Anggi Maringan Hasiholan
STT BETHEL INDONESIA, JAKARTA

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : KHARISMATA:%20Jurnal%20Teologi%20Pantekosta

Ekstraksi Pemahaman Cyprianus tentang Extra Ecclesiam Nulla Salus bagi Gereja Pentakosta di Era Postmodern Anggi Maringan Hasiholan; Andreas Budi Setyobekti
KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47167/kharis.v4i1.75

Abstract

The postmodern era is closely related to pluralism and relativism. All are subject to this principle, including human salvation. Jesus, the only way of salvation, is not accepted absolutely, let alone the Extra Ecclesiam Nulla Salus principle (outside the church there is no salvation) which was coined by the church father Cyprian. This principle is considered too exclusive because it does not provide room for people outside the church to get salvation. In addition, this teaching was also declared null and void by the times. Is this true? That is why it is important to extract this Cyprian understanding that can be used as guidance for the Pente-costal church. The method used is descriptive qualitative with data collection techniques through library research. The data is then extracted and linked to the actions that have been carried out by the Pentecostal church or synod so far. The results of the study indicate that there is a close relationship between ecclesiology and Christology and soteriology. This principle also supports the authority and duty of the church in conveying salvation to men and maintaining pure teaching.AbstrakEra postmodern erat kaitannya dengan pluralisme dan relativisme. Semua dike-nakan prinsip ini, termasuk keselamatan manusia. Yesus satu-satunya jalan keselamatan saja tidak diterima secara absolute apalagi prinsip Extra Ecclesiam Nulla Salus (di luar gereja tidak ada keselamatan) yang dicetuskan oleh bapa gereja Cyprianus. Prinsip ini dianggap ter-lalu ekslusif karena tidak memberikan ruang bagi orang diluar gereja mendapatkan kese-lamatan. Selain itu ajaran ini juga dinyatakan batal oleh perkembangan zaman. Apakah benar demikian? Itu sebabnya, penting untuk mengekstraksi pemahaman Cyprianus ini yang dapat menjadi pegangan bagi gereja Pentakosta. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi keperpustakaan. Data selanjutnya diekstraksi dan dikaitkan dengan tindakan yang telah dilakukan oleh gereja atau sinode Pentakosta selama ini. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan erat antara eklesiologi dengan kristologi dan soteriologi. Prinsip ini juga memberikan dukungan akan otoritas dan tugas gereja dalam menyampaikan keselamatan kepada manusia dan menjaga ajaran yang murni.