Sarah Asih Faulina
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN PEMANFAATAN FUNGI YANG BERASOSIASIDENGAN Tristaniopsis obovata Maman Turjaman; Sarah Asih Faulina; Aryanto Aryanto; Najmulah Najmulah; Ahmad Yani; Asep Hidayat
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1447.869 KB) | DOI: 10.20886/jphka.2019.16.1.73-90

Abstract

Sari Tristaniopsis obovata (pelawan) bersimbiosis dengan fungi ektomikoriza yang  menghasilkan tubuh buah fungi yang dapat dikonsumsi (edible mushroom) dan bunga pelawan sebagai sumber nektar untuk lebah hutan yang memproduksi madu pahit yang bernilai ekonomi tinggi. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah berkurangnya luasanhutan kerangas akibat konversi hutan sehingga luasan hutan pelawan menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi potensi fungi yang berasosiasi dengan Tristaniopsis obovata dan uji pemanfaatan fungi yang berpotensi untuk memacu pertumbuhan bibit T. obovata. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan sumber benih/anakan alam, isolasi dan identifikasi molekuler ITS rDNA fungi yang berasosiasidengan T. obovata, perbanyakan anakan melalui stek pucuk, dan inokulasi fungi yang berpotensi memacu pertumbuhan bibit T. obovata. Hasil identifikasi molekuler menunjukkan bahwa diperoleh 3 isolat yang berfungsi sebagai ektomikoriza, yaitu 4PK1 (Corticiaceae 1), 17BK2 (Corticiaceae 2), dan 24PK4 (Cortinarius sp.). Inokulasi fungi ektomikoriza memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman dan kandungan nutrisi bibit anakan pelawan. Teknik stek pucuk dengan KOFFCO cukup efektif untuk memperbanyak bibit pelawan dengan tingkat keberhasilan sekitar 50%. Keberhasilan pada penelitian ini menjadi dasar IPTEK untuk melestarikan produktivitas ekosistem hutan kerangas.
PENGARUH KONDISI KULTUR PADA AKTIVITAS SELULASE ISOLAT Pycnoporus sp. DAN Phlebiopsis sp. (EFFECTS OF CULTURE CONDITIONS ON CELLULASE ACTIVITIES PRODUCED BY Pycnoporus sp. AND Phlebiopsis sp.) Luciasih Agustini; Ragil S.B Irianto; Maman Turjaman; Sarah Asih Faulina; Resti Ariantari; Sira Stephandra; Herni Yuniar; Aryanto Aryanto; Najmulah Najmulah; Ahmad Yani
JURNAL SELULOSA Vol 7, No 02 (2017): JURNAL SELULOSA
Publisher : Center for Pulp and Paper

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.917 KB) | DOI: 10.25269/jsel.v7i02.215

Abstract

The effects of media, pH and temperature on cellulase-complex enzyme produced by Pycnoporus sp. FORDACC-03452 and Phlebiopsis sp. FORDACC-02482 cultivated in rice bran and corn cobs media under solid state fermentation with pH 4–7 and temperature 30°C–45°C were investigated. Rice bran media showed a propensity to induce endo-β,1,4-glucanase and cellobiohydrolase productions, while corn cobs media induce β-glucosidase production. However, the mixture of rice bran and corn cobs did not result in better cellulase complex enzyme activities. Cellulase-complex produced by Pycnoporussp. showed superior activities compared to those produced by Phlebiopsissp. Crude enzyme of Pycnoporus sp. showed optimum specifc-activities of endo-β-1,4-glucanase at pH 6, temperature 35°C (0.403 ± 0.010 IU/mg), cellobiohydrolase at pH 6, temperature 40°C (0.540 ± 0.020 IU/mg) and β-glucosidase at pH 4, temperature 30 °C (0.022 ± 0.001 IU/mg). While Phlebiopsis sp. showed optimum specifc-activities of endo-β-1,4-glucanase at pH 6, temperature 35°C (0.202 ± 0.005 IU/mg), cellobiohydrolase at pH 4, temperature 45°C (0.180 ± 0.002 IU/mg) and β-glucosidase at pH 6, temperature 45°C (0.007 ± 0.001 IU/mg). Due to low β-glucosidase activities, the cellulase-complex generated from this study were not able to completely hydrolyse lignocellulosic waste and yielded unsufficient sugars content. Further investigation to optimize cellulase-complex production from these fungal isolates is still required.ABSTRAKPenelitian pengaruh media kultivasi, pH dan suhu inkubasi terhadap produksi enzim selulase-kompleks dari Pycnoporus sp. FORDACC-03452 dan Phlebiopsis sp. FORDACC-02482 yang ditumbuhkan di media dedak padi dan tongkol jagung dengan metode kultur padat pada variasi pH 4–7 dan suhu 30°C–45°C, telah dilakukan. Hasil memperlihatkan bahwa media dedak padi cenderung menginduksi produksi endo-β-1,4-glukanase dan selobiohidrolase, sedangkan media tongkol jagung menginduksi produksi β-glukosidase. Namun, campuran kedua substrat tersebut tidak menghasilkan aktivitas selulase yang lebih baik. Selulase-kompleks yang dihasilkan Pycnoporus sp. menunjukkan aktivitas lebih baik dibandingkan dengan yang diproduksi Phlebiopsis sp. Filtrat kasar Pycnoporus sp. menunjukkan aktivitas-spesifk endo-β-1,4-glukanase optimum pada pH 6, suhu 35°C (0,403 ± 0,010 IU/mg); selobiohidrolase pada pH 6, suhu 40°C (0,540 ± 0,020 IU/mg); dan β -glukosidase pada pH 4, suhu 30°C (0,022±0,001 IU/mg). Sementara, Phlebiopsis sp. menunjukkan aktivitas-spesifk endo-β-1,4-glukanase optimum pada pH 6, suhu 35°C (0,202 ± 0,005 IU/mg); selobiohidrolase pada pH 4, suhu 45°C (0,180 ± 0,002 IU/mg); dan β-glukosidase pada pH 6, suhu 45°C (0,007 ± 0,001 IU/mg). Rendahnya aktivitas β-glukosidase menyebabkan selulase-kompleks dari penelitian ini belum dapat menghidrolisis limbah lignoselulosa dengan sempurna dan kadar glukosa yang diperoleh masih rendah. Oleh karena itu, optimasi produksi selulasekompleks dari Pycnoporus sp. dan Phlebiopsis sp. masih perlu diteliti lebih lanjut.