Claim Missing Document
Check
Articles

Relationship between quality and utilisation of oral health service in Community Health Centers of Padang City Darma, Azri; Oenzil, Fadil; Hidayati, Hidayati
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 30, No 2 (2018): July
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjd.vol30no2.18330

Abstract

Introduction: Increasing incidence of oral diseases have not been balanced by the utilisation of oral health care units available, especially at the level of basic services such as Community Health Centers (Puskemas).  This study was aimed to determine the relationship between the quality and the utilisation of health services in Community Health Centers of Padang City. Methods: This study was a survey research with cross-sectional design, Samples have been taken using a random  sampling with total samples of 131 respondents, and statistical analysis used was the chi square test. The independent variable was the service  quality in terms of the patients satisfactionory dimensions, while the dependent variable was utilisation of the oral health services with categories of community health centers that were averagely visited < 9 times daily and ≥ 9 times daily. Results: There was a significant  relationship (p-value < 0.05) between several satisfaction dimensions variables (a wide parking area; hygienic park; assessment of dental health that always performed by the dentists; a friendly services by the counter clerks; and the dentists willingness to listen to the patients complaints), and the utilisation of the oral health service in Community Health Centers of Padang City. Conclusion: Most patients are satisfied with the quality of oral health service in Community Health Centers of Padang City. The visitation and utilisation rate of the patients, however, are not affected significantly by most of their satisfactory dimensions, except for five dimensions which were, wide parking area, garbage-free parking area, assessment of dental health that always performed by the dentists, a friendly services by the counter clerks, and the dentists willingness to listen to the patients complaints.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SAUROPUS ANDROGYNUS (L). MERR (KATUK) TERHADAP KADAR HORMON PROLAKTIN PADA TIKUS PUTIH (WISTAR ALBINO MENYUSUI) Miharti, Sari Ida; Oenzil, Fadil; Syarif, Iskandar
Jurnal Ipteks Terapan Vol 12, No 3 (2018): JIT
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.387 KB) | DOI: 10.22216/jit.2018.v12i3.3806

Abstract

ABSTRACT That katuk leaf (Sauropus androgynus (L). Merr) has good nutrition and is able to increase breastmilk production. The study of the effect of katuk leaf ethanol extract administration on prolactin hormone level in the breastfeeding white rats. The purpose of this study was to analyze the effect of katuk leaf ethanol extract administration on prolactin hormone level and oxytocin hormone level in the breastfeeding white rats. The type of the research is experimental with Post-Test Only Control Group design. The sample size consisted of 24 breastfeeding white rats which are divided into 4 groups, i.e. one control group and three treated groups (P1, P2 and P3), each given 24 mg, 48 mg and 72 mg katuk leaf ethanol extract. The research was conducted at Pharmacy Laboratory and Biomedical Laboratory of University of Andalas, Padang. The prolactin hormone levels are measured by using the ELISA method, the statistical test used One Way ANOVA test and continued with Multifer Comparisons (post hoc test) Bonferroni-type test. The results showed a significant difference  of the hormone prolactin levels between the control group (13,679 ± 2.061 ng/L) value (p &lt;0.05) and the P3 group (17.509 ± 2.515 ng/L), as well as P1 group (13.816 ± 1.665 ng/L) and P3 group (17.509 ± 2.515 ng/L) in 24 mg and 72 mg of dose. In conclusion, there was a significant increase in prolactin levels after the administration of katuk leaves extract (Sauropus androgynus (L). Merr) in white rats.  Keywords: Katuk Leaf, Prolaktin,  ABSTRAKDaun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) memiliki gizi yang baik dan dapat memperlancar air susu. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak etanol daun katuk terhadap hormon prolaktin pada tikus putih. Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pemberian ekstrak etanol daun katuk terhadap hormon prolaktin dan hormon oksitosin pada tikus putih meyusui.            Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain Post-Tes Only Control Group. Jumlah sampel 24 tikus menyusui yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakukan P1, P2 dan P3 yang masing–masing diberi 24 mg, 48 mg dan 72 mg ekstrak etanol daun katuk. Penelitian dilakukan di Labor Farmasi dan Biomedik Universitas Andalas. Hormon prolaktin diukur dengan mengunakan metode ELISA uji statistik mengunakan uji One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Multiple Comparisons (post hoc test) jenis Bonferroni. Hasil penelitian ini menunjukakan terdapat perbedaan kadar hormon prolaktin antara kelompok kontrol (13,679±2,061ng/L) nilai (p&lt;0,05) dengan kelompok P3 (17,509±2,515 ng/L) dan kelompok P1(13,816±1,665 ng/L) dengan kelompok P3 (17,509±2,515 ng/L) dengan dosis 24 mg dan 72 mg.            Kesimpulan, terdapat peningkatan signifikan pada kadar hormon prolaktin setelah pemberian ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) pada tikus putih menyusui    Kata kunci     : Daun Katuk, Prolaktin,
ANALISIS KONSENTRASI LOW DENSITY LIPOPROTEIN TEROKSIDASI SERUM PADA TAHAPAN ATEROSKLEROSIS Ismawati, Ismawati; Oenzil, Fadil; Yanwirasti, Yanwirasti; Yerizel, Eti
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 4 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.04.11

Abstract

Aterosklerosis merupakan proses yang terjadi secara bertahap meliputi tahap inisiasi, progresi dan komplikasi. Beberapa penelitian memperlihatkan kaitan antara stres oksidatif dengan aterosklerosis, tetapi belum ada penelitian yang menganalisis perbedaan stres oksidatif pada berbagai tahap aterosklerosis. Konsentrasi oxidized low density lipoprotein (oxLDL) menggambarkan stres oksidatif yang terjadi sehingga dikenal sebagai marker stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi oxLDL serum pada berbagai tahap aterosklerosis pada hewan coba. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar oxLDL serum pada 24 ekor tikus yang terdiri dari kelompok normal, inisiasi, progresi dan komplikasi. Induksi aterosklerosis dilakukan dengan pemberian vitamin D3 (700.000 IU/kg) dan pakan tinggi lipid (kolesterol 2%, lemak kambing 5%, asam kolat 0,2%) masing-masing selama 2 hari, 4 hari dan 2 minggu. Konsentrasi oxLDL serum diukur dengan teknik Enzyme linked immunosorbent assays (ELISA). Data disajikan sebagai rata-rata±SD. Uji statistik yang digunakan adalah uji Anova. Konsentrasi oxLDL serum lebih tinggi pada inisiasi dibandingkan normal (2,17±0,26ng/mL versus 1,93±0,25ng/mL, p&gt;0,05) dan lebih tinggi lagi pada progresi dan komplikasi (2,75±0,25ng/mL dan 3,3±0,61ng/mL, p&lt;0,05) masing-masing terhadap normal dan inisiasi). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan konsentrasi oxLDL pada berbagai tahap aterosklerosis dan konsentrasi paling tinggi pada tahap komplikasi. Hal ini membuka kemungkinan untuk mengembangkan oxLDL sebagai marker tahapan aterosklerosis.
EFIKASI SUPLEMENTASI FORMULA TEMPE BENGKUANG TERHADAP KADAR ALBUMIN DAN Z-SKOR BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) PADA ANAK GIZI KURANG Denas Symond; Fadil Oenzil; Eriyati Darwin; Nur Indrawati Lipoeto
Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 11 No. 1 (2016)
Publisher : Food and Nutrition Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.759 KB) | DOI: 10.25182/jgp.2016.11.1.%p

Abstract

The aim of this study was to determine the efficacy of formulated tempe-yam supplementation on weight for age z-score of underweight children aged 2-4 years. A quasi experiment pre-post test with control group design was applied in this study for four weeks. The intervention group consist of 19 children given formulated tempe-yam 100 g/d; and the control group consist of 19 children given biscuit 100 g/d in Padang Pariaman district, West Sumatera. Data collected included weight, height, and albumin level. Paired t-test was applied for the data analysis. The results of this study found significant differences in albumin level before and after on control group (p<0.05). Then, the results of this study also found significant differences in weight for age z-score before and after on intervention group (p<0.05). Therefore, formulated tempe-yam supplementation as food sumplementation need to be considered for underweight children.Keywords: albumin level, food suplementation, tempe-yam, weight-for age z-score 
Hubungan Umur dan Lamanya Hemodialisis dengan Status Gizi pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis di RS. Dr. M. Djamil Padang Hannie Qalbina Syaiful; Fadil Oenzil; Rudy Afriant
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.144

Abstract

AbstrakPenyakit Ginjal Kronik (PGK) masih merupakan masalah kesehatan dunia karena prevalensinya yang meningkat, “ireversible” dan progresif. Malnutrisi lebih banyak ditemukan pada PGK. Sebanyak 40% malnutrisi ditemukan pada penderita pada awal hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan umur dan lamanya hemodialisis dengan status gizi pada penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Ini adalah suatu penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada bulan Oktober 2013 di Unit Hemodialisis RS Dr. M. Djamil Padang. Telah Diteliti sebanyak 59 orang penderita PGK. Penilaian gizi diukur dengan Lingkaran Lengan Atas (LILA) dan Tebal Lipat Kulit (Skin Fold). Data dianalisa dengan program SPSS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa umur penderita berkisar 22-75 tahun dengan rata-rata 52,39 ±10,39 tahun dan terbanyak umur 50-59 tahun yaitu sebesar 50,86%. Lamanya menjalani hemodialisis berkisar 1-97 bulan dengan rata-rata 24,54 ± 24,69 bulan. Malnutrisi pada penderita PGK berdasarkan LILA dan Skin Fold, didapatkan berturut-turut 33 orang (55,93%) dan32 orang (54,24%). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara gambaran gizi dengan umur dan lamanya menjalani hemodialisis (p>0,05, r<1). Kesimpulan dari studi ini adalah malnutrisi pada PGK yang menjalani hemodialisis berkisar antara 54,24% – 55,93%. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan umur dan lamanya menjalani hemodialisisKata kunci: PGK, malnutrisi, umurAbstractChronic Kidney Disease (CKD) is still a global health problem due to its increasing prevalence Its irreversible and progressive state. Malnutrition is more common in CKD patients. A total of 40% malnutrition case is found in patients at the beginning of their hemodialysis. The objective of this study was to observe the relationships of age and duration of hemodialysis with regard to nutritional status in chronic kidney disease patient on hemodialysis. This was a cross sectional study conducted in October 2013 at Hemodialysis Unit of Dr. M. Djamil General Hospital, Padang. A total of 59 patients with CKD were analyzed. Nutritional assessment was measured by Upper Arm Circles (UAC) and Skin Fold’s thickness (Skin Fold). Data were analyzed using SPSS. Results: Ages of patients were ranged from 22-75 years with an average of 52.39 ± 10.39 years, and most patients were aged 50-59 years that was equal to 50.86%. The long of hemodialysis was ranged 1-97 months with an average of 24.54 ± 24.69 months. Malnutrition in patients with CKD based on UAC and Skin Fold were obtained successively in 33 people (55.93%) and 32 people (54.24%). There was no significant association between nutritional figure with age and duration of hemodialysis (p>0.05, r<1). Conclusion from ths study is malnutrition in CKD patients that undergo hemodialysis is ranged from 54.24% to 55.93%. There is no relationship between nutritional status with age and duration of undergoing hemodialysis.Keyword: CKD, Malnutrition, age
Hubungan Kadar Ft4 Dengan Kejadian Tirotoksikosis berdasarkan Penilaian Indeks New Castle Padawanita Dewasa di Daerah Ekses Yodium Harsa Rusda; Fadil Oenzil; Yustini Alioes
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i2.126

Abstract

AbstrakTirotoksikosis merupakan manifestasi klinis yang terjadi akibat peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelebihan yodium merupakan salah satu penyebab terjadinya tirotoksikosis. Ini ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar Ekskresi Yodium Urin (EYU) > 199 μg/L. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar FT4 dengan kejadian tirotoksikosis berdasarkan penilaian indeks New Castle pada wanita dewasa di daerah ekses yodium. Metode: Penelitian dilakukan dengan menganalisis data yang dikumpulkan secara Cross Sectional Study terhadap 37 wanita dewasa menggunakan metoda total sampling di Nagari Koto Salak, Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya yang merupakan daerah ekses yodium (median EYU 323,5 μg/L). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan penilaian Indeks New Castle dan pengambilan darah untuk dilakukan pemeriksaan kadar FT4 dalam serum. Hasil: Analisis univariat didapatkan jumlah penduduk wanita dewasa dengan kadar FT4 meningkat sebanyak 14 persen dan nilai rata-rata 1,71 ng/dl. Penilaian indeks New Castle dalam kategori doubtful 16 persen dan tidak ditemukan penduduk yang termasuk dalam kategori toxic. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square, didapatkan p value=1. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar FT4 dalam serum dengan kejadian tirotoksikosis pada wanita dewasa di derah ekses yodium. Saran: Perlu dilakukan penyuluhan mengenai asupan yodium kepada masyarakat dan diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan terhadap pemberian kapsul yodium serta melakukan kontrol kadar EYU secara teratur dan berkala.Kata kunci: FT4, tirotoksikosis, indeks New Castle, wanita, ekses yodium, tiroidAbstractThyrotoxicosis is a clinical manifestation that occurs due to elevated levels of thyroid hormones in the blood. Iodine excess is one of the causes of thyrotoxicosis. This is indicated by the results of urine iodine excretion levels (EYU) > 199 μg/L. Objective: This study aimed to determine the association FT4 levels with thyrotoxicosis incidence based on New Castle index assessment of adult women in iodine excess area.Method: The study was conducted data analysis which collected with Cross Sectional Study against 37 adult females by using total sampling methods in Koto Salak, Dharmasraya regency which is the iodine excess area (median EYU 323,5 μg/L). Data were collected by using interview New Castle Index assessments and blood sampling for examination FT4 levels in blood serum.Result: Univariate analysis of adult women population is 14 percent in increase category of FT4 levels and 1,71 ng/dl of the average value. New Castle index assessment 16 percent in doubtful category and none included in the toxic category. Based on Chi-Square statistics test, showed p value=1.Conclution: There was no significant association between FT4 levels in blood serum with thyrotoxicosis incidence of adult women in iodine excess area.Suggestion: Therefore, it should be informed to the community about iodine intake and this research is hoped can be input for the government policy towards iodine suplementation and control EYU levels regularly and periodically.Keywords: FT4, thyrotoxicosis, New Castle index, women, iodine excess, thyroid
Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium Guajava.L) Terhadap Kadar Hemoglobin dan Ferritin Serum Penderita Anemia Remaja Putri Pagdya Haninda Nusantri Rusdi; Fadil Oenzil; Eva Chundrayetti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i1.782

Abstract

Anemia adalah kadar hemoglobin didalam sel darah merah dibawah kategori normal. Makanan yang tinggi zat besi dan yang dapat membantu proses penyerapan besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan ferritin serum. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh pemberian jus jambu biji merah (psidium guajava. L) terhadap kadar hemoglobin dan ferritin serum penderita anemia remaja putri.Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Tri Murni Kota Padang Panjang. Desain penelitian adalah quasi eksperiment terhadap 34 orang remaja anemia yang dipilih secara simple random sampling. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan 100 gr jambu biji merah yang diolah menjadi jus selama 7 hari. Analisis data menggunakan uji t-dependent dengan derajat kemaknaan α=0,05. Rerata kadar Hb pretest 10,26 gr/dl (kontrol) dan 10,50 gr/dl (intervensi), rerata kadar ferritin serum 33,63 μg/L (kontrol) dan 36,63 μg/L (intervensi). Rerata kadar Hb postest 10,98 gr/dl (kontrol) dan 12,48 gr/dl (intervensi), rerata kadar ferritin serum 40,35 μg/L (kontrol) dan 57,40 μg/L (intervensi). Hasil uji statistik didapatkan ada pengaruh pemberian jus jambu biji merah terhadap kadar hemoglobin dan ferritin serum penderita anemia remaja putri dengan nilai p = <0,001.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Kota Padang Pipit Amelia Burhani; Fadil Oenzil; Gusti Revilla
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.569

Abstract

AbstrakStatus gizi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan individu, sehingga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Status gizi balita tergantung pada asupan gizi, tingkat pengetahuan ibu, tingkat ekonomi keluarga, pendidikan ibu, pola asuh dan ketahanan pangan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga nelayan dengan status gizi balita. Penelitian ini dilakukan dari  Juli 2014 sampai Januari 2015. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan jumlah subjek  21 orang ibu balita. Data dianalisis secara univariat dengan tabel frekuensi dan analisa bivariat dengan tabel silang lalu diuji dengan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian ialah balita yang memiliki gizi kurus sebanyak 9,5% dan yang memiliki gizi normal sebanyak 90,5%. Pengetahuan ibu rendah sebanyak 52,3% dan pengetahuan ibu tinggi sebanyak 47,6%.  Tingkat ekonomi keluarga didapatkan keluarga miskin sebanyak 95,2% dan keluarga tidak miskin sebanyak 4,8%. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita.Kata kunci: status gizi, balita, tingkat pengetahuan ibu, tingkat ekonomi keluarga AbstractNutritional status has a profound influence in individual’s health that affecting the quality of human resources in the future. Nutritional status depends on food intake, mother’s knowledge, family economics, mother’s education, nurturing pattern and food availability. The objective of this study was to determine the relationship level of mother’s knowledge and fishermen’s family economic with nutritional status of toddler. This research was conducted between July 2014 and January 2015 to 21 mothers with toddler. Cross sectional study was used as study design. Data were analyzed by univariate analysis with frequency tables and bivariate analysis with cross table using Rank Spearman. Result showed that 9.5% of the toddlers are under nutrition and 90.5% are normal. 52.3% of the mothers have low knowledge level whereas 47.6% are higher. 95.2% of the families are in the poverty line and 4.8% are not. It can be concluded that there is no relationship between level of mother’s knowledge and fishermen economic with nutritional status of toddler.Keywords: nutritional status, toddler, level of mother’s knowledge, family economic
Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Nitrit Oksid pada Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang Nidia Purwadianti; Fadil Oenzil; Delmi Sulastri
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.255

Abstract

AbstrakObesitas merupakan masalah kesehatan yang kompleks dengan penyebab multifaktorial. Obesitas berkaitan erat dengan peningkatan risiko sejumlah komplikasi seperti hipertensi. Salah satu mekanisme yang menghubungkan obesitas dengan hipertensi adalah disfungsi endotel sebagai akibat penurunan kadar nitrit oksid (NO). Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator untuk menentukan obesitas. .Tujuan penelitian ini ialah menentukan hubungan IMT dengan kadar nitrit oksid pada masyarakat etnik Minangkabau. Desain penelitian adalah studi potong lintang dengan populasi masyarakat etnik Minangkabau usia 30 – 65 tahun di 4 kecamatan terpilih di Kota Padang. Jumlah subjek sebanyak 130 orang. Data responden merupakan data sekunder yang dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dan uji beda rerata dengan metode independent sample t-test. Hasil penelitian pada kelompok obesitas diperoleh p-value = 0,982 dengan r = -0,003. Pada kelompok tidak obesitas didapatkan p-value = 0,924 dan r = -0,013. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar NO. Kadar nitrit oksid rerata pada responden obesitas adalah 28,37±17,45 μmol/L dan tidak obesitas adalah 23,91±11,55 μmol/L dengan p-value=0,084. Terdapat perbedaan rerata kadar NO kelompok obesitas dan tidak obesitas pada masyarakat etnik Minangkabau di Kota Padang namun tidak bermakna secara statistik. Diharapkan penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi kadar NO selain IMT.Kata kunci: indeks massa tubuh, kadar nitrit oksid, obesitas AbstractObesity is a complex health problem with multifactorial causes. Obesity is strongly related to risk increase of many complications such as hypertension. One of the mechanisms that links obesity and hypertension is endhotelial disfunction due to nitric oxide (NO) level decrease. Body Mass Index (BMI) measurement is one of the indicators to determine obesity. The objective of this study was to determine correlation between BMI and NO level in Minangkabau ethnic group. The research design was cross sectional study, the population was Minangkabau ethnic group in the age group of 30-65 years old from 4 selected districts in Padang. The total subjects were 130. The secondary data were analyzed by using Pearson correlation and mean difference test by using independent sample test method. The results obtained in obese groupare p-value=0.982 and r= -0.003. In non-obese group p-value = 0.924 and r = -0.013.Those findings suggest that there is no significant correlation between BMI and NO level. Mean NO level of obese group was 28.37±17.45 μmol/L and 23.91±11.55 μmol/L for non-obese group, p-value=0.084. It indicates that there is no significant correlation between obesity and NO level on Minangkabau ethnic group in Padang. It is suggested that other researchers conduct further research by considering other factors influencing NO level besides BMI.Keywords: body mass index, nitric oxide, obesity
Insidens Riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS. Dr. M. Djamil Padang Putri Yuriandini Yulsam; Fadil Oenzil; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.295

Abstract

AbstrakPenyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit non-infeksi yang menjadi sorotan dunia. Hal ini terkait dengan adanya perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan zaman. WHO pada tahun 2008 memperkirakan 17,3 juta jiwa meninggal akibat penyakit kardiovaskular, 7,3 juta jiwa diakibatkan oleh PJK dan 6,2 juta akibat strok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran insidens riwayat hipertensi dan diabetes melitus pada pasien PJK di RS. Dr. M. Djamil Padang. Ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang yang dilakukan di Bagian Rekam Medik RS. Dr. M. Djamil Padang yang berlangsung dari Februari 2012 sampai Maret 2013. Populasi penelitian sebanyak 184 rekam medik, tetapi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 124 sampel Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi pasien PJK berdasarkan usia yaitu kelompok usia 51-56 tahun sebesar 30,64% dan sebagian besar adalah laki-laki (75%). Prevalensi riwayat hipertensi pada pasien PJK didapatkan sebesar 46,77%, sedangkan riwayat diabetes melitus sebesar 10,48%.Kata kunci: penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus AbstractCoronary heart disease (CHD) is one of the non-infectious disease that become the world spotlight. It is associated with a change in lifestyle paralel to the era development. WHO in 2008 estimated that 17,3 million people died from cardiovascular disease, 7,3 million attributable to CHD, and 6,2 million died due to stroke. The objective of this study was to describe the incident history of hypertension and diabetes mellitus in patient with CHD in Dr. M. Djamil Hospital Padang. This was a descriptive study with cross sectional design which carried out in Medical Record of Dr. M. Djamil Hospital Padang from February 2012 until March 2013. The population in this study were 184 medical record, but the samples had the inclusion and exclusion criteria were 124 medical record. All data were processed and analysed by manually and then the data shown by frequency distribution table. The result showed the highest distribution of CHD patient based on age is in the age group of 51-56 years, and majority were male (75%). The prevalence of hipertension history in CHD patient is 46.77% while a history of diabetes mellitus is 10,48%.Keyword: coronary heart disease, hypertension, diabetes mellitus.
Co-Authors Akhmad Yogi Pramatirta, Akhmad Yogi Aldian Mulyanto Lokaria Amel Yanis Amirah Zatil Izzah Annesha Metly Aria Fransiska Arni Amir Asterina Asterina Azri Darma Darma, Azri Deddy Satriya Putra Dedi Sumantri Delmi Sulastri Denas Symond Desmawati Desmawati Desmiwarti Desmiwarti Detty Iryani Dian Pertiwi Didin Kustantiningtyastuti Dini Noviarti Dona Mirsa Putri Efrida Efrida Eka Agustia Rini Endrinaldi Eriyati Darwin Erlina Rustam Eryati Darwin Eti Yerizel Eva Chundrayetti Fadma Yuliani Fasli Jalal Feby Ramadhani Fido Arif Firman Arbi Gusti Revilla Gustina Lubis Gustina Lubis Hafni Bachtiar Hannie Qalbina Syaiful Harsa Rusda Havis Dharma Rafke Hidayati Hidayati Hidayati Hidayati Hidayati Hidayati Ibrahim Ibrahim Idson Kamal Iskandar Syarif Ismawati Ismawati Johanes C. Mose Julispen Syafruddin Muhi Laura Kosasi Lisbet Rimelfhi Sebataraja Medika Prasetya Meiyestri Dwi Riani Mia Puspita Miharti, Sari Ida Minarni Minarni Muhamad Febry Muhammad Ridwan Murniwati . Murniwati Murniwati Muthia Lathiva Nidia Purwadianti Nila Kasuma Novia Susanti Nur Indrawati Lipoeto Nur Indrawaty Liputo Nurul Fadila Pagdya Haninda Nusantri Rusdi Pipit Amelia Burhani Prima Nanda Fauziah Putri Auliya Putri Yuriandini Yulsam Reni Puspita Riani Hafiza Rudy Afriant Sari Ida Miharti Siti Lestari Syarif, Iskandar Tofrizal Trisna Resti Yanti Usna Maria Harahap Vaulinne Basyir Yanwirasti Yanwirasti Yanwirasti Yanwirasti Yelvi Novita Roza Yenita Yenita Yerizal Karani Yusri Dianne Jurnalis Yustini Alioes Zelly Dia Rofinda Zul Febrianti