Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

MAKNA KETERATURAN BERLALU LINTAS (Studi Budaya Berlalu Lintas Masyarakat Tanjungpinang Dalam Perspektif Sosiologi Hukum) Endri, Endri; Elsera, Marisa
Jurnal Selat Vol 4 No 1 (2016): JURNAL SELAT
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.55 KB)

Abstract

Regularity and order are part of the legal function, as well as in traffic. Based on Law No. 22 Year 2009 regarding Traffic and Road Transportation explained that the purpose of the implementation of traffic safety, safe, orderly and smooth and forming society to ethical and cultural traffic. Pattern formation of the ethics and culture of traffic according to the legislation, as well as cultural patterns existing in society is sometimes different, especially in the city of Tanjungpinang. Thus, the need of understanding the community as a subject of law designated by the rules so that regulations made effective. Tangjungpinang society has not fully interpret the regularity of traffic well, it is still high traffic accident. Ethical and cultural traffic Tanjungpinang people have not woken up in accordance with the expected legislation, and reverse traffic infrastructure is not sufficient to transform the ethics and culture of the people Tanjungpinang to comply with traffic laws. Keyword: Meaning Passes Cross, Culture Traffic, Traffic Rules Implementation, Community Tanjungpinang   Keteraturan dan ketertiban merupakan bagian dari fungsi hukum, begitu juga dalam berlalu lintas. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dijelaskan bahwa tujuan terlaksananya lalu lintas yang aman, selamat, tertib, dan lancar serta membentuk prilaku masyarakat agar beretika dan budaya berlalu lintas. Pola pembentukan etika dan budaya berlalu lintas menurut undang-undang, serta pola budaya yang sudah ada dalam masyarakat kadang berbeda, khususnya di Kota Tanjungpinang. Dengan demikian, perlu kesepahaman masyarakat sebagai subjek hukum yang dituju oleh aturan agar peraturan yang dibuat berjalan efektif. Masyarakat Tangjungpinang belum sepenuhnya memaknai keteraturan berlalu lintas dengan baik, hal tersebut masih tingginya kecelakaan lalu lintas. Etika dan budaya berlalu lintas masyarakat Tanjungpinang belum terbangun sesuai dengan yang diharapkan undang-undang, dan sebaliknya sarana dan prasarana lalu lintas belum memadai untuk merubah pola etika dan budaya masyarakat Kota Tanjungpinang agar sesuai dengan undang-undang lalu lintas. Kata kunci: Makna Berlalu Lintas, Budaya Lalu Lintas, Implementasi Aturan Lalu Lintas, Masyarakat Tanjungpinang
Pariwisata Dan Pelacuran Anak: Sebuah Input Bagi Pengambil Kebijakan Elsera, Marisa
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) Vol 4 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Administrasi Negara
Publisher : Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UMRAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tourism and prostitution like ants and sugar, as inseparable. Where there is a growing tourism destination, there helped grow prostitution. Prostitution is happening in the area of tourism destinations often do not grow with the unintended, but also grow naturally. These days, children and young women prostituted in Indonesia are increasingly being published. Young women trapped in prostitution is growing like mushrooms in the rainy season. Riau Islands Province (Riau) as one of the provinces which become the leading tourist destinations in Indonesia also inseparable from the phenomenon of prostitution. Causes of child prostitution in Riau diverse, ranging from geographic location Kepri near neighboring countries, Riau Islands as a tourist destination, economic pressure, entangled syndicates pimp, child prostitution orientation shifted into the temptation of fun and luxury. Pleasure (fun), meaning they are prostituting themselves not for economic reasons but rather to want to have fun. This occurs due to the interpretation of children and adolescents who deviate (from the morals and values of society Indonesia) towards virginity and illicit sexual relations. Then, some are prostituting themselves because of the temptation for luxury and life style.
Eksistensi Suku Laut (Suku Akit) di Dusun Bangsal Ujung, Desa Sungai Asam, Kabupaten Tanjungbalai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau Marisa Elsera; Glory Yolanda Yahya; Elfa Oprasmani; Casiavera Casiavera; Syakila Syakila
Jurnal Sosiologi Andalas Vol 7 No 2 (2021)
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jsa.7.2.81-93.2021

Abstract

Suku Akit (suku laut) who originally lived as a nomadic person lives in sampan. They have occupied houses on the land. Their houses were obtained through the government program Ministry of Social Affairs. This study described the existence of Suku Akit. They have not only settled/ relocated but also experienced changes in economies such as switching of traditional fishing tools to aquaculture, learning in schools, believing in religion, and having a figure who can bridge of the Suku Akit
Perjuangan Kelompok Minoritas: Studi Gerakan Waria Di Tanah Melayu Tanjungpinang Elsera, Marisa; Wahyuni, Sri
Jurnal Masyarakat Maritim Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Masyarakat Maritim
Publisher : Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan waria (Wanita-Pria) di tanah Melayu menuai pro dan kontra. Norma, nilai dan agama yang dianut oleh masyarakat Melayu Kota Tanjungpinang membuat keberadaan waria di kota ini terkategori pada perilaku menyimpang. Alhasil, perlakuan yang diterima oleh para waria di Kota Tanjungpinang cenderung diskriminatif. Berangkat dari hal itulah maka waria di Kota Tanjungpinang berkeinginan untuk memperjuangkan hak mereka yakni mendapatkan pengakuan dari masyarakat akan identitas mereka sebagai waria. Perjuangan itu diawali dengan membentuk komunitas waria yang dikenal dengan Forum Komunikasi Rumpun Waria Sehati (FKRWS) Kota Tanjungpinang. Untuk itu dibutuhkan suatu analisa akademis melalui landasan penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif dimana yang diteliti adalah gambaran kehidupan dan tindakan manusia dalam interaksi sosialnya. Untuk mendapatkan data-data deskriptif (memaparkan, menuliskan, melaporkan) berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati atau informasi yang dapat membantu mengetahui bagaimana perjuangan kelompok minoritas: studi gerakan waria di Tanjungpinang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa teridentifikasi bentuk-bentuk perjuangan waria agar diakui dalam masyarakat Tanjungpinang meskipun mereka dalam kelompok minoritas. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan bergabung dalam FKRWS Kota Tanjungpinang, bergabung dengan kegiatan sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS, membuka usaha yang dimodali oleh pemerintah Kota Tanjungpinang, mengikuti perlombaan dalam bidang olahraga seperti volli dan senam di Kota Batam, serta terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti mengikuti perayaan kemerdekaan Indonesia, menggalang bantuan untuk Rohingya dan menggalang kegiatan donor darah. Kegiatan yang dilakukan oleh waria FKRWS adalah bentuk dari perwujudan eksistensi mereka sebagai kelompok minoritas di tanah Melayu.
Strategi Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Tanjungbalai Karimun Imelda, Dinda; Elsera, Marisa
Jurnal Masyarakat Maritim Vol 2 No 1 (2018): Jurnal Masyarakat Maritim
Publisher : Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi adaptasi budaya para ekspatriat di Tanjungbalai Karimun. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi serta dokumentasi. Informan penelitian terdiri dari empat orang ekspatriat, yaitu ekspatriat yang berasal dari India dan Malaysia, kemudian dua orang karyawan lokal, dan dua orang masyarakat lokal. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa strategi yang dilakukan oleh ekspatriat adalah, pertama, belajar bahasa setempat; kedua, mempelajari dan mengikuti nilai dan norma yang berlaku; dan ketiga, berkomunkasi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan-perbedaan strategi adaptasi yang dilakukan oleh eskpatriat yang bekerja yang berasal dari India dan Malaysia, namun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu agar mereka bisa bertahan dan tinggal di Tanjungbalai Karimun, serta dapat di terima oleh masyarakat Tanjungbalai Karimun, sampai waktu yang ditetapkan oleh perusahaan.
Pengeseran Makna Kecantikan Dalam Budaya Melayu Situmorang, Tri Fena Febri; Wahyuni, Sri; Elsera, Marisa
Jurnal Masyarakat Maritim Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Masyarakat Maritim
Publisher : Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menjadi cantik merupakan dambaan setiap perempuan tanpa terkecuali. Makna cantik dalam suatu ruang lingkup masyarakat tentunya tidak terlepas dari konstruksi yang ada ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat Melayu memiliki ciri khas tersendiri dalam memaknai kecantikan, namun seiring dengan berkembangnya zaman, makna kecantikanpun seolah ikut berkembang. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan secara jelas mengenai penyebab terjadinya pergeseran dalam makna kecantikan bagi perempuan Melayu, yang kemudian dianalisis menggunakan teori Hegemoni dari Antonio Gramsci dalam bukunya Sejarah dan Budaya. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informan, dengan jumlah informan 8 orang, diantaranya 7 orang perempuan Melayu serta 1 orang Tokoh Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah dengan observasi, wawancara bertahap, serta dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, adapun penyebab terjadinya pergeseran makna kecantikan dalam Budaya Melayu, yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pertemanan, keinginan untuk mendapat pasangan, tuntutan pekerjaan, serta tidak memiliki rasa percaya diri
Suku Laut di Dusun Linau Batu Desa Tanjungkelit, Kabupaten Lingga Provinsi Kepri Marisa Elsera
Sosioglobal Vol 3, No 2 (2019): Sosioglobal : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.11 KB) | DOI: 10.24198/jsg.v3i2.21054

Abstract

ABSTRAKKehidupan Suku Laut di Dusun Linau Batu, Desa Tanjungkelit, Kabupaten Lingga yang awalnya hidup nomaden, pindah dari satu pulau ke pulau yang lain dengan menggunakan sampan yang sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggal mereka kini sudah menetap. Namun, kemiskinan dan keterisoliran masih menjadi pengalaman bagi masyarakat Suku Laut. Jika pada dahulunya mereka terisolir karena kultural, sejak dirumahkan mereka juga terisolir secara structural. Kemiskinan yang muncul diakibatkan dari rendahnya perhatian pemerintah, tidak tersentuhnya mereka dalam pembangunan dan stereotype masyarakat tempatan terhadap masyarakat Suku Laut membuat mereka semakin terbelakang.Kendati mereka saat ini sudah menetap, sudah tercatat secara administrasi, namun nyatanya masih teridentifikasi bentuk pengabaian kepada mereka. Salah satunya, dengan tidak diakuinya lagi mereka sebagai komunitas adat terpencil sehingga perhatian dan bantuan pemerintah daerah maupun pusat menjadi sangat minim, bahkan untuk beberapa aspek belum terjamah, seperti keahlian melaut menggunakan peralatan modern. Hingga puluhan tahun menetap di Dusun Linau, mereka sampai sekarang hanya menggunakan perahu dayung, pancing dan tombak sebagai alat tangkap. Padahal, mereka sangat terbuka untuk menerima inovasi baru. Dampaknya, kehidupan mereka tak pernah lepas dari hutang.Keyword: Suku Laut, Terisolir, Kemiskinan 
Penyuluhan Hukum tentang Tindak Pidana Korupsi kepada Badan Koordinator Organisasi Wanita Provinsi Kepulauan Riau Heni Widiyani; Ayu Efritadewi; Elfa Oprasmani; Marisa Elsera; Muhammad Jova Febrianto
To Maega : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4, No 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Andi Djemma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tomaega.v4i2.610

Abstract

AbstrakSaat ini banyak sekali terjadi kasus korupsi di pemerintahan maupun sektor swasta dilakukan oleh para lelaki yang sudah memiliki istri dan anak.Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan wanita khususnya anggota BKOW bisa menjadi pelopor dirumah tangga untuk membentuk keluarga anti korupsi baik kepada anak dan suami. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan 4 metode yakni: ceramah, dialog, bedah kasus, dan best practice. Hasil dari kegiatan ini, peserta menjadi antusias, yang terlihat dari banyaknya pertanyan yang diajukan serta terbentuknya komunikasi yang baik. Pengabdian ini perlu dilanjutkan kembali, di organisasi-organisasi wanita lainnya agar penyampaian ini  mencakup banyak wanita aktif di kepulauan Riau.Kata Kunci: Penyuluhan Hukum, Korupsi, Organisasi Wanita.AbstractNowadays there are many cases of corruption in the government and private sector carried out by men who already have wives and children. With this counseling, it is hoped that women, especially BKOW members, can be pioneers in the household to form an anti-corruption family for both children and husbands. This devotional activity is carried out with 4 methods namely: lectures, dialogue, case surgery, and best practice. As a result of this activity, participants became enthusiastic, which was evident from the many questions raised as well as the formation of good communication. This service needs to be resumed, in other women's organizations in order for this delivery to include many active women in Riau islands.Keywords: Legal Counseling, Corruption, Women's Organizations.
Pendidikan Multikultural dalam Keluarga Waria: Perjuangan dan Hak-Hak Minoritas Kaum Waria di Tanjungpinang Marisa Elsera
Habitus : Jurnal Pendidikan, Sosiologi, dan Antropologi Vol 2, No 1 (2018): HABITUS:JURNAL PENDIDIKAN, SOSIOLOGI, DAN ANTROPOLOGI
Publisher : Program Studi Pendidikan Soiologi Antropologi, FKIP-UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/habitus.v2i1.20194

Abstract

Pendidikan berarti proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan melalui pengajaran, pelatihan, proses dan cara mendidik. Sementara multikultural diartikan sebagai keragaman kebudayaan, keanekaragaman nilai dan norma yang dianut masyarakat. Mengetengahkan konsep pendidikan multikultural berarti mengimplementasikan gagasan tentang keragaman kebudayaan dan aneka kesponan tersebut. Namun sebelum mempelajari multikultural, tentu harus dipahami tentang kultur, yakni sebuah budaya yang bersifat universal bagi manusia. Sehingga jelaslah bahwa masyarakat multikultural adalah masyarakat yang menganut sekumpulan simbol yang mengikat di dalam sebuah masyarakat untuk diterapkan seperti penjelasan Emile Durkheim dan Marcel Maus.Pendidikan multikultural perlu ditanamkan sejak dini, melalui sosialisasi primer dan sekunder seperti di sekolah. Misalnya dengan mempelajari simbol-simbol dan identitas yang beragam sebagai ciri masyarakat multikultural. Hal ini menjadi penting guna menghindari konflik sosial yang dewasa ini sering kali terjadi dalam bentuk kekerasan, konflik antaretnik hingga “legitimasi keagamaan” yang diajarkan dalam pendidikan agama di daerah yang rawan konflik tak terkecuali di daerah perbatasan. Konflik yang mengakar dan dikemas sebagai sebuah “keyakinan keagamaan” membuat konflik sosial yang biasanya berbentuk kekerasan dan anarkisme (termasuk bully dan kabar hoax) semakin sulit diatasi.Pendidikan multikultural menjadi sangat menarik ketika diteliti pada keluarga waria di Tanjungpinang. Penelitian ini berhasil menemukan bagaimana nilai dan norma yang beranekaragam dalam kebudayaan Indonesia ditanamkan dalam keluarga waria di Tanjungpinang sejak kecil. Tidak hanya pengajaran tentang menghargai keragaman budaya, tapi juga diajarkan tentang sosialisasi nilai kebhinekaan dalam keluarga. Sehingga realitas obyektif tentang pendidikan multicultural dapat terinternalisasi dengan cukup baik pada waria di Tanjungpinang, terbukti dengan kegiatan-kegiatan rutin bulanan dan insedentil yang dilakukan oleh waria. Keyword: Pendidikan, Kultur, Multikultural dan Etnik
Kecantikan Perempuan Etnis Cina di Kota Tanjung Pinang Marisa Elsera; Ester Febiola Intan Saputri; Sri Wahyuni; Siti Nurhaliza
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.16194

Abstract

Perempuan dan kecantikan merupakan dua hal yang saling berhubungan dan tidak dapat di pisahkan. Sejarah kecantikan terus mengalami perubahan dan perkembangan. Pengaruh konstruksi sosial dan budaya yang di tanamkan oleh masyarakat Etnis Cina itu sendiri mempengaruhi perempuan Etnis Cina untuk berlomba-lomba mempercantik diri supaya dapat di terima di kelompok sosialnya. Seiring berjalannya waktu, pemahaman dan standar kecantikan di kalangan masyarakat Etnis Cina pun ikut berkembang yang dahulu pemahaman mengenai kecantikan secara tradisional yang di dasari tradisi dan budaya sehingga menjadi lebih modern karena perubahan jaman dan pengaruh media iklan kecantikan sebagai referensi mengenai standar kecantikan yang ideal. Kecantikan dan penampilan fisik bukanlah milik pribadi perempuan sendiri, melainkan menjadi sorotan publik karena diatur sesuai dengan pandangan masyarakat dibangun. Metode penelitian yang digunakan yakni penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini untuk menunjukan bahwa perempuan Etnis Cina di Kota Tanjungpinang di bentuk sesuai penilaian orang lain dalam mengukur atau menilai pengalaman mereka tentang nilai-nilai kecantikan sebagai sumber nilai dan makna tubuh.