Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PENYARADAN TERKENDALI UNTUK MINIMASI PENGGESERAN LAPISAN TANAH ATAS DAN KETERBUKAAN LAHAN: KASUS DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTANTENGAH Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 4 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.4.209-219

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian tentang penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan akibat kegiatan penyaradan kayu terkendali. Penelitian telah dilakukan di satu perusahaan hutan di Kalimantan Tengah pada tahun 1998. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemanenan terkendali terhadap penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan.Data yang dikumpulkan adalah : jumlah pohon ditebang, jumlah pohon berdiameter 20 cm dan ke alas, kedalaman penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t.Penelitian menghasilkan hal-hal sebagai berikut:1. Penggeseran lapisan tanah atas rata-rata akibat penyaradan terkendali untuk kelas kelerengan: 0-15%; 15-25% dan > 25% berturut-turut adalah 8,1 mm; 11,7 mm dan 16,8 mm per 100 m panjang jalan sarad. Untuk penyaradan konvensional adalah 9,7 mm; l2,84 mm dan l8,7 mm per 100 m panjang jalan sarad. Terjadi pengurangan sebesar 1,6 mm pada kelas kelerengan 0-15 mm (berbeda sangat nyata).2.   Derajat keterbukaan lahan rata-rata akibat penyaradan terkendali adalah 15,81% dan 21,21% untuk penyaradan konvensional. Terjadi pengurangan keterbukaan lahan sebesar 5,4% (berbeda nyata).
PRODUKSI DAN BIAYA PENYADAPAN GETAH TUSAM DENGAN SISTEM BOR: STUDI KASUS DI PT INHUTANI IV SUMATERA BARAT Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris; Djaban Tinambuman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 1 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2808.514 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1998.16.1.1-16

Abstract

Penelitian produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor dilakukan di PT Inhutani IV di Sumatera Barat pada bulan Mei 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan menggunakan sistem bor. Perlakuan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara arah sadapan zat perangsang asam sulfat dan zat perangsang CEPA (chloro ethyl phosphonic acid). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil getah, lama penyadapan, biaya bahan, biaya alat,  jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Hasil pcnelitian menunjukkan bahwa:Tiap regu pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor terdiri dari tiga orang yaitu seorang pengebor pohon, seorang pemberi zat perangsang dan seorang pemasang paralon dan kantong plastik.Kemampuan satu regu penyadap dengan sistem bor adalah 400 pohon per hari.Jumlah lubang sadap pada penyadapan gelah tusam dengan sistem bor adalah satu lubang per pohon per jangka waktu sadap.Diameter lubang sadap adalah 2,5 cm sedang kedalamannya adalah 8 cm.Produksi getah pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor dengan perlakuan C (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang. Q (pengeboran lurus dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) dan A (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 10% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) adalah relatif sama dengan produksi penyadapan getah tusam dengan sistem kowakan yaitu sekitar 8 gram per pohon per hari. Di samping itu getah yang diperoleh dari hasil penyadapan dengan sistem bor adalah relatif bersih dan jemih.Biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor adalah Rp 914/kg sedang biaya penyadapan dengan sistem kowakan adalah Rp 300/kg.
PENYARADAN TERKONTROL UNTUK MINIMASI KERUSAKAN HUTAN: KASUS DI DUA PERUSAHAAN HUTAN DIKALIMANTAN TENGAH Sona Suhartana; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 2 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2161.751 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1998.16.2.69-78

Abstract

Penelitian telah dilakukan pada tahun 1997 di dua perusahaan hutan di Kalimantan Tengah untuk meminimalkan kerusakan tegakan tinggal dan jalan sarad tidak produktif yang dapat menjamin tercapainya pemanfaatan hutan yang berkelanjutan.Data yang dikumpulkan adalah : jumlah pohon ditebang, jumlah pohon berdiameter _ 20 cm dan ke atas, pohon rusak, kemiringan lapangan dan luas lahan terbuka.Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut:1 Rata-rata kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan terkontrol adalah 8,5% dan untuk konvensional sebesar 13,5%. Terjadi penurunan kerusakan sebesar 5,0% (sangat berbeda nyata pada taraf 99%).2. Rata-rata jalan sarad tidak produktif akibat penyaradan terkontrol adalah 3, 7% dan untuk konvensional 10, 0%. Terjadi penurunan jalan sarad tidak produktif sebesar 6,3% (sangat berbeda nyata pada taraf 99%).3. Rata-rata keterbukaan lahan akibat penyaradan terkontrol adalah 11,3% dan untuk konvensional 15,3%. Terjadi penurunan derajat keterbukaan lahan sebesar 4% (berbeda nyata pada taraf 95%). Berdasarkan hasil penelitian, maka dalam pelaksanaan pemanenan kayu seyogyanyalah menggunakan teknik terkontrol yang sesuai dengan aturan TPTI karena dapat meminimalkan kerusakan hutan yang terjadi.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENYARADAN KAYU DENGAN GAJAH DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI RIAU Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris; Djaban Tinambunan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 5 (1999): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4316.093 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1999.16.5.231-253

Abstract

Penelitian produktivitas penyaradan kayu dengan gajah ini dlakukan di suatu perusahaan hutan di Riau pada tahun I997. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan gajah. Sasaran penelitian ini adalah memperoleh informasi teknis dan ekonomis mengenai penyaradan kayu dengan gajah. Informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi para pengelola hutan dalam merencanakan penyaradan kayu dengan gajah. Data waktu kerja penyaradan, jarak sarad dan volume kayu yang disarad, harga gajah, biaya perawatan gajah dikumpulkan.Gajah liar yang telah dijinakkan dapat digunakan untuk kepentingan pengelolaan hutan misalnya untuk melakukan kegiatan penyaradan kayu. Volume kayu yang disarad pada penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 0,163 - 0,563 m3/rit dengan rata-rata 0,322 m3/rit sedangkan volume kayu yang disarad dengan alat bantu berkisar antara 0,154- 0,519 m3/rit dengan rata-rata 0.320 m3/rit. Jarak sarad pada penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 80-235 m dengan rata-rata 161 m, sedangkan jarak tersebut dengan alat bantu berkisar antara 70-235 m dengan rata·rata 160 m. Waktu kerja keseluruhan dalam penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 6-29 menit (0,10 - 0,48 jam)per rit dengan rata-rata 16 menit (0,27 jam) per rit sedangkan waktu kerja tersebut dengan alat bantu berkisar antara 3,10-14,08 menit ( 0,05-0,40 jam) per rit dengan rata-rata 10,28 menit (0,17 jam) per rit. Produktivitas penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara 0,969-4,132 m3-hm/jam dengan rata-rata 1,972 m3-hm/jam ,sedangkan produktivitas penyaradan tersebut dengan alat bantu berkisar antara 1,260 - 5.112 m3hm/jam dengan rata 3,099 m3-hm/jam. Biaya penyaradan kayu dengan gajah tanpa alat bantu berkisar antara Rp 1.334- Rp 5.732 /m3-hm dengan rata-rata Rp 3.232/m3-hm sedangkan biaya penyaradan tersebut dengan alat bantu berkisar antara Rp 1.159-Rp 4.702/m3-hm dengan rata-rata Rp 2.201 /m3-hm. Disarankan volume kayu yang disarad tidak lebih dari 0,5 m3 per rit dan jarak sarad tidak lebih dari 300 m.
EKSTRAKSI KAYU DENGAN SISTEM KABEL LAYANG THUNDERBIRD TIY70 PADA AREAL HUTAN PRODUKSI TERBATAS DI KALIMANTAN TIMUR Zakaria Basari; Maman M Idris; Wesman Endom
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 1 (1999): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4784.06 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1999.17.1.21-39

Abstract

Dewasa ini kegiatan ekstraksi kayu menggunakan sistem kabel layang di Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang  bertopografi berat merupakan salah satu pilihan untuk upaya yang tengah dicoba untuk memperkecil kerusakan hutan.  Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui produktivitas kerja, biaya ekstraksi kayu dan dampak ekologis penggunaan sistem kabel layang dengan yarder Thunderbird TTY 70.Produktivitas  kerja dilakukan dengan cara  menghitung prestasi kerjanya per jam. Biaya ekstraksi  kayu dihitung berdasarkan biaya tetap dan biaya  operasi alat  serta produktivitas kerjanya.  Dampak  ekologis  diukur  dengan  cara  menghitung  keterbukaan  tajuk pohon  dan permukaan lantai  hutan sebagai akibat penebangan dan penyaradan kayu .Hasil penelitian  menunjukkan bahwa produktivitas kerja rata - rata sebesar 9,81 m3/rit atau 12,4 m3/jam.  B iaya tetap alat sebesar Rp. 431.249/jam, biaya operasi sebesar Rp. 43.128/jam  dan biaya ekstraksi kayu per m3 sebesarRp 39.000/m3.  Keterbukaan tajuk rata - rata 4.051 m2/jalur, keterbukaan permukaan  lantai tanah hutan 107,82  m2 atau 1,08  % per  hektar, kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan  rata-rata sebesar 12,27 %/ha. Kelebihan penggunaan alat dalam operasi pemanenan ini adalah ramah lingkungan sedang kelemahannyaharganya sar:gat mahal.
KEMUNGKINAN PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KANAL DI HUTAN RAWA: Kasus di suatu perusahaan hutan di Riau Dulsalam Dulsalam; Sona Suhartana; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 5 (1999): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2645.01 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1999.16.5.254-266

Abstract

Pengeluaran kayu dengan menggunakan sistem ongkak atau kuda-kuda menghabiskan banyak batang kayu untuk konstruksi jalannya sehingga mengancam kelestarian sumberdaya hutan. Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian mengenai produktivitas dan biaya pembuatan kanal serta kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan kanal. Melalui sistem kanal diharapkan kelestarian sumberdaya hutan dapat terjamin. Penelitian telah dilakukan di satu perusahaan hutan di Riau pada tahun 1995. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kemungkinan pengeluaran kayu dengan sistem kanal di hutan rawa ditinjau dari segi teknis dan lingkungan. Data yang dikumpulkan adalah dimensi kanal, jumlah tenaga kerja, waktu kerja efektif. upah tenaga kerja dan kerusakan tegakan tinggal. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut:I. Pembuatan kanal secara manual di hutan rawa dapat dilakukan oleh satu regu kerja yang terdiri dari 6 orang dengan alat tradisional.2. Ukuran kanal di hutan rawa dalam penelitian ini adalah lebar 2 m dan dalam I m dan panjang 1OO m. Untuk keperluan praktek pengeluaran kayu, dalamnya kanal disesuaikan dengan genangan air, yaitu genangan air minimal I meter.3. Waktu kerja pembuatan kanal secara manual adalah kurang lebih 7 jam per hari sedang biaya upah dalam pembuatan kanal tersebut adalah Rp 120. 00 / regu atau Rp 20. 000/ orang.4. Produktivitas pembuatan kanal per regu berkisar antara 5. 72 -11. 72 m3/jam- regu kerja dengan rata-rata 9, 71 m3/ jam-regu kerja atau berkisar antara 2.86 - 5. 71 m /jam regu kerja dengan rata-rata 4,86 m /jam- regu kerja. Sedangkan produktivitas pembuatan kanal per orang berkisar antara 0.95 -1,90 m3/ jam- orang dengan rata- rata 1,60 m3/jam - orang atau antara 0.48 - 0,98 m/ Jam - orang dengan rata-rata 0,81 m /jam - orang.5. Biaya pembuatan kanal secara manual berkisar antara Rp 2.996 - Rp 3.002 / m3 denganrata-rata Rp 3.000/ m3 atau antara Rp 5.952 - Rp 6.024/m dengan rata-rata Rp 6.006 m.6. Rata-rata biaya pembuatan kanal hasil penelitian lebih rendah bila dibanding dengan biaya pembuatan kanal oleh masyarakat setempat akan tetapi lebih tinggi (Rp 6.006 /m) bila dibanding dengan biaya pembuatan kanal di Kecamatan Tanjung Satai, Propinsi Kalimantan Barat (Rp 2.500/ m ).7. Kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan kanal secara manual untuk tingkat semai, pancang, tiang dan pohon bertuntt-turut berkisar anrara 95,0- 97,0 % dengan rata-rata 95,8 % . antara 83.0 - 84.5 % dengan rata-rata 83.8 %. antara 43,3 - 64,3 % dengan rata·rata 47.8 %, dan antara 5.0 11.5 % dengan rata-rata 8,3 %. Dalam jangka panjang kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan kanal Jauh lebih kecil dibanding dengan kerusakan tegakan tinggal akibat pembuatan Jalan rel, yaitu secara berurutan 8,3 % dibanding 27.3 %.8. Penggunaan sistem kanal umuk pengeluaran kayu di hutan rawa mempunyai prospek yang menjanjikan ditinjau dari segi teknis, ekonomis dan lingkungan.
PERBANDINGAN PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM MANUAL DAN EKSAVATOR DI HUTAN RAWA, BAGIAN II: PENGARUH SISTEM TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DAN KETERBUKAAN LAHAN Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 4 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6038.711 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.4.231-241

Abstract

Penelitian tentang cara penyaradan kayu telah dilakukan pada tahun 1998 di dua perusahaan hutan di Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyaradan kayu dengan cara manual dan eksavator terhadap kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan lahan.Data yang dikumpulkan adalah jumlah pohon ditebang, jumlah tiang dan pohon berdiameter 20 cm ke atas, tiang dan pohon yang rusak dan luas lahan terbuka. Data dianalisis menggunakan uji-t.Basil penelitian menunjukkan ha! sebagai berikut:1. Kerusakan tegakan tinggal rata-rata pada sistem manual untuk tingkat tiang sebesar 38,66% dan untuk tingkat pohon 28,54%. Pada sistem eksavator besamya kerusakan tersebut adalah 20,92% untuk tiang dan 15,78% untuk pohon. Terjadi penurunan kerusakan untuk tiang sebesar 17,74% dan pohon sebesar 12,76%.2. Keterbukaan lahan rata-rata yang terjadi pada sistem manual 19,84% dan untuk eksavator 13,5%. Terjadi penurunan keterbukaan lahan sebesar 6,34%.Berdasarkan hasil penelitian, maka penyaradan kayu di hutan rawa, seyogyanyalah menggunakan sistem eksavator, sebab dapat meminimalkan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan lahan yang terjadi.
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENGELUARAN KAYU DENGAN SISTEM KABEL P3 HH 20 Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris; Wesman Endom
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 15, No 3 (1997): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5438.999 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1997.15.3.151-161

Abstract

Penelitian produktivitas  dan biaya pengeluaran kayu dengan sistem kabel layang P3HH 20 telah dilakukan  di BKPH Segaranten, KPH Sukabumi Perum Perhutani  Unit III, Jawa Barat, pada  tahun  1995.  Tujuannya adalah  untuk menguji  coba sistem kabel  layang  buatan Pusat Penelitian  dan  Pengembangan   Hasil   Hutan   dan  Sosial  Ekonomi  Kehutanan  dan   untuk mengetahui produktivitas   dan  biayanya.  Data  spesifikasi  sistem kabel  layang,  ukuran  kayu yang  dikeluarkan,  waktu kerja,  konsumsi  bahan bakar dan oli,  serta upah pekerja dikumpulkan. Hasil penelitian  ini adalah sebagai berikut :1.Alat pengeluaran  kayu sistem  kabel  layang  buatan Pusat Penelitian  dan Pengembangan Hasil Hutan  dan Sosial Ekonomi  Kehutanan,  berhasil dalam operasi mengeluarkan kayu dari jurang kelereng atas.2.Volume kayu yang  dapat dikeluarkan  dengan alat pengeluaran  kayu sistem kabel  layangP3HH 20 berkisar antara 0,061 - 0,308 m3 /rit dengan rata-rata 0,/14Im3/rit3. Produktivitas sistem kabel layang P3HH 20 bervariasi antara 0,575 - 5,508 m3/jam dengan rata-rata 1,856 m3/jam.4. Rata-rata  biaya  pengeluaran   kayu  dengan  sistem  kabel  layang  P3HH  20  adalah  Rp.9.531/m3.5.Rata-rata biaya pengeluaran kayu sistem kabel layang P3HH 20 lebih rendah dibanding biaya pengeluaran kayu sistem Koller 300 yaitu berturut-turut Rp.9.531/m3 dibanding Rp.33.322/m3.6.Kereta dan mekanisme rem disarankan untuk disempurnakan.
PENYARADAN TERKENDALI UNTUK MINIMASI PENGGESERAN LAPISAN TANAH ATAS DAN KETERBUKAAN LAHAN: KASUS DI SUATU PERUSAHAAN HUTAN DI KALIMANTANTENGAH Sona Suhartana; Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 17, No 4 (2000): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2000.17.4.209-219

Abstract

Tulisan ini mengetengahkan hasil penelitian tentang penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan akibat kegiatan penyaradan kayu terkendali. Penelitian telah dilakukan di satu perusahaan hutan di Kalimantan Tengah pada tahun 1998. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemanenan terkendali terhadap penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan.Data yang dikumpulkan adalah : jumlah pohon ditebang, jumlah pohon berdiameter 20 cm dan ke alas, kedalaman penggeseran lapisan tanah atas dan keterbukaan lahan. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t.Penelitian menghasilkan hal-hal sebagai berikut:1. Penggeseran lapisan tanah atas rata-rata akibat penyaradan terkendali untuk kelas kelerengan: 0-15%; 15-25% dan > 25% berturut-turut adalah 8,1 mm; 11,7 mm dan 16,8 mm per 100 m panjang jalan sarad. Untuk penyaradan konvensional adalah 9,7 mm; l2,84 mm dan l8,7 mm per 100 m panjang jalan sarad. Terjadi pengurangan sebesar 1,6 mm pada kelas kelerengan 0-15 mm (berbeda sangat nyata).2.   Derajat keterbukaan lahan rata-rata akibat penyaradan terkendali adalah 15,81% dan 21,21% untuk penyaradan konvensional. Terjadi pengurangan keterbukaan lahan sebesar 5,4% (berbeda nyata).
PRODUKSI DAN BIAYA PENYADAPAN GETAH TUSAM DENGAN SISTEM BOR: STUDI KASUS DI PT INHUTANI IV SUMATERA BARAT Dulsalam Dulsalam; Maman M Idris; Djaban Tinambuman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 1 (1998): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1998.16.1.1-16

Abstract

Penelitian produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor dilakukan di PT Inhutani IV di Sumatera Barat pada bulan Mei 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang produksi dan biaya penyadapan getah tusam dengan menggunakan sistem bor. Perlakuan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara arah sadapan zat perangsang asam sulfat dan zat perangsang CEPA (chloro ethyl phosphonic acid). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil getah, lama penyadapan, biaya bahan, biaya alat,  jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Hasil pcnelitian menunjukkan bahwa:Tiap regu pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor terdiri dari tiga orang yaitu seorang pengebor pohon, seorang pemberi zat perangsang dan seorang pemasang paralon dan kantong plastik.Kemampuan satu regu penyadap dengan sistem bor adalah 400 pohon per hari.Jumlah lubang sadap pada penyadapan gelah tusam dengan sistem bor adalah satu lubang per pohon per jangka waktu sadap.Diameter lubang sadap adalah 2,5 cm sedang kedalamannya adalah 8 cm.Produksi getah pada penyadapan getah tusam dengan sistem bor dengan perlakuan C (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang. Q (pengeboran lurus dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 5% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) dan A (pengeboran miring 10° ke samping dengan zat perangsang asam sulfat 25% + CEPA 10% tanpa pemberian ulangan zat perangsang) adalah relatif sama dengan produksi penyadapan getah tusam dengan sistem kowakan yaitu sekitar 8 gram per pohon per hari. Di samping itu getah yang diperoleh dari hasil penyadapan dengan sistem bor adalah relatif bersih dan jemih.Biaya penyadapan getah tusam dengan sistem bor adalah Rp 914/kg sedang biaya penyadapan dengan sistem kowakan adalah Rp 300/kg.