Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PERSEPSI MASYARAKAT BERDASARKAN METODE HEALTH BELIEF MODEL (HBM) DENGAN PENGGUNAAN OBAT HERBAL DI KOTA DENPASAR Arimbawa, Putu Eka; Suryaningsih, Ni Putu Aryati; Putri, Dhiancinantyan Windydaca Brata; Santika, I Wayan Martadi
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 7, No 2 (2020): JURNAL KESMAS (KESEHATAN MASYARAKAT) KHATULISTIWA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jkmk.v7i2.2041

Abstract

Penggunaan obat herbal melalui persepsi pengalaman dan informasi membuat keputusan untuk melakukan pengobatan semakin tinggi. Mengukur persepsi individu dapat melalui teori health belief model (HBM). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan persepsi masyarakat berdasarkan metode health belief model (HBM) dengan penggunaan obat herbal di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 97. Data dikumpulkan dari bulan Januari–Februari 2020 di Kota Denpasar menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji binary logistic. Perceived benefits dan self-efficacy memberikan hubungan yang signifikan terhadap penggunan obat herbal di Kota Denpasar (P<0.05).  Pertimbangan apoteker dan penggunaan dosis yang relatif aman membuat masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dalam penggunaan obat herbal. Peningkatan aspek fisik, mental, dan spiritual dengan penggunaan obat herbal masih perlu dilakukan, terutama dalam menunjang kesehatan masyarakat.Kata kunci : Persepsi, HBM, obat herbal, masyarakat
Rasionalitas dalam swamedikasi vitamin c pada masa pandemi covid - 19 di kota denpasar: Rationality in self-medication of vitamin c during the covid-19 pandemic in denpasar city Ni Putu Aryati Suryaningsih; Gde Palguna Reganata; Ida Ayu Manik Partha Sutema; Dhiancinantyan Windydaca Brata Putri
Bali Medika Jurnal Vol 8 No 2 (2021): Bali Medika Jurnal Vol 8 No 2 Juli 2021
Publisher : Stikes Wira Medika Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36376/bmj.v8i2.187

Abstract

Background The pandemic we can call Coronavirus Disease (COVID-19) has a significant impact in all sectors of human life.Indonesia reported its first cases of COVID-19 on March 2,2020 totalin two cases (WHO, 2020). World Health Organization (WHO) recommends to consumption healthy foods and increase immunity with more vitamin that during the pandemic COVID-19.Vitamin C is an alternative to boost the immune system. Increasing consumption of vitamin C needs to be seen by the rationality of using self-medicated vitamin C during the COVID-19 pandemic. Inappropriate or excessive use of vitamins can result in damage to organs such as the kidneys. The purpose of this study was to describe the rationality of Samedication vitamin C during the pandemic COVID-19 in the Denpasar City. Methods: The design of this study is descriptive using a descriptive design that uses non-probability sampling t. The instrument used is a questionnaire. The sample population is 100 respondents in the community in Denpasar. Results: The results of the study show the rationality of using swamedication vitamin C during the pandemic COVID- 19 in Denpasar amounting to 84.73% rational and irrationally of 15.27%, the rationality were measured from the right indication of  the drug, the right way of administration. medication, proper dosage, proper storage and side effect alert.
ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) RAWAT INAP DI SEBUAH RUMAH SAKIT DI BALI Suryaningsih, Ni Putu Aryati; Arimbawa, Putu Eka; Wintariani, Ni Putu; Apsari, Dewi Puspita
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i2.433

Abstract

Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki risiko mengalami masalah-masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs). Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan jenis terjadinya DRPs pada pasien PGK stage 3,4, dan 5 rawat inap di sebuah Rumah Sakit di Bali serta mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya DRPs. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan dengan dua pendekatan yang berkesinambungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap kuantitatif dilakukan secara observasional dan tahap kualitatif melalui wawancara dengan tenaga kesehatan. Sebanyak 58 pasien yang diikuti secara prospektif, yang kemudian dikelompokkan ke dalam stage 3, 4 dan 5. DRPs tersering adalah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) sebanyak 68,39% dan penyebab (causes) tersering adalah terkait pemilihan dosis sebanyak 38,55% dan terkait dengan asuransi sebesar 5,16%. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya DRPs yaitu kebijakan, ketersediaan obat, komunikasi, keterbatasan sumber daya, error atau kesalahan tidak disengaja, pengetahuan dan persepsi terhadap outcome. DRPs yang paling sering terjadi adalah (ROTD) dengan penyebab yang paling sering pemilihan dosis selain itu disebabkan karena pemilihan obat, bentuk sediaan obat dan proses penggunaan obat. Perlunya adanya farmasi di ruangan yang bertugas untuk melihat terapi dan obat-obatan yang diterima pasien.
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK SWAMEDIKASI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL Apsari, Dewi Puspita; Jaya, Made Krisna Adi; Wintariani, Ni Putu; Suryaningsih, Ni Putu Aryati
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v6i1.780

Abstract

Swamedikasi bila dilakukan secara irasional dapat menimbulkan masalah seperti efek samping obat. Hal tersebut dapat diturunkan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, dimana hal tersebut terwakilkan dari pengetahuan mahasiswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap dan praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi di Universitas Bali Internasional. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Instrumen kuisioner yang mengandung 20 pertanyaan digunakan pada penelitian. Data dianalisis menggunakan SPSS (21.0). Chi-square test digunakan untuk membandingkan distribusi proporsi tiap kelompok sampel. Prevalensi swamedikasi antara mahasiswa Farmasi (77,4%) dan Non-Farmasi (40,4%) berbeda signifikan (p=0,000). Pengetahuan dan Praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi signifikan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Non-Farmasi. Gejala flu merupakan indikasi obat yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi (43,1%). Mahasiswa Non-Farmasi (24,8%) signifikan (p=0,001) lebih tinggi menganggap penggunaan antibiotika aman untuk swamedikasi dibandingkan mahasiswa Farmasi (5,1%). Terdapat perbedaan signifikan lebih tinggi pengetahuan dan praktik swamedikasi pada mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi.
EFEK EKSTRAK DAUN SENDOK (Plantago major L.) TERHADAP ERITEMA PADA MARMUT PUTIH BETINA (Guinea pig) OLEH RADIASI ALAT MODIFIKASI UV 04-08 Dhiancinantyan Windydaca Brata Putri; Suryaningsih, Ni Putu Aryati
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i1.872

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti-inflamasi ekstrak daun sendok (Plantago major L.) pada hewan coba berupa marmut putih betina (Guinea pig) yang diinduksi radiasi UV-B (290-320 nm). Penelitian ini menggunakan 30 ekor marmut putih betina yang dibagi menjadi kelompok uji sebanyak 10 ekor, kelompok pembanding sebanyak 10 ekor dan kelompok kontrol sebanyak 10 ekor. Kelompok uji diberi kapsul daun sendok dengan dosis 50 mg/kg yang diberikan secara oral tiap 5 jam sekali sehari, kelompok pembanding diberi obat antalgin dengan dosis 50 mg/kg yang diberikan secara oral tiap 5 jam sekali sehari dan kelompok kontrol diberi aquadem secara oral tiap 5 jam sekali sehari. Parameter yang diamati berupa perbandingan gradasi eritema dan persentase perubahan luas area eritema setelah diinduksi radiasi UV-B dan 24 jam setelah diinduksi radiasi UV-B. Berdasarkan hasil persentase perubahan luas area eritema dan gradasi eritema dapat disimpukan bahwa ekstrak daun sendok memiliki efek anti-inflamasi, tetapi efek anti-inflamasi ekstrak daun sendok tidak sebaik efek anti-inflamasi antalgin (sebagai pembanding).
RASIONALITAS PENGGUNAAN ANALGESIK DALAM SWAMEDIKASI NYERI DI KOTA DENPASAR Lydya, Ni Putu; Suryaningsih, Ni Putu Aryati; Kartika Dewi, Ni made Umi
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37294/jrkn.v5i1.315

Abstract

Latar Belakang: Nyeri merupakan keluhan terbanyak yang mendorong masyarakat untuk melakukan praktek swamedikasi. Analgesik efektif dan memiliki indeks terapi yang luas, namun dapat berpotensi untuk menimbulkan efek samping yang serius bahkan ketika digunakan dalam dosis yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terkait rasionalitas penggunaan analgesik dalam swamedikasi nyeri di Kota Denpasar. Metode: Studi ini menggunakan desain cross-sectional dan melibatkan 196 responden yang dipilih dengan consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner pada enam apotek di wilayah Kota Denpasar dan dianalisis secara deskriptif. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa 50,5% responden menggunakan analgesik secara tidak rasional dalam praktek swamedikasi nyeri. Mayoritas responden yang menggunakan analgesik dalam swamedikasi nyeri adalah perempuan, usia 17-25 tahun, tingkat pendidikan tinggi, bekerja dan memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Kesimpulan: Setengah dari total responden menggunakan analgesik secara tidak rasional dalam praktek swamedikasi nyeri. Tingginya ketidakrasionalan penggunaan analgesik dapat menyebabkan peningkatkan biaya pengobatan dan dapat menimbulkan kondisi yang berbahaya. Kata kunci: Penggunaan analgesik, rasionalitas, swamedikasi AbstractBackground: Pain is the most complaints of illness that encourage communities to use analgesics in self-medication practice. Analgesics are effective and have a broad therapeutic index, but may have potentially serious side effects even when they used in the right dosage. This study aimed to determine the rationality of analgesic use in pain self-medication in Denpasar City. Method: A cross-sectional design was used, and involved 196 respondents selected through consecutive sampling. Data were collected from questionnaire distribution in six pharmacies in Denpasar City and analyzed by using descriptive statistics. Result: This study found that 50,5% respondents used analgesics irrationally in pain self-medication practice. The majority of respondents who used analgesics in pain self-medication were females, aged 17-25 years old, high education level, employed, and had low income. Conclusion: Half of the total respondents used analgesics irrationally in pain self-medication practice. High of irrational analgesic use can increase medical costs and lead to dangerous conditions. Keywords:  Analgesic use, pain, rationality, self-medication
PENGOBATAN YANG AMAN BERDASARKAN 5 MOMENT FOR MEDICATION SAFETY Suryaningsih, Ni Putu Aryati; Reganata, Gde Palguna
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37294/jrkn.v5i1.312

Abstract

Latar Belakang: Pelayanan Farmasi merupakan salah satu kegiatan di pelayanan kesehatan yang  menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Perubahan paradigma kefarmasian dari terfokus pada obat (drug oriented)  menjadi fokus kepada pasien (patient oriented). Patient Oriented menuntut pelayanan kefarmasian yang komprehensif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan  mengutamakan keselamatan pasien. Dalam meningkatkan keamanan pengobatan pasien, konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen obat yang aman (medication safety). WHO mengeluarkan suatu pedoman berupa alat ukur mengenai medication safety 5momen yang mencakup 5 pertanyaan yang digunakan oleh pasien dalam perawatan mereka sendiri guna mencapai pengobatan yang aman. Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia yang digunakan secara tidak tepat dan tidak rasional. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotika yang aman, berdasarkan 5 Momen for Medication Safety. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang deskriptif. Hasil: Secara keseluruhan diperoleh 60% yang menjawab benar , yaitu 72,4% yang mengetahui kapan memulai pengobatan antibiotika, 68,8% yang mengetahui mengkonsumsi antibiotika, 42,6% yang mengetahui menambah antibiotika,  47,2% yang mengetahui mereview pengobatannya, dan 68,8% mengetahui dengan benar menghentikan obat antibiotika. Kesimpulan: 60 % masyarakat yang benar mengetahui pengobatan yang aman penggunaan antibiotika dan 40% yang tidak mengetahuinya.kata kunci: Medication safety, Antibiotika, patient safety.ABSTRACT Pharmacy services are one of the activities in health services that support quality health services. Change paradigms in Pharmacy form drug oriented to patient oriented. Patient oriented. Patient oriented demands comprehensive pharmaceutical services aimed at improving the quality of life of patients and prioritizing patient safety. In improving the safety of patient medication, the current pharmaceutical service management concept is moving towards safe drug management. WHO released a new tool for measuring the medication safety, 5 momen which includes 5 questions used to patient can be  describe in their own care to achieve medication safety. Antibiotics are the most commonly used in the world that are used inappropriately and irrationally. The aim of study was to describe the safe  use of antibiotics based on  5 Momen for medication safety. Methods : This research is a research with a quantitative approach with a descriptive cross-sectional study design. Result of the study Overall, it was found that 60 % who answer correctly, 72,4 % who’s can know when to start antibiotics treatment, 68,8 % can know taking antibiotics, 42,6% can know when must adding the  antibiotics, 47,2% can know review the medication, and  68,8% can know when must stop the antibiotics. Conclusion : 60 % people who are really use the medication safety  and 40 % do not know it.Keyword : Medication safety, Antibiotic, patient safety
Faktor Rasionalitas Swamedikasi Suplemen Yang Mengandung Vitamin C Di Kota Denpasar Ni Putu Aryati Suryaningsih; Gde Palguna Reganata; Ayunda Deva Rinata
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 3, No 1 (2022): Januari
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v3i1.6440

Abstract

ABSTRAKProvinsi Bali pada bulan September 2020, memecahkan rekor tertinggi penambahan kasus harian Coronavirus Disease (COVID-19). Peningkatan pandemik menyebabkan penggunaan suplemen yang mengandung VItamin C meningkat secara signifikan. Penggunaan VItamin C masih sangat tinggi dan penelitian ini masih sangat terbatas. Penggunaan VItamin C yang meningkat dan tidak sesuai kebutuhan tubuh menyebabkan penggunaan vitamin tersebut tidak rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui   faktor apa saja yang mempengaruhi responden dalam swamedikasi suplemen yang mengandung VItamin C. Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif dengan Rancangan penelitian cross-sectional pada masyarakat kota Denpasar periode Januari- Juni 2021. Hasil penelitian di dapat responden terbanyak dalam swamedikasi di Usia Remaja Akhir sebanyak 49,5% terlihat paling banyak di Denpasar Barat terbanyak sebesar 31,4 %, dengan Jenis kelamin perempuan sebanyak 68,6 %. Tingkat pendidikan tinggi paling banyak sebesar 51,4 %  dengan Jenis suplemen Enervon C sebanyak 41% dan sumber Informasi terbanyak dari Tenaga Kesehatan sebanyak 41,9%. Faktor yang mempengaruhi rasionalitas swamedikasi adalah tingkat pendidikan dan sumber informasi dengan p = 0,001 dan p=0,009Kata kunci : Rasionalitas; Swamedikasi; Suplemen; Vitamin C.ABSTRACTProvince Bali in September 2020, the highest daily addition of cases of Coronavirus Disease (COVID-19).The increase in pandemic caused the use of supplements containing VItamin C significantly. The use of VItamin C is still very high and this research is very limited. The Increase use of  VItamin C and does not match the body’s needs causes the use  of this vitamin to be irational. This research aims to factors influence of respondents in swamedication supplements containing VItamin C.  This study is a quantitative descriptive with a cross-sectional approaches in Denpasar for the January-June 2021 period. In this study, the late teen as much as 49,5% was seen the most, the West Denpasar area was the most at 31,4%, with female as 68.6%. The highest level of higher education as 51,4% with Enervon C supplements as much as 41%, and the largest sources of information is from Health Workers as much as 41,9%. Factors that influences the rationality in swamedication are the evel of education and sources of information with p=0,001 and p=0,009.Keywords : Rationality; Swamedication; Suplement; Vitamin C 
PERSEPSI MASYARAKAT BERDASARKAN METODE HEALTH BELIEF MODEL (HBM) DENGAN PENGGUNAAN OBAT HERBAL DI KOTA DENPASAR Putu Eka Arimbawa; Ni Putu Aryati Suryaningsih; Dhiancinantyan Windydaca Brata Putri; I Wayan Martadi Santika
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 7, No 2 (2020): JURNAL KESMAS (KESEHATAN MASYARAKAT) KHATULISTIWA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jkmk.v7i2.2041

Abstract

Penggunaan obat herbal melalui persepsi pengalaman dan informasi membuat keputusan untuk melakukan pengobatan semakin tinggi. Mengukur persepsi individu dapat melalui teori health belief model (HBM). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan persepsi masyarakat berdasarkan metode health belief model (HBM) dengan penggunaan obat herbal di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 97. Data dikumpulkan dari bulan Januari–Februari 2020 di Kota Denpasar menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji binary logistic. Perceived benefits dan self-efficacy memberikan hubungan yang signifikan terhadap penggunan obat herbal di Kota Denpasar (P<0.05).  Pertimbangan apoteker dan penggunaan dosis yang relatif aman membuat masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dalam penggunaan obat herbal. Peningkatan aspek fisik, mental, dan spiritual dengan penggunaan obat herbal masih perlu dilakukan, terutama dalam menunjang kesehatan masyarakat.Kata kunci : Persepsi, HBM, obat herbal, masyarakat
Peralihan Antibiotik Intravena ke Oral terhadap Lama Rawat Inap Pasien Pneunomia Komuniti di RSUD Klungkung Dhiancinantyan Windydaca Brata Putri; Ni Putu Aryati Suryaningsih
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 18 No. 02 Desember 2021
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pharmacy.v18i2.9216

Abstract

Terapi sulih atau peralihan terapi antibiotik intravena ke oral pada pasien pneumonia komuniti di rumah sakit bertujuan untuk mengurangi biaya perawatan, lama rawat inap, mencegah infeksi nosokomial dan meningkatkan patient safety dalam rangka mencegah resistensi antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola peralihan terapi antibiotik intravena ke oral dengan lama rawat inap (length of stay) pasien pneumonia komuniti di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Klungkung Penelitian ini menggunakan desain non-experimental dengan metode deskriptif korelasi. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data rekam medis pasien pneumonia komuniti yang menjalani rawat inap di RSUD Klungkung pada tahun 2017-2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola peralihan antibiotik intravena ke oral dengan lama rawat inap (length of stay) pasien pneumonia komuniti di RSUD Klungkung (p-value 0,918 > 0,05). Sedangkan tipe peralihan antibiotik intravena ke oral yang paling banyak diterapkan pada pengobatan pneumonia komuniti adalah tipe sequential (48,3 %) dibandingkan dengan tipe lainnya. Antibiotik yang sering diberikan pada pasien pneumonia komuniti adalah golongan fluorokuinolon sebesar 56,7 % dalam bentuk sediaan intravena dan 68,3 % dalam bentuk sediaan oral. Kesimpulan dari studi ini adalah peralihan antibiotik intravena ke oral tidak memiliki hubungan dengan lama rawat inap (length of stay) pasien pneumonia komuniti di RSUD Klungkung.