Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT STORAGE AND DISPOSAL OF MEDICINE AT HOME IN THE COMMUNITY OF BANJARBARU CITY, SOUTH KALIMANTAN Okta Muthia Sari; Khoerul Anwar; Indah Pebriani Putri
Cendekia Journal of Pharmacy Vol 5, No 2 (2021): Cendekia Journal of Pharmacy
Publisher : STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/cjp.v5i2.141

Abstract

In Indonesia, the percentage of household-scale drug storage is quite large. People keep drugs for self-medication. Drugs should not be stored carelessly because it will affect the stability of the drug. In addition, the improper disposal of drugs still occurs in the community. Improper disposal of drugs can harm the environment. It is important for the public to have the correct knowledge regarding drugs in order to avoid the adverse health effects of themselves and the environment. The purpose of this study was to describe the level of knowledge of the people of Banjarbaru City about the storage and disposal of drugs at home. This research is descriptive analytic cross sectional approach with sampling technique using quota sampling. The population of this research is the entire community of Banjarbaru City, South Kalimantan. The sample size used in this study based on the Lemeshow sample calculation formula was 247 respondents. The data was taken with a validated questionnaire. The data obtained were analyzed using percentages. A total of 247 respondents met the inclusion criteria. The results showed that the majority of them were 38-47 years old, had high school and college education and worked as housewives. The level of knowledge of the people of Banjarbaru City about storing medicines at home is 39.2% less knowledge, 44.5% sufficient knowledge and 16.1% good knowledge. The level of knowledge of the people of Banjarbaru City about disposing of drugs at home is 52.6% with poor knowledge, 40.5% sufficient knowledge and 6.8% good knowledge. The knowledge of the people of Banjarbaru City about storing drugs at home is included in the sufficient level (44.5%). While the knowledge of the people of Banjarbaru City about the disposal of drugs at home is included in the level of less (52.6%).
Profil Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Beberapa Tumbuhan Genus Artocarpus di Indonesia Ayu Ina Solichah; Khoerul Anwar; Abdul Rohman; Nanang Fakhrudin
Journal of Food and Pharmaceutical Sciences Vol 9, No 2 (2021): J.Food.Pharm.Sci
Publisher : Institute for Halal Industry and System (IHIS) Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jfps.2026

Abstract

Artocarpus merupakan tumbuhan genus utama keluarga Moraceae dengan jumlah spesies hampir 1.400. Beberapa spesies dari genus tersebut dapat dimanfaatkan sebagai makanan dan obat tradisional di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Jenis yang banyak tumbuh di Indonesia yaitu Artocarpus altilis (sukun), Artocarpus camansi (kluwih), Artocarpus heterophyllus (nangka), Artocarpus integer (cempedak), dan Artocarpus odoratissimus (tarap). Tumbuhan tersebut memiliki potensi sebagai bahan obat dan punya nilai gizi yang tinggi. Review ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan antar spesies, profil fitokimia, dan aktivitasnya sebagai antioksidan dari kelima tumbuhan tersebut. Narrative review ini ditulis berdasarkan penelusuran literatur yang berupa publikasi artikel penelitian yang ada di basis data Google Scholar, PubMed, dan Science Direct. Selain itu digunakan sumber pustaka lain berupa buku dan naskah tugas akhir untuk memperkaya isi artikel. Hasil kajian literatur terhadap 5 tumbuhan tersebut menunjukkan bahwa beberapa tumbuhan memiliki kemiripan morfologi daun walaupun secara fisik masih bisa dibedakan. Profil fitokimianya memiliki keunikan dengan kandungan utama berupa senyawa fenolik termasuk flavonoid, stilbenoid, arilbenzofuron, dan neolignan yang tersebar pada bagian daun, buah, bunga, dan kulit. Keunikan tersebut ditemui dengan adanya senyawa golongan flavonoid terprenilasi dan tergeranilasi. Senyawa fenolik tersebut mempunyai kemampuan sebagai antioksidan pada beberapa model uji dan potensial untuk dikembangakan sebagai antioksidan atau kandidat obat terutama untuk penyakit yang melibatkan mekanisme radikal bebas dalam mekanisme patofisiologinya.
Uji Aktivitas Infusa Akar Tawas Ut (Ampelocissus rubiginosa L.) Sebagai Hepatoprotektor Terhadap Mencit Putih Jantan Balb/C Yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4) Karunita Ika Astuti; Khoerul Anwar; Agung Biworo
Jurnal Pharmascience Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v3i2.5739

Abstract

Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat yang berkhasiat melindungi sel hati terhadap pengaruh zat toksik yang dapat merusak hati. Tumbuhan Tawas ut (Ampelocissus rubiginosa L.) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah sebagai hepatoprotektor. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan bukti, mengetahui dosis efektif, dan gambaran kerusakan hati mencit sebagai efek hepatoprotektor ekstrak infusa akar tawas ut pada mencit jantan Balb/C. Penelitian dilakukan dengan pemberian infusa akar tawas ut pada dosis 30%, 40%, dan 50% selama 7 hari pada mencit putih jantan yang kemudian diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Penelitian untuk melihat nilai SGPT dan SGOT pada serum darah serta histopatologi hati. Metode menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok dengan 5 kali pengulangan. Kontrol positif menggunakan Hepa-Q dan kontrol negatif menggunakan CCl4. Hasil paling efektif dari semua kelompok terdapat pada dosis 30% dengan nilai SGPT dan SGOT sebesar 97,80 ± 18,40 U/L dan 157,00 ± 16,914 U/L, sedangkan untuk kontrol negatif memiliki nilai 375,80 ± 96,693 U/L pada SGPT dan 435,60 ± 96,432 U/L pada SGOT. Gambaran kerusakan hati secara histopatologi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok positif dengan kelompok dosis 30% yang juga pada kelompok normal, sehingga menunjukkan adanya daya hepatoprotektor infusa tawas ut pada dosis 30%. Kata Kunci : infusa, akar tawas ut, Ampelocissus rubiginosa L., hepatoprotektor.
Uji Aktivitas Fraksi Petroleum Eter Daun Beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) Sebagai Larvasida terhadap Nyamuk Aedes aegypti Desyana Nufus Sholeha; Muhamat Muhamat; Khoerul Anwar
Jurnal Pharmascience Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v5i2.5790

Abstract

ABSTRAK Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan solusi dalam mencegah penyakit demam berdarah (DBD). Penggunaan insektisida sintetik berdampak negatif terhadap lingkungan hidup. Masyarakat Marabahan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan memanfaatkan beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) sebagai insektisida alami. Tujuan penelitian ini menjelaskan golongan senyawa yang ada pada fraksi petroleum eter daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), menghitung LC 50 dan LC (Lethal Concentration) serta membuktikan aktivitas larvasida pada fraksi petroleum eter daun beluntas (Pluchea indica (L.)Less.) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Proses fraksinasi dengan pelarut petroleum eter melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat kurang polar pada selubung sel dan dinding sel pada daun beluntas. Saponin dan tanin terdekteksi pada pengujian kualitatif kimia daun beluntas. Uji aktivitas larvasida dengan deretan konsentrasi 1500, 2000, dan 2500 ppm menggunakan larva Aedes aegypti instar III. LC50 fraksi petroleum eter daun beluntas sebesar 1907,83 ppm dan LC90 sebesar 2377,57 ppm. Fraksi petroleum eter daun beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) hanya dapat membunuh larva Aedes aegypti pada konsentrasi besar yang berarti tidak memiliki daya toksisitas sebagai larvasida. Kata kunci : Beluntas, Pluchea indica (L.) Less., petroleum eter, larvasida ABSTRACT Eradication of the mosquitoes Aedes aegypti is one of the solution to prevent dengue fever (DHF). The synthetic insecticides had a negative impact in the environment. Citizen of South Borneo, Barito Kuala, Marabahan applied beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) as a bioinsecticide. The aim of the research had to know the compounds in beluntas leaves petroleum ether fraction, calculate the LC50 and LC90 and authenticate the larvicidal activity of beluntas leaves petroleum ether fraction. The process of fractionation by petroleum ether dissolved the less polar compounds in the sheath cells and cell walls in leaves ofbeluntas. Saponins and tannins had detected in leaves at qualitative assay compounds. Larvicidal activity assay at III instar larvae of Aedes aegypti had gave the varians concentration 1500, 2000, and 2500 ppm. Beluntas leavespetroleum ether fraction had LC50 1907,83 ppm and LC90 2377,57 ppm. Petroleum ether fraction of leaves beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) againts the larvae of Aedes aegypti in a large concentration means no toxicity as larvicide. Keyword : Beluntas, Pluchea indica (L.) Less., petroleum ether, larvicidal
Daya Reduksi Ekstrak Etanol Biji Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, dan Aquilaria beccariana Terhadap Ion Ferri (Fe3+) dengan Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) Liling Triyasmono; Beny Rahmanto; Wawan Halwany; Fajar Lestari; Muhammad Ikhwan Rizki; Khoerul Anwar
Jurnal Pharmascience Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v4i1.5764

Abstract

ABSTRAK Daya reduksi merupakan salah satu indikator potensi aktivitas suatu senyawa sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daya reduksi ekstrak etanol biji Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, dan Aquilaria beccariana terhadap Ion Ferri (Fe3+). Serbuk kering biji A. microcarpa, A. malaccensis, dan A. beccariana dimaserasi menggunakan etanol 70%. Daya reduksi ditentukan dengan metode FRAP (ferric reducing antioxidant power) yang didasarkan atas kemampuan senyawa dalam mereduksi senyawa besi(III)-tripiridil-triazin menjadi besi(II)-tripiridil triazin pada pH 3,6. Absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 598 nm. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol biji A. microcarpa, A. malaccensis, dan A. beccariana mempunyai daya reduksi berturut-turut sebesar 6,39±1,58; 119,95±28,04; dan 62,12±6,57 µM ekivalen troloks/g ekstrak. Kata kunci: biji, Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, Aquilaria beccariana, FRAP ABSTRACT Reducing power is one indicator of potential antioxidant activity of a compound. This study aims to determine the reduction power of the ethanol extract of the seeds of Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, and Aquilaria beccariana against Ferric ion (Fe3+). Dry powder of A. microcarpa, A. malaccensis, and A. beccariana seeds was macerated using 70% ethanol. Reducing power determined using FRAP (ferric reducing antioxidant power) that is based on the ability of the compounds in reducing iron compounds (III) -tripiridil-triazine to iron (II) -tripiridil triazine at pH 3.6. The absorbance was measured using a UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 598 nm. The results showed ethanol extract of seeds of A. microcarpa, A. malaccensis, and A. beccariana have reducing power of 6.39 ± 1.58; 119.95 ± 28.04; and 62.12 ± 6.57 µM troloks equivalents / g extract respectively. Key words: seeds, Aquilaria microcarpa, Aquilaria malaccensis, Aquilaria beccariana, FRAP
Perbandingan Aktivitas Analgetik Infusa dan Ekstrak Etanol Umbi Akar Tawas Ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) Khoerul Anwar; Muhammad Riswandi; Nurlely Nurlely
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7349

Abstract

ABSTRAK Umbi akar tawas ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) secara empiris digunakan untuk mengurangi nyeri. Masyarakat menggunakannya dengan cara meminum air seduhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas analgetik dari infusa dan ekstrak etanol umbi akar A. Rubiginosa. Uji analgetik dilakukan menggunakan metode geliat (Writhing test) dengan pembanding parasetamol. Tiga puluh ekor mencit dibagi 6 kelompok masing-masing 5 ekor per kelompok. Kelompok I kontrol positif (parasetamol 65,25 mg/kgBB), kelompok II kontrol negatif (Na-CMC), kelompok III infusa A. rubiginosa 25 ml/kgBB, dan kelompok IV ekstrak etanol A. rubuginosa 500 mg/kgBB. Sesudah diberi perlakuan secara per oral sesuai kelompoknya, 30 menit kemudian diinduksi dengan asam asetat secara intraperitoneal. Jumlah geliat dihitung setiap 5 menit setelah pemberian larutan asam asetat 1% dengan selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan persen proteksi pemberian parasetamol 65,25 mg/kgBB, infusa A. rubiginosa 65,25 mg/kgBB dan ekstrak etanol A. rubiginosa 500 mg/kgBB secara berurutan adalah 76,04; 87,41 dan 63,77%. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa infusa umbi akar A. rubiginosa memiliki aktivitas analgetik yang kuat. Kata kunci: Ampelocissus rubiginosa Lauterb., analgetik, infusa, ekstrak etanol  ABSTRACT Tuberous root of tawas ut (Ampelocissus rubiginosa Lauterb.) empirically used to reduce pain. People use it by drinking boiled water of A. rubiginosa coarse powder. This study aims to determine the comparison of analgesic activity of infusion and ethanol extract of A. rubiginosa tuberous root. Analgesic test was performed using a stretching method (Writhing test) with paracetamol as comparison. Thirty mice were divided into 6 groups of 5 individuals per group. Group I was positive control (paracetamol 65.25 mg / kgBW), negative control group II (Na-CMC), group III A. rubiginosa infusion 25 ml / kgBW, and group IV ethanol extract A. rubiginosa 500 mg / kgBW. After being treated orally according to the group, 30 minutes later induced with acetate acid intraperitoneally. The amount of stretching was calculated every 5 minutes after giving 1% acetic acid solution for 1 hour. The results showed percent protection of paracetamol 65.25 mg / kgBB, A. rubiginosa infusion 65.25 mg / kgBB and ethanol extract A. rubiginosa 500 mg / kgBB was 76.04; 87.41 and 63.77% respectively. From the research it can be concluded that A. rubiginosa root tuber infusion has a strong analgesic activity. Keyword: Ampelocissus rubiginosa Lauterb., analgetic, infusa, ethanol extract
Penambatan Molekul Kandungan Eurycoma longifolia Jack. (Pasak bumi) terhadap Human Phosphodiesterase 5 Samsul Hadi; Khoerul Anwar; Amalia Khairunnisa; Noer Komari
Jurnal Pharmascience Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v7i2.8731

Abstract

Pasak bumi sebagai obat tradisional pria telah digunakan oleh masyarakat melayu, khususnya orang Sumatra dan kalimantan, akan tetapi mekanisme secara molekuler belum dikatahui dengan jelas. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui mekanisme pasak bumi sebagai obat tradisional yang bermanfaat mengatasi disfungsi ereksi adalah penambatan molekul. Penambatan melekul dilakukan dengan cara melihat interaksi ligand dengan reseptor. Ligand yang berasal dari pasak bumi adalah 5-methoxycanthin-6-one, 9-methoxycanthin-6-one, eurycomalactone, eurycomalide A, eurycomanone, eurycomaoside, laurycolactone A, longilactone, niloticin, picrasidine O. Sehingga kesepuluh ligand ini didocking menggunakan salah satu aplikasi docking yaitu PLANTS 1.1 untuk melihat ikatan dengan PDE5. Sebelum dilakukan docking terhadap ligand pasak bumi, terlebih dahulu dilakukan docking terhadap ligand Sildenafil untuk melhat nilai RMSD. RMSD ini diperlukan sebagai alat validasi metode, berdasarkan percobaan, nilai RMSD dari Sildenafil adalah 1,2517 A0. Hasil terbaik dari penambatan molekul pasak bumi adalah niloticin dengan skor doking -97,8802, sehingga nilai interaksinya terhadap reseptor sebesar 93,71% dari Sildenafil.Pasak bumi as traditional male medicine has been used by Malay people, especially Sumatra and Borneo people, but the molecular mechanism is not yet known clearly. One approach that can be used to determine the mechanism of the Pasak Bumi as a traditional medicine that is useful to overcome erectile dysfunction is docking molecules. Molecular docking is done by looking at the interaction of ligands with receptors. Ligands originating from the Pasak Bumi are 5-methoxycanthin-6-one, 9-methoxycanthin-6-one, eurycomalactone, eurycomalide A, eurycomanone, eurycomaoside, laurycolactone A, longilactone, niloticin, picrasidine O. docking application namely PLANTS 1.1 to see the bond with PDE5. Before docking Pasak Bumi ligand, it is first docking Sildenafil ligand to see the RMSD value. The RMSD is needed as a method validation method, based on experiments, the RMSD value of Sildenafil is 1.2517 A0. The best results from docking of the Pasak bumi molecule is niloticin with a doctor score of -97.8802, so interaction skor to the receptor is 93.71% of Sildenafil.Keywords: Pasak Bumi, PDE5, PLANTS
Perbandingan Efek Ekstrak Etanol, Fraksi N-Butanol, dan Fraksi Petroleum Eter Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Yang Diinduksi Aloksan Khoerul Anwar; Ria Eka Putri Hariadi; Nadia Kamalia; Heri Budi Santoso; Ade Putri Leluni Ngindra
Jurnal Pharmascience Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v3i2.5742

Abstract

Secara empiris daun kembang bulan digunakan oleh masyarakat daerah Loksado, Kalimantan Selatan untuk pengobatan diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas ekstrak etanol, fraksi n-butanol, dan fraksi petroleum eter daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan diabetes dengan penginduksi aloksan. Serbuk kering daun kembang bulan diekstraksi menggunakan etanol dengan metode maserasi, kemudian ekstrak etanol difraksinasi menggunakan n-butanol dan petroleum eter. Ekstrak etanol, fraksi n-butanol dan fraksi petroleum eter yang didapat diuapkan sampai menjadi ekstrak kering dan akan digunakan sebagai sampel uji. Dua puluh lima ekor mencit diinduksi dengan aloksan dosis 150 mg/kgBB secara intraperitonial pada hari ke-2 dan ke-4. Mencit hiperglikemik dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu K1, K2, K3, K4, dan K5. Sampel uji diberikan selama 7 hari berturut-turut setelah induksi aloksan pada hari ke-4. Kelompok K1 sebagai kontrol negatif diberi Na-CMC 0,5%. Kelompok K2 kontrol positif diberi glibenklamid 0,6525 mg/kgBB. Kelompok K3, K4, dan K5 berturut-turut diberikan ekstrak etanol, fraksi n-butanol dan fraksi petroleum eter daun kembang bulan dengan dosis 100 mg/kgBB. Kadar glukosa darah puasa diukur dengan menggunakan GlucoDr® sebelum hewan uji diinduksi aloksan (hari ke-0), hari ke-2, 4, 8, dan 11. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-butanol dan fraksi petroleum eter daun kembang bulan mampu menurunkan kadar glukosa darah yang berbeda bermakna dibandingkan kontrol negatif (p
Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan Yang Diinduksi Karagenin-Λ Muhammad Zaini; Agung Biworo; Khoerul Anwar
Jurnal Pharmascience Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v3i2.5747

Abstract

Herba lampasau secara empiris digunakan oleh masyarakat Kalimantan Tengah sebagai obat antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol herba lampasau yang diujikan dan mengetahui dosis yang dapat menunjukkan potensi sebagai antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan dengan 25 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Kelompok I diberikan suspensi Voltaren® (natrium diklofenak) 6,525 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Kelompok II diberikan suspensi CMC-Na 0,5 % dosis 25 mL/kgBB sebagai kontrol negatif. Kelompok III, IV, dan V diberikan ekstrak etanol herba lampasau dosis 125, 250, dan 500 mg/kgBB. Perlakuan terhadap mencit diberikan secara peroral, kemudian setelah 1 jam diberikan perlakuan penyuntikan kaki kiri mencit secara subplantar dengan karagenin-λ 1 % (b/v) sebanyak 0,1 mL. Data yang dievaluasi berupa perubahan volume udem kaki mencit yang kemudian dihitung persen radang (% R) dan persen inhibisi radang (% IR) selama 360 menit pengamatan. Hasil statistik dengan tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan persen radang (% R) tiap kelompok perlakuan tidak homogen dan tidak normal (p
Karakteristik Fisika Sediaan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.) dengan Variasi Carboxymethyl Cellulose Sodium (CMC-Na) Mia Fitriana; Wawan Halwany; Khoerul Anwar; Liling Triyasmono; Beny Rahmanto; Susy Andriani; Nur Ainah
Jurnal Pharmascience Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v7i1.8087

Abstract

ABSTRAK Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.) merupakan salah satu hasil hutan yang memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak etanol daun A. microcarpa terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong sangat aktif. Ekstrak etanol daun A. microcarpa kemudian dibuat menjadi sediaan suspensi dengan variasi CMC-Na sebagai agen pengsuspensi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap karakteristik fisik suspensi ekstrak etanol daun A.microcarpa. Suspensi dibuat dengan variasi CMC-Na pada F1 (0,5% CMC-Na), F2 (1% CMC-Na) dan F3 (1,5% CMC-Na). Evaluasi sediaan suspensi meliputi organoleptis, uji viskositas, uji pH, uji homogenitas serta uji berat jenis suspensi. Nilai evaluasi suspensi dianalisis secara statistik dengan software SPSS 21. Hasil evaluasi fisik menunjukkan bahwa penambahan  konsentrasi CMC-Na akan meningkatkan nilai viskositas dan berat jenis sediaan. Kesimpulan dari pengujian ini adalah variasi konsentrasi CMC-Na mempengaruhi hasil viskositas, serta berat jenis suspensi (p<0,05) dan tidak mempengaruhi hasil organoleptis, homogenitas dan pH suspensi.  Kata kunci: Gaharu, suspensi, CMC-Na  ABSTRACT Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.) is one of the Borneo’s forest products that has antioxidant activity. Ethanol extract of A. microcarpa folium has been shown to have antioxidant activity that is classified as very active. The ethanol extract of A. microcarpa folium was then made into a suspension preparation with variations of sodium CMC as a suspending agent. This study aimed to determine the effect of sodium CMC concentration on the physical characteristics of the ethanol extract of A.microcarpa folium. Suspension was made with variations of sodium CMC in F1 (0.5% sodium CMC), F2 (1% sodium CMC) and F3 (1.5% sodium CMC). Evaluation of suspension preparations included organoleptic, viscosity test, pH test, homogeneity test and suspension specific gravity test. The suspension evaluation data were analyzed statistically with SPSS 21 Software.  The physical evaluation results showed that the addition of sodium CMC concentration would increase the viscosity and specific gravity of the preparation. The conclusion of this test was that variations in the concentration of sodium CMC affected the results of viscosity and suspension specific gravity (p <0.05) and did not affect the organoleptic yield, homogeneity and pH of the suspension. Keywords: Gaharu, suspension,