Alvonce Poluan
Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Model Kepemimpinan yang Ideal Dalam Penataan Organisasi Gereja Simon Simon; Alvonce Poluan
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 2 (2021): Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.108 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i2.22

Abstract

AbstractThe basic idea of this article comes from factual events there are disputes between the leaders of the church organization and the members they lead. Disputes are caused by the leadership model run by the leader in organizing the organization that does not match the expectations (expectations) of the subordinates. The research method used in the writing of this article is a qualitative method with a literature approach and in-person interviews. The description of this paper, the church organization stands on the permission of God initiated by His servants. With the organization, the church provides a sketch of who is the leader and who is being led. The leadership model needed in the organization of the church by a leader is non-tribalism, open to input and criticism, not concerned with personal interests but not to self-indulgence in practical politics. The achievement of organization missions is on the shoulders of the leader, whether to mobilize all the resources possessed by the organization components of the church. AbstrakIde dasar dari artikel ini berangkat dari peristiwa faktual, adanya perselisihan antara pemimpin  organisasi gereja dengan anggota yang dipimpin. Perselisihan itu timbul ditenggarai oleh model kepemimpinan yang dijalankan oleh si pemimpin dalam penataan organisasi tidak sesuai dengan ekspektasi (harapan) oleh bawahan. Metode yang peniliti gunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan disertai wawancara secara langsung. Uraian dari tulisan ini, organisasi gereja berdiri atas seijin Tuhan yang diprakarsai oleh hamba-hamba-Nya. Dengan adanya organisasi gereja memberikan sketsa siapa yang menjadi pemimpin dan siapa yang dipimpin. Model kepemimpinan yang dibutuhkan dalam penataan organisasi gereja oleh seorang pemimpin adalah tidak sukuisme, terbuka kepada masukan dan kritikan, tidak mementingkan kepentingan pribadi maupun golongan serta tidak menceburkan diri pada politik praktis. Tercapainya sebuah visi-misi organisasi ada dalam pundak sang pemimpin, apakah ia bisa menggerakkan semua sumber daya yang dimiliki oleh kompomen organisasi gereja tersebut.
Participation of Religious Leaders in Helping the Success of the Government's COVID-19 Vaccination Program Simon Simon; Alfons Renaldo Tampenawas; Joko Santoso; Astrid Maryam Yvonny Nainupu; Semuel Ruddy Angkouw; Alvonce Poluan
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 5, No 2 (2021): July 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.906 KB) | DOI: 10.46445/ejti.v5i2.405

Abstract

Participation of Religious Leaders in Helping the Success of the Government's COVID-19 Vaccination Program. The basic idea of this paper departs from observations in the virtual and real world, where certain people or groups are found who disagree with the need to be vaccinated. If the country's people reject the mandatory mass vaccination, which the government is discussing, it will take a long time to restore normal activities. This paper uses a descriptive qualitative method with a literature study approach. The description in this paper found some people's rejection of vaccines because their views or perceptions about COVID-19 influenced it. The government's hope to immediately carry out mass vaccinations for all Indonesian people must be balanced with maximum efforts to make it happen. This substantial effort can be made by providing massive education in the media, conducting public campaigns, and providing guarantees to vaccine recipients. On the other hand, the success of this vaccination program does not only depend on the government; all elements of society are expected to contribute in this regard, especially religious leaders. The manifestation of the involvement of religious leaders is by educating the congregation through the pulpit about vaccines. In addition, religious leaders must also set an example by participating in vaccinations and actively countering hoax news. The dominance of factual information about vaccines dominates mass lines on social media. ABSTRAKKeikutsertaan Pemuka Agama Dalam Membantu Mensukseskan Program Vaksinasi COVID-19 Pemerintah. Ide dasar tulisan ini berangkat dari pengamatan di dunia maya dan nyata, yang mana ditemukan orang-orang atau kelompok tertentu yang tidak menyetujui keharusan untuk divaksin. Apabila masyarakat tanah air kecenderungan menolak wajib vaksinasi masal yang diwacanakan oleh pemerintah, tentu akan lama memulihkan aktivitas normal kembali. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur. Uraian pada tulisan ini ditemukan, penolakan sebagian orang terhadap vaksin karena dipengaruhi oleh  pandangan atau persepsi mereka mengenai COVID-19. Harapan pemerintah untuk segera melakukan vaksinasi masal ke seluruh masyarakat tanah air, harus diimbangi upaya yang maksimal dalam mewujudkannya. Upaya konkret itu dapat dilakukan dengan pemberian edukasi secara masif di media, melakukan kampanye publik dan adanya jaminan kepada penerima vaksin. Disisi lain suksesnya program vaksinasi ini tidak hanya bergantung kepada pemerintah, semua elemen masyarakat diharapkan kontribusinya dalam hal ini terutama para pemuka agama. Wujud dari keterlibatan pemuka agama adalah dengan mengedukasi jemaat melalui mimbar tentang vaksin. Selain itu, pemuka agama juga harus memberi contoh dengan ikut divaksin, serta aktif mengcounter berita hoax agar dominasi berita faktual tentang vaksin menguasai lini massa  di media sosial.
ANALISIS KRITIS TENTANG MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN MUSA BERDASARKAN KELUARAN 18:1:27 Alvonce Poluan; Tjutjun Setiawan; Steven Tommy Dalekes Umboh
Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 2 (2022): Pebruari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Hagiasmos Mission

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.016 KB)

Abstract

Management and leadership are very important themes in an organization both secular and spiritual, whose goal is to achieve the main target of the organization itself. This study tries to critically analyze Moses' management and leadership based on Exodus 18:1-27. This research uses a qualitative method with a literature study approach, and also through a study of the Bible verses in the eighteenth chapter of Exodus. Through this research, the authors hope that every organization has an understanding of how good management and effective leadership are, so that organizational goals can be achieved. The author concludes that Moses made a change in the pattern of leadership from a "one man show" to a tiered leadership where there was delegation of authority, duties and responsibilities by forming leadership units under him and placing the right people in the right positions with established qualifications. Keywords: management, leadership, Moses, Jethro ABSTRAK Manajemen dan kepemimpinan merupakan tema yang sangat penting dalam sebuah organisasi baik yang bersifat sekuler maupun yang rohani, yang tujuannya adalah membawa organisasi itu mencapai apa yang menjadi target utama dari organisasi itu sendiri. Penelitian ini mencoba menganalisis secara kritis tentang manajemen dan kepemimpinan yang dilakukan Musa berdasarkan Kitab Keluaran 18:1-27. Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, dan juga melalui kajian ayat-ayat Alkitab dalam Keluaran pasal delapan belas tersebut. Melalui penelitian ini penulis berharap setiap organisasi mempunyai pemahaman tentang bagaimana manajemen yang baik itu dan kepemimpinan yang efektif sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Penulis mengambil kesimpulan bahwa Musa melakukan perubahan pola kepemimpinan dari yang bersifat “one man show” menjadi kepemimpinan berjenjang di mana terjadi pendelegasian wewenang, tugas dan tanggung jawab dengan membentuk unit-unit kepemimpinan di bawahnya dan menempatkan orang-orang yang tepat pada posisi yang tepat dengan kualifikasi yang sudah ditetapkan. Kata Kunci: manajemen, kepemimpinan, Musa, Yitro