Dismo Katiandagho
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria pada Ibu Hamil di Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe Dismo Katiandagho; Amelia Donsu
HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 4 No 2 (2018): Kesehatan Lingkungan
Publisher : Public Health Department, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (726.548 KB)

Abstract

Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan baik bagi ibu dan janin yang dikandungnya, karena infeksi ini dapat meningkatkan kejadian morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin. Untuk menganalisis faktor risiko kejadian malaria pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Manganitu Kecamatan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Penelitian ini termasuk studi observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Variabel dependen yaitu kejadian malaria pada ibu hamil dan variabel independen yaitu penggunaan kelambu, breading place, keberadaan semak-semak, penggunaan kawat kassa, menggantung pakaian dan adanya riwayat malaria. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan uji Logistic Regression. Tidak menggunakan kelambu saat tidur pada malam hari berhubungan yang bermakna dengan kejadian malaria pada ibu hamil p = 0,000, PR = 12,667, Ditemukannya breading place nyamuk disekitar rumah berhubungan yang bermakna dengan kejadian malaria pada ibu hamil p = 0,004, PR = 9,429, Adanya keberadaan semak-semak disekitar rumah berhubungan yang bermakna dengan kejadian malaria pada ibu hamil p = 0,001, PR = 12,100, Tidak menggunakan kawat kassa pada ventilasi berhubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria pada ibu hamil p = 0,000,  PR = 23,333, Menggantung pakaian dalam rumah/kamar tidur berhubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria pada ibu hamil p = 0,013, PR = 6,080, Adanya riwayat malaria berhubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria pada ibu hamil p = 0,003, PR = 14,182, Adanya riwayat malaria merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian penyakit malaria pada ibu hamil, dengan nilai p = 0,004, PR= 8,097. Tidak menggunakan kelambu saat tidur pada malam hari, ditemukannya breading place nyamuk, adanya keberadaan semak-semak disekitar rumah, tidak menggunakan kawat kassa pada ventilasi, menggantung pakaian dalam rumah/kamar, adanya riwayat malaria merupakan faktor risiko kejadian malaria pada ibu hamil dan adanya riwayat malaria merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian penyakit malaria pada ibu hamil. Bagi petugas Puskesmas Manganitu perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan oleh petugas puskesmas tentang faktor risiko terhadap kejadian penyakit malaria pada masyarakat (menggunakan kelambu saat tidur, tidak menggantung pakaian dalam rumah, menggunakan kawat kasa pada ventilasi serta meningkatkan kegiatan pencegahan melaria serta faktor risiko yang lain) Kata Kunci : Faktor Risiko Kejadian Malaria, Malaria Pada Ibu Hamil
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA BANJIR DI KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Dismo Katiandagho
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2 No 1 (2012): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v2i1.541

Abstract

Flooding is the inundation event (overflow) of water in certain areas as a result of water overflowing river / lake/ sea causing losses both material and non-material to humans and the environment. Disaster surveillance purposes and Matra are: 1) To determine the causes and impacts of flooding, 2) To know the health problems arising from floods, 3) To know the efforts made prior to the flood of catastrophic flooding, 4) To know the efforts made at the time of occurrence of floods, 5) To know the current dilakukanpada efforts after the floods. Methods of Disaster and surveillance activities are conducted descriptive Matra where the author wants to describe how penanggunalan health crisis due to floods in the city of Semarang. Population in Disaster surveillance and Matra were all officers involved in the response to the health crisis Semarang City Health Office and the Provincial Health Office of Central Java. Results of the implementation of surveillance activities and Matra Disaster is the time of flood and post-flood health problems usually arise in various residential areas and public areas are exposed to inundation. Health problems that arise include the following diseases: a) Acute Respiratory Infections (ARI), b) Diarrhea, c) Skin Diseases, d) Gastritis, e) accidents (injuries, electrocution, drowning, etc.), f) leptospirosis, g) Conjunctivitis, h) venomous animal bites (eg snakes, scorpions), i) abdominal typus, etc.. Cases of the disease is often significantly improved, some of which may even be of extraordinary events (KLB) which is not uncommon with death.
PENGEMBANGAN SISTEM SURVEILANS PENYAKIT TB PARU DI PUSKESMAS GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Dismo Katiandagho
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3 No 1 (2013): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v3i1.563

Abstract

Kegiatan rangka pemberantasan penyakit Tuberkulosis paru langkah awal yang perlu dilakukan adalah pencarian dan penemuan penderita. Tujuan penemuan penderita untuk mengidentifikasi sumber penular dan selanjutnya menghilangkan sumber tersebut dengan cara memberikan pengobatan yang sesuai. Untuk menemukan penderita maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi tersangka penderita berdasarkan gejala-gejala klinis utama. Tujuan pelaksanaan sistem surveilans yaitu untuk mengetahui perlaksanaan system surveilans epidemiologi penyakit TB paru di Puskesmas Gunungpati Kota Semarang. Jenis pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara deskriptif, dimana penulis ingin menggambarkan pelaksanaan sistem surveilans penyakit Tb paru di Puskesmas Gunungpati Kota Semarang. Hasil pelakasaan kegiatan Surveilans Tb paru membantu untuk memonitor epidemic penyakit TB paru dan memonitor penderita secara analisa kohort yang digunakan untuk evaluasi hasil pengobatan. Tipe dari surveilans TB paru adalah mencatat semua kasus yang teregistrasi dan melaporkan setiap triwulan kasus yang tercatat dan evaluasi hasil pengobatan. Kesimpulan: 1) Meningkatkan dan memperluas pemanfaatan strategi untuk menghentikan penularan TB dengan cara meningkatkan akses terhadap diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif dengan akselerasi pelaksanaan DOTS untuk mencapai target global dalam pengendalian TB paru, dan meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas obat anti TB paru, 2) Menyusun strategi untuk menghadapi berbagai tantangan dengan cara mengadaptasi DOTS untuk mencegah, menangani TB dengan resistensi OAT (MDR-TB) dan menurunkan dampak TB/HIV; dan 3) Mempercepat upaya eliminasi TB dengan cara meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk berbagai alat diagnostik, obat dan vaksin baru; serta meningkatkan penerapan metode baru dan menjamin pemanfaatan, akses dan keterjangkaun.
EFEKTIFITAS CASCADE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR FE (BESI) DALAM AIR TANAH Ni Ketut Warniati; Tony K. Timpua; Dismo Katiandagho
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 5 No 1 (2015): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.352 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v5i1.588

Abstract

Parameter fisik air ditentukan oleh kekeruhan, warna, rasa, bau suhu dan ka dungan bahan padat total, dalam keadaan demikian maka proses aerasi diperlukan untuk membuang besi dalam air, proses pengolahan tergantung dari kualitas airnya misalnya proses penghilangan besi dengan tujuan diperoleh air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas cascade aerator dalam menurunkan kadar Fe dalam air tanah, sehingga bisa memenuhi persyaratan sebagi air bersih menurut Permenkes RI No.416/MEN/KES/PER/IX/1990 yang dipersyaratkan 1,0 mg/l. Jenis penelitian ini adalah Eksperimen dimana peneliti melakukan perlakuan terhadap kelompok sampel yaitu proses aerasi pada air baku menggunakan cascade aerator. Hasil penelitian yang dilakukan pada ketiga kali pengukuran untuk pengukuran hari pertama, kedua, ketiga masih belum memenuhi syarat seperti yang dipersyaratkan dalam baku mutu air bersih, namun telah terjadi penurunan kadar Fe pada pengukuran hari pertama penurunannya 1,0743 dengan rata-rata 0,1534 mg/l, hari kedua 1,3361 dengan rata-rata penurunan 1,1908 mg/l dan hari ketiga 0,6289 dengan rata-rata penurunan dengan rata-rata penurunan 0,0898 mg/l. Kesimpulan : Cascade Aerator efektif dalam menurunkan kadar Fe namum belum sampai pada standar yang dipersyaratkan, alat cascade aerator bisa dilakuakan atau diterapkan dilapangan khususnya pada daerah yang air tanahnya mengandung Fe yang melebihi standar air bersih,dan perlu dilakukan peneltian lebih lanjut dengan variasi media pasir dan jumlah cascade aerator.
KONDISI RUANG PENGOLAHAN DAN KETERSEDIAAN PERALATAN KERJA REKAM MEDIS TERHADAP KINERJA PETUGAS REKAM MEDIS DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH Darwel Darwel; Elsa Mardalinda; Dismo Katiandagho
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 5 No 1 (2015): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.154 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v5i1.597

Abstract

Penyelenggaraan rekam medis yang bermutu dan efektif ditunjang oleh adanya sarana yang memadai, diantaranya luas, suhu, pencahayaan ruangan, dan ketersediaan peralatan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa kondisi ruang pengolahan dan Ketersediaan Peralatan Kerja Rekam Medis Terhadap Kinerja Petugas Rekam Medis di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh pada bulan April sampai Mei 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh berkas pasien rawat inap pada bulan Februari 2015 yang berjumlah 704 berkas dengan sampel sebanyak 88 berkas, dan teknik pengambilan sampel adalah secara acak sistematis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur luas, suhu, pencahayaan ruang rekam medis, observasi terhadap berkas rekam medis dan data di analisa secara univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa luas ruang pengolahan 7,5 m x 10,5 m belum memenuhi standar, ruang penyimpanan dan 4,5 m x 10 m sudah memenuhi standar, suhu 27-29oC dan 28-30oC (tidak memenuhi standar), pencahayaan 51-61 lux dibawah standar (300 lux). Sebagian kecil (37,5%) masih adanya peralatan yang tidak tersedia di ruangan penyimpanan berkas rekam medis, kinerja petugas masih ada yang tidak baik sebesar 45,5%. Kepada pihak rumah sakit untuk dapat menyesuaikan luas ruangan rekam medis dengan jumlah petugas agar petugas dapat bekerja dengan leluasa, menambahkan pendingin ruangan agar suhu ruangan sesuai dengan suhu ideal 24-26oC dan menambahkan lampu di setiap ruangan sehingga memenuhi standar pencahayaan 300 lux.
SANITASI PEMBUANGAN AIR LIMBAH PADA INDUSTRI TAHU DI KECAMATAN TOMBATU TIMUR KAB. MINAHASA TENGGARA Imas N. Ahy; Robinson Pianaung; Dismo Katiandagho
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 7 No 2 (2017): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.899 KB) | DOI: 10.47718/jkl.v7i2.624

Abstract

Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui sanitasi pembuangan air limbah industri tahu di Kecamatan Tombatu Timur Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua industri tahu yang terdapat di Kecamatan Tombatu Timur yang berjumlah 3 buah, sampel adalah total populasi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 industri tahu 100% tidak memenuhi syarat, karena Sanitasi pembuangan air limbah pada proses pengolahan bahan baku, pada saat proses produksi tahu, pada saat pasca produksi tahu, dan Sanitasi pembuangan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan. Hal ini terlihat dari hasil penilaian yang menunjukan total skor penilaian yang masih kurang dari 70%. Secara rinci skor hasil penilaian terhadap ketiga industri tahu adalah Industri Tahu “S” di Desa Molompar 1 skor hasil penilaian 45,5%, Industri Tahu “J” di Desa Molompar 2 skor hasil penilaian sebesar 49,5% dan Industri Tahu “R” di Desa Molompar 2 Utara skor hasil penilaian sebesar. Saran untuk industri tahu disarankan agar dapat melakukan pengolahan air limbah sederhana sebelum air limbah dibuang ke lingkungan terutama air limbah yang dihasilkan pada proses penggumpalan, pencetakan dan pengepresan.
ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGANITU KABUPATEN KEPL. SANGIHE (Studi Di Desa Taloarane I) Poltje D. Rumajar; Dismo Katiandagho; Daniel Robert
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 9 No 1 (2019): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : POLTEKKES KEMENKES MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jkl.v9i1.638

Abstract

Hasil survey pendahuluan di Puskesmas Manganitu, terdapat 18 desa dan semua desa melaksanakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Pada tahun 2017 dari 18 desa, baru 2 desa yang telah mendeklarasikan program STBM dengan 5 pilar, yaitu desa Hiung dan Talaorane I. Untuk pemiciuan STBM sudah dilaksanakan oleh 16 desa yang lain tetapi belum melaksanakan deklarasi. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis tingkat keberhasilan pelaksanaan Program STBM di Wilayah Kerja Puskesmas Manganitu. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Poulasi adalah Semua desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Manganitu sebanyak 18 desa, dan yang menjadi sampel yaitu masyarakat yang sudah melaksanakan pemicuan dan sudah melaksanakan deklarasi Stop BABS yaitu masyarakat yang ada di Taloarane I Kecamatan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Hasil penelitian yaitu Tingkat kepuasan terhadap program STBM Pilar I yaitu 80% responden merasa puas dan 20% responden tidak merasa puas. Keberhasilan Program STBM Pilar I yaitu 93,3% program STBM berhasil dan hanya 6,7% program STBM tidak berhasil. Kesimpulan : Tingkat kepuasan terhadap program STBM Pilar I yaitu 80% responden merasa puas dan 20% responden tidak merasa puas. Keberhasilan Program STBM Pilar I yaitu 93,3% program STBM berhasil dan hanya 6,7% program STBM tidak berhasil. Saran : Bagi Puskesmas Manganitu agar selalu melakukan evaluasi bagi masyarakat yang masih membuang tinja di sungai, dan selalu memberikan penyuluhan tentang bahaya serta dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan jika membuang tinja di sungai dan bagi Pemerintah Desa Taloarane I Kecamatan Manganitu agar memberikan pendampingan, teguran dan sanksi bagi masyarakat yang selalu membuang tinja disungai.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare pada Balita Dismo Katiandagho; Anselmus Kabuhung; Agnes T. Watung; Rismon S.Duka; Mokoginta Jusran; Agus Rokot; Sabrina P. M. Pinontoa
Jurnal Sehat Mandiri Vol 17 No 2 (2022): Jurnal Sehat Mandiri, Volume 17, No.2 Desember 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33761/jsm.v17i2.821

Abstract

Risk factors that increase the incidence of diarrhea are malnutrition, low birth weight, not getting adequate breast milk, crowded living quarters, incomplete immunization. The purpose of this study was to analyze the effect of clean and healthy living behavior in household settings on the incidence of diarrhea in toddlers. This type of research is an analytic observational study with a cross sectional. The sample size in this study were 38 people and 19 samples of dug well water. Research data were analyzed using the chi square. The results of the study proved that there was an influence between the unavailability of family latrines, p = 0.004, PR = 11, 000 there was an influence between the unavailability of clean water facilities, p = 0.035, PR = 6.111, there was an influence between the distance of latrines and SAB that did not meet requirements, value, p = 0.004, PR = 11.000 and there is an influence between the bacteriological quality of clean water that does not meet the requirements and the incidence of diarrhea in toddlers, p = 0.009. Suggestion, for officers of the Minahasa District Health Office and the Papakelan Health Center, to conduct outreach to the community about the importance of providing environmental health facilities in an effort to improve clean and healthy living behavior in household settings to reduce the incidence of diarrhea in toddlers.