Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN BERAT BONGGOL NANAS PADA PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Ishak Ishak; Amri Aji; Israwati Israwati
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 8, No 1 (2019): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2019
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v8i1.1917

Abstract

Kelapa adalah tanaman tropis dan dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan dan minyak kelapa salah satunya adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kelapa dapat diolah menjadi VCO dengan cara fermentasi dengan menggunakan bonggol nanas dan tanpa menggunakan bonggol nanas. Bonggol nanas dapat  mempercepat proses terbentuknya minyak dari santan kelapa karena menjadi nutrient bagi mikroba bromilin untuk memperbanyak diri sehingga santan kelapa  sebagai substrat berubah menjadi produk minyak. Waktu fermentasi dan berat bonggol nanas menjadi variabel pengujian terhadap banyaknya santan kelapa yang digunakan sangat mempengaruhi rendemen minyak dan kualitas VCO yang di hasilkan. Vaiabel waktu yang diuji selama 24, 30, 36, 42, 48, dan 54 jam. Untuk perlakuan penelitian ini juga divariasikan berat bonggol nanas 30, 35, 40, dan 45 gram. Rendeman VCO terbanyak didapat pada 40 gram bonggol nanas dan  waktu fermentasi 36 jam yaitu, 28,8% dengan kandungan asam lemak bebas (ALB) terbaik dihasikan pada proses pembuatan VCO tanpa bonggol nanas yaitu 0,04% dengan waktu fermentasi 24 jam. Kadar air terbaik dihasilkan pada proses pembuatan VCO tanpa bonggol nanas yaitu 0,01% dengan waktu fermentasi 24 jam. Densitas terbaik dihasilkan pada proses pembuatan VCO tanpa menggunakan bonggol nanas yaitu 0,915 gr/ml dengan waktu fermentasi 48 dan 54 jam. Rendemen VCO terbaik dihasilkan pada proses pembuatan VCO menggunakan 40 gram bonggol nanas yaitu dengan waktu 36 jam.
PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN BERAT BONGGOL NANAS PADA PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Ishak Ishak; Amri Aji; Israwati Israwati
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2016
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v5i1.80

Abstract

Kelapa adalah tanaman tropis dan dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan dan minyak kelapa salah satunya adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kelapa dapat diolah menjadi VCO dengan cara fermentasi dengan menggunakan bonggol nanas dan tanpa menggunakan bonggol nanas. Bonggol nanas dapat  mempercepat proses terbentuknya minyak dari santan kelapa karena menjadi nutrient bagi mikroba bromilin untuk memperbanyak diri sehingga santan kelapa  sebagai substrat berubah menjadi produk minyak. Waktu fermentasi dan berat bonggol nanas menjadi variabel pengujian terhadap banyaknya santan kelapa yang digunakan sangat mempengaruhi rendemen minyak dan kualitas VCO yang di hasilkan. Vaiabel waktu yang diuji selama 24, 30, 36, 42, 48, dan 54 jam. Untuk perlakuan penelitian ini juga divariasikan berat bonggol nanas 30, 35, 40, dan 45 gram. Rendeman VCO terbanyak didapat pada 40 gram bonggol nanas dan  waktu fermentasi 36 jam yaitu, 28,8% dengan kandungan asam lemak bebas (ALB) terbaik dihasikan pada proses pembuatan VCO tanpa bonggol nanas yaitu 0,04% dengan waktu fermentasi 24 jam. Kadar air terbaik dihasilkan pada proses pembuatan VCO tanpa bonggol nanas yaitu 0,01% dengan waktu fermentasi 24 jam. Densitas terbaik dihasilkan pada proses pembuatan VCO tanpa menggunakan bonggol nanas yaitu 0,915 gr/ml dengan waktu fermentasi 48 dan 54 jam. Rendemen VCO terbaik dihasilkan pada proses pembuatan VCO menggunakan 40 gram bonggol nanas yaitu dengan waktu 36 jam.
PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI HCl UNTUK PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) Amri Aji; Syamsul Bahri; Tantalia Tantalia
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 6, No 1 (2017): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2017
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v6i1.467

Abstract

Pektin adalah senyawa polimer yang dapat mengikat air, membentuk gel atau mengental cairan. Sifat inilah yang dapat dimanfaatkan sehingga selain untuk jelly, pektin juga dipakai dalam industri daging dan produk pangan lainnya yang membutuhkan pengikat air. Pektin dapat dihasilkan dari bahan yang banyak mengandung pektin seperti kulit jeruk bali. Kulit jeruk bali terdapat senyawa alkaloid, likopen, Vitamin C, serta yang paling dominan adalah pektin. Pektin dalam kulit jeruk bali dalam dimanfaatkan dengan ekstraksi menggunakan pelarut. Kulit jeruk bali diblender sampai halus dan ditimbang sebanyak 100gram , HCl sebanyak 300 ml dengan konsentrasi 0,1N dimasukan ke dalam labu Takar 500 ml kemudian diekstraksi selama 70 menit pada suhu 80C serta direndam selama 12 menggunakan etanol 96%. Kemudian disaring dan filtarnya diambil untuk dianalisis % yield, kadar air, akadar abu, asam galakturanat dan mektoksil dari bahan baku kulit jeruk bali. Selanjutnya diteruskan untuk waktu 80, 90, 100, dan 110 menit, kosentrasi HCl 0,15 N, 0,20 N, 0,25 N, dan 0,30 N dengan suhu tetap 80oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa % yield Pektin dari kulit jeruk bali meningkat dengan meningkatnya waktu ektraksi sampai waktu 90 menit setelah waktu tersebut %yield pektik mulai menurun. Kadar Air menurun dengan meningkatnya waktu etraksi dan konsentrasi pelarut. Sedangkan kadar asam galakturonat dan metoksil meningkat dengan meningkat waktu ektrasi dan konsentarai pelarut Persen yield pektin tertinggi didapat pada waktu etraksi 90 menit dengan konsentrasi pelarut etanol 0,25 N % Yield 49,76 % sedangkan % yield terendah 30,27% pada konsentrasi pelarut 0,1 N. Asam galakturonat tertinggi didapat pada waktu 110 menit sebesar 65,961 % dengan kosentrasi pelarut 0,25 N sedangkan terendah pada waktu ektraksi 70 menit dengan persen asam galakturonat 4,268 %. Kadar metoksil terendah 0,434 % dan tertinggi 5,5% dengan konsentrasi pelarut 0,1N dan 0,30 N dan waktu 70 menit dan 110 menit.
PEMBUATAN PESTISIDA DARI DAUN KERINYU DENGAN MENGUNAKAN SABUN COLEK DAN MINYAK TANAH SEBAGAI BAHAN PENCAMPUR (ACTIVE INGREDIENTS) Amri Aji; Syamsul Bahri; Sinta Raihan
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 5, No 2 (2016): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2016
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v5i2.85

Abstract

Kerinyu (Chromolaena Adorata) adalah gulma semak berkayu yang  berkembang cepat sehingga cukup mudah didapatkan untuk dijadikan bahan pembuatan pestisida nabati. Daun kerinyu dapat digunakan untuk pembuatan pestisida nabati karena mengandung senyawa bahan aktif Pyrrolizine Alkaloids sehingga efektif untuk pengendalian ulat dan hama pengisap di tanaman holtukultura. Untuk mendapatkan pestisida nabati dari daun kerinyu pertama daun kerinyu ditimbang sebanyak 150 gram kemudian diblender sampai halus. Serbuk daun kerinyu kemudian dimasukan kedalam wadah berukuran 2 liter air, selanjut ditambahkan 2 gram sabun colek dan 25 ml minyak tanah. Setelah serbuk terendam selama 2 jam, disaring dan fitratnya di uji pada belalang dan jangkrik dengan parameter uji LD50 , kontak langsung dengan pestisida, dan  melalui pakan yang mengandung residu pestisida nabati daun kerinyu. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan waktu perendaman 3,4, dan 5 jam dengan berat daun kerinyu 150 gram. Setelah 150 gram dilakukan penelitian 200, 250, dan 300 gram berat daun kerinyu dengan waktu perendaman tetap dan parameter uji tetap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu perendaman dan berat daun kerinyu sangat berpengaruh tercapainya katagori daya bunuh 50% (LD50 ), parameter kontak langsung, dan parameter konsentrasi residu pestisida dalam pakan terhadap hewan uji dengan pestisida dari jumlah hewan uji yang digunakan. Pada waktu perendaman tertinggi 5 jam jumlah belalang yang mati seluruhnya tercapai LD50 yaitu 5 ekor  dari jumlah hewan 10 ekor  untuk semua variasi berat daun kerinyu pada pengujian residu pada daun. Sedangkan jangkrik hanya 2 parameter yang tercapai.
Pemanfaatan Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L) sebagai Antioksidan pada Sabun Mandi Padat Jalaluddin Jalaluddin; Amri Aji; Sari Nuriani
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 7, No 1 (2018): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2018
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/jtku.v7i1.1170

Abstract

Sabun  merupakan  senyawa  natrium  atau  kalium  dengan  asam  lemak  dari minyak nabati atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Penelitian ini  untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak sereh pada sabun mandi padat,  pengaruh kecepatan putaran pada pembuatan sabun mandi padat,dan menganalisa karakteristik sabun terhadap kadar air, nilai pH, dan asam lemak bebas. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan 3 ml minyak sereh pada kecepatan putaran 500 rpm kadar air yang didapat yaitu sebesar 12,8 %, kadar asam lemak bebas sebesar 0,205%, dan nilai pH sebesar 9,87.Kata Kunci:sabun, saponifikasi, minyak sereh, karakteristik sabun
PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KEPITING Amri Aji; Meriatna Meriatna
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2012
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cangkang kepiting terkandung senyawa kimia kitin yang dapat dibuat menjadi produk kitosan dengan proses deasetilasi Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kondisi terbaik  untuk pembuatan Kitosan dari cangkang kepiting. Pada penelitian ini limbah canggkang kepiting dimanfaatkan untuk pembuatan kitosan dengan memvariasikan waktu pemanasan  1,5, 2, dan 2,5 jam dengan suhu 100°C dan konsentrasi NaOH 20, 30, dan 40% (%berat) dengan metode yang digunakan adalah ekstraksi padat cair. Kitosan terbaik tergantung pada derajat deasetilasinya. Kitosan yang dihasilkan dari proses ini dianalisis derajat deasetilasinya dengan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat   deasetilasik kitosan paling   tinggi adalah 78,84% yang didapat dari proses deasetilasi menggunakan konsentrasi NaOH 40% dengan waktu pemanasan 2,5 jam, rendemen kitosan tertinggi 64,94%, dan kadar air 8%.
ISOLASI NIKOTIN DARI PUNTUNG ROKOK SEBAGAI INSEKTIS Amri Aji; Leni Maulinda; Sayed Amin
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 4, No 1 (2015): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Mei 2015
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nikotin merupakan senyawa alkaloid utama dalam daun tembakau yang aktif sebagai insektisida, Nikotin diyakini dapat menjadi racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Limbah puntung rokok yang  jumlahnya sangat melimpah dan masih mengandung nikotin dibuang begitu saja, hal ini sangat berbahaya terhadap lingkungan. Pemisahan Nikotin dari Tembakau Limbah Puntung Rokok dilakukan dengan metode ekstraksi dan menggunakan cloroform sebagai pelarut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan Nikotin sebagai bahan baku untuk membuat insektisida nikotin sulfat dengan cara mereaksikannya dengan asam sulfat. Penelitian ini menggunakan sampel puntung rokok Gudang garam merah dan Puntung rokok Dji sam soe Magnum dengan variasi waktu ekstraksi adalah 8, 10, dan 12 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Nikotin dari jenis Puntung rokok Kretek ( Gudang garam Merah) lebih tinggi dari pada jenis puntung rokok Filter (Dji sam soe Magnum), yaitu 12,0247 %; 14,0487 %; dan 14,5255 % untuk Gudang garam merah, sedangkan Dji sam soe Magnum 9,1657 %; 13,4225 % ; dan 13,6543 %. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak jumlah Nikotin yang terekstrak.
PEMBUATAN PEWARNA MAKANAN DARI KULIT BUAH MANGGIS DENGAN PROSES EKSTRAKSI Amri aji; Meriatna Meriatna; Anita Sari Ferani
Jurnal Teknologi Kimia Unimal Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Teknologi Kimia Unimal - Nopember 2013
Publisher : LPPM Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Antosianin merupakan pigmen pada kulit buah manggis (Gacinia mangostana L.) yang menghasilkan warna merah hingga ungu. Penelitian ini bertujuan untuk mencari konsentrasi, volume terbaik etanol sebagai pelarut dan suhu ekstraksi untuk menghasilkan pewarna dengan intensitas yang baik yang digunakan sebagai zat pewarna makanan. Ekstrak kulit manggis dilakukan dengan berat kulit manggis 50 gram, volume etanol 150 ml dan 250 ml, pada konsentrasi etanol 30%, 45%, 70% dan 95% dan suhu ekstraksi 40oC, 50oC, 60oC, 70oC dan 80oC. Kemudian dilanjutkan dengan evaporasi yang bertujuan untuk memekatkan zat pewarna dengan cara menghilangkan kadar etanol dan kadar air. Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa zat pewarna dari kulit manggis yang terekstrak dipengaruhi oleh konsentrasi etanol, suhu dan volume etanol. Intensitas warna diamati dengan alat colourimeter yang menghasilkan intensitas warna terbaik adalah  6 pada konsentrasi etanol 95%,  volume etanol  250 ml, suhu ekstraksi 68oC, kandungan zat pengotor yaitu kadar abu sebanyak 1,05%, kadar air 1,83% dan pH 5,27.