Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur melalui google form kepada 30 informan, dan wawancara mendalam kepada 12 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswi termotivasi belajar karena dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat games online Quizizz. Games yang dihadirkan dalam kelas ini membuat mereka memahami materi pembelajaran dengan mudah dan pemaknaan yang benar akan games online. Games online juga mempermudah guru-guru SMTK Bethel Jakarta untuk internalisasi kebenaran Alkitab. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media belajar berbasis games dalam pembelajaran era postmodern dapat meningkatkan minat siswa-siswi dalam mempelajari Pendidikan Agama Kristen. Hal ini mesti dibarengi dengan pemahaman dan pengkontrolan dari guru-guru dalam penggunaan gadget siswa sehari-hari
Gagasan Teologi Konstruktif Asia bagi Model Pendidikan Agama Kristen dalam Mengentaskan Isu Kemiskinan di Indonesia Ivonne Sandra Sumual; Anggi Maringan Hasiholan; Aldi Abdillah; Naftali Untung; Amos Hosea
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 2: November 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i2.308

Abstract

Indonesia adalah negara yang melekat dengan kemiskinan yang bertumpah ruah. Berbagai macam faktor menjadi penyebab kemiskinan tersebut, mulai dari konsep ekonomi yang menindas sehingga sulit untuk mendapatkan kesempatan mengembangkan diri, faktor politik, dan religius. Fakta ini diperparah dengan adanya masalah pandemi COVID-19 yang tidak kunjung menemukan titik cerah penyelesaiannya. Permasalahan ini menjadi perhatian serius dari seluruh pihak, termasuk gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan suatu teologi konstruktif yang mengarah kepada konsep PAK di Indonesia. Peneliti menyoroti secara khusus semangat dari Agustinus yang menjadi titik awal di dalam membangun suatu bangunan teologi yang konstruktif. Peneliti juga secara khusus mengangkat realitas sosial-teologis di Indonesia yang memiliki corak kemiskinan yang begitu kuat. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan teologi konstruktif. Penelitian ini diharapkan bisa mengusulkan suatu harmonisasi di dalam tataran sosial antara PAK dengan masyarakat.
The Concept of Paul's Katallage and Hilasmos: Internalization Through Group Counseling for Millennials Anggi Maringan Hasiholan; Andreas Budi Setyobekti; Robert Paul Trisna
Bisma The Journal of Counseling Vol. 5 No. 3 (2021): Bisma The Journal of Counseling
Publisher : Department of Guidance and Counseling, FIP, Undiksha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/bisma.v5i3.42431

Abstract

The Atonement wrought by Jesus Christ is the foundation of the Christian faith that must be held and believed to gain one's salvation. Paul calls this concept with two words Katallage and Hilasmos which means restoring the relationship between God and sinful man to live again to the design that God has ordained. However, this concept rarely gets attention because Christians focus more on Justification. In addition, the atonement made by Jesus is also tricky for the millennial generation to accept in this postmodern era because of the relativism and pluralism spirit contained in it. That is why it is necessary to build the concept of atonement that Jesus did and implement it to the youth. The research method used is a qualitative case study, namely the implementation to the youth of the Ministry of Refreshment, Bekasi. The results showed that the atonement made by Jesus brought a mandate to the younger generation of the Refresh Ministry to glorify God and spread this atonement to others who have not reconciled. This value inculcation carries out a discipleship model that balances teaching and encounter.
Implikasi Hikmat Menurut Paulus Dalam Menentang Pengaruh Ajaran Kaum Sofis Di Korintus Anggi Maringan Hasiholan; Andreas Budi
Manna Rafflesia Vol. 8 No. 1 (2021): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (972.58 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v8i1.194

Abstract

Paul, Apostle relates the Good News to the wisdom of God that is understood by humans who give themselves to believe in Jesus. However, the presence of the powerful Sophists with the teaching of worldly wisdom and relying on the power of the word of wisdom (sophia logou), has obscured the true meaning of God's wisdom. This study aims to explore the influence of the Sophists in the life of the Corinthian church which caused Paul to explain the true meaning of wisdom. Knowing the background of the wisdom problem in Corinth will give you a complete picture of the wisdom of God that Paul preached. This study applies historical research methods to find out the origin and influence of the Sophists' teachings. The results show that the sophia logou owned by the Sophists has obscured the meaning of the cross of Christ which is the wisdom of God. The wisdom that Paul means in the letter to the Corinthians is the openness of one's mind to believe in the sacrifice of Jesus on the cross which has implications for congregational unity and survival in the face of problems or struggles.
Budaya Sungkem Desa Samirono dalam Perspektif Hukum Taurat ke-5: Suatu Kajian Etika Kristen dan Generasi Muda Gernaida Pakpahan; Anggi Maringan Hasiholan; Ibnu Salman
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 19 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.811 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v19i2.990

Abstract

Culture and religion are two directions of life that are close to the people of Indonesia. Indonesia is referred to as a religious country and a country rich in local wisdom that regulates how humans should behave. One of the cultures familiar with hospitality and full of moral values ​​in Indonesia is Sungkeman. Sungkeman culture as a noble value must be practiced and preserved by all Indonesian people, especially the younger generation. This principle is in line with Christianity which upholds respect for parents and others as an action that needs to carry out. This study explores the correlation of the 5th Torah law, namely respecting parents, with the Sungkeman culture of Samirono Village, which has implications for how a Christian should live in cultural ethics, especially the younger generation. This paper results from field research in Samirono Village, Central Java. The research approach used is descriptive qualitative with data collection techniques consisting of interviews, observations, and documentation. The results show that Sungkem culture has implementable values ​​according to the 5th Torah and Christian ethics that must do every day, not just weddings and ketupat Eid. In particular, the tradition must carry out to the younger generation who have experienced the degradation of Sungkem values ​​due to the times. This research recommends that the internalization ​​of respecting others echo in church services and discipleship classes, especially for the younger generation who have begun exposing themselves to globalization's negative currents. Keywords: Sungkem, Samirono Village, Young Generation, Christian Ethics, 5th Law. ABSTRAK Budaya dan agama adalah dua arahan kehidupan yang dekat dengan masyarakat Indonesia. Indonesia disebut sebagai negara beragama sekali­gus negara yang kaya akan kearifan lokal yang mengatur bagaimana seharusnya manusia berlaku. Salah satu budaya yang akrab dengan keramahtamahan dan penuh dengan nilai moralitas di Indonesia adalah Sungkeman. Prinsip ini sejalan dengan Kekristenan yang menjunjung penghormatan kepada orang tua dan orang lain sebagai tindakan yang perlu tetap dilaksanakan. Budaya sungkeman sebagai nilai luhur mesti dilakukan dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi korelasi hukum Taurat ke-5 yaitu menghormati orang tua dengan budaya Sungkeman Desa Samirono yang berimplikasi kepada bagaimana seharusnya seorang Kristen hidup dalam etika budaya, khususnya generasi muda. Tulisan ini merupakan hasil riset lapangan di Desa Samirono, Jawa Tengah. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan datanya terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya Sungkem memiliki nilai implementatif sesuai hukum Taurat ke-5 dan etika Kristen yang harus dilakukan setiap hari bukan hanya momen pernikahan dan lebaran ketupat. Khususnya pentradisian harus dilakukan kepada generasi muda yang telah mengalami degradasi nilai Sungkem akibat perkem­bangan zaman. Riset ini merekomendasikan agar internalisasi nilai-nilai menghormati sesama digemakan dalam ibadah-ibadah dan kelas-kelas pemuridan gereja, terkhusus bagi generasi muda yang sudah mulai terpapar arus globalisasi negatif. Kata kunci: Sungkem, Desa Samirono, Generasi Muda, Etika Kristen, Hukum Taurat ke-5.
Sinergitas Kepemimpinan Senior Dan Muda Di Gkii Se-Jabodetabek Dalam Menghadapi Dampak Pandemi 19 Dan Disrupsi Era: Sebuah Kajian Kepemimpinan Transformatif Anggi Maringan Hasiholan; Purim Marbun
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 6, No 2 (2021): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2021
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.742 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v6i2.73

Abstract

Leadership has always been a never-ending problem. One of them is the younger generation, who leads the senior generation. This is not without reason. The Covid-19 pandemic and the disruption of the era brought significant changes in the church's life, including the Church of the Victory for the Indonesian Faith in Jabodetabek. As a church that has experienced a significant change in the percentage of young leadership, GKII in Jabodetabek faces new problems related to the cooperation built between generations within it. Coordination needs to create transformative leadership that carries out the internalization of the church's vision and mission. The research method used is descriptive qualitative with data collection techniques through observation and interviews, analyzed by an implementation. The study results stated that GKII throughout Jabodetabek had synergized between young and senior leaders to achieve shared visions and missions despite Covid-19 and the era's disruption. There were five implementations: Equipping Leaders, establishing a diaconal body, making GKII Apps and Websites, monthly discussion and evaluation meetings between leaders, and a balanced percentage of young and senior leaders.AbstrakKepemimpinan selalu menjadi masalah yang tidak pernah selesai. Salah satunya adalah kehadiran generasi muda yang memimpin di kalangan generasi senior. Hal ini bukanlah tanpa alasan, pandemi Covid-19 dan disrupsi era membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan gereja, termasuk Gereja Kemenangan Iman Indonesia Se-Jabodetabek. Sebagai gereja yang telah mengalami perubahan persentase kepemimpinan muda yang signifikan, GKII Se-Jabodetabek mendapat masalah baru terkait kerja sama yang dibangun antar generasi yang ada didalamnya. Koordinasi perlu dilakukan guna terciptanya kepemimpinan transformatif yang melaksanakan internalisasi visi dan misi gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara yang dianalisis secara implementasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa GKII Se-Jabodetabek telah melakukan sinergi antara pemimpin muda dan senior untuk mencapai visi-misi bersama meskipun telah terjadi Covid-19 dan disrupsi era. Terdapat lima implementasi yang dilakukan yaitu, Equipping Leaders, membangun badan diakonia, membuat GKII Apps dan Website, rapat diskusi dan evaluasi setiap satu bulan sekali antara para pemimpin, dan persentase yang seimbang antara pemimpin muda dan senior.
The Concept of Love in Islam, Christianity, and Judaism for the Postmodern Indonesian Religious Communities Anggi Maringan Hasiholan; Aldi Abdillah
Jurnal Dialog Vol 45 No 2 (2022): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v45i2.652

Abstract

The pattern of thinking relativism and pluralism in the postmodern era has always been a problem in religious life. The problem is due to the openness of relations between religions. This thinking style will be good if it accommodates a sense of brotherhood and mutual understanding between religious communities. On the other hand, it will be harmful if it is used to bring down other religions. This study aims to build a constructive model of comparative theology in a pluralistic society in Indonesia. The research method used in this paper is comparative theology by comparing the concept of Habluminallah-Habluminannas, with a similar idea in Christianity, which is also rooted in Judaism. The results showed that the idea of Habluminallah-Habluminannas is a unifying difference from the three Abrahamic religious concepts without eliminating the religiosity of each religion. This study concludes that Habluminallah-Habluminannas is the shade of the three Samawi religions to strengthen harmony and brotherhood. Keywords: habluminallah-habluminannas, comparative theology, inter-religious dialogue, postmodern