Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Perang Salib dalam Bingkai Sejarah Syamzan Syukur
Al-Ulum Vol. 11 No. 1 (2011): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.931 KB)

Abstract

Crusade represents the war that happened between Muslims and Cristians in the past. This fight is called Crusade, which is by Cristian people referred as holy war, because the expedition of Christian military hence the Cross sign as unifier attribute and as holy war symbol in attacking to Islamic world. According to writer analysis, the magnifier of Cristian people is understood thouroghly as religious emotion of the Cristian people. With the the Cross sign symbol, they would easily inspired the religious emotion of Cristian people. Provenly, in three period of attacks, some Cristians took a great participation in the the war. In a period of that war, winning and fail was coming exchangeably between the legion of Islam and Cristian people.
Pergulatan dalam Memperjuangkan Dasar Negara syamzan syukur; Mastanning Mastanning
Al-Hikmah Journal for Religious Studies Vol 22 No 2 (2020): December
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas mengenai perdebatan di seputar ideologi dasar negera yang mula-mula menjadi fokus perhatian menjelang kemerdekaan Indonesia sampai hasil akhir pergularan dasar Negara tersebut. Sidang BPUPKI mengalami perdebatan hangat saat dasar negara disentuh, iklim politik. dua kubu Islam dan nasionalis (atau kadang disebut Nasionalis Islam dan Nasionalis Sekuler) mengkristal menjadi kekuatan yang saling berhadapan. Dibentuklah “Piagam Jakarta”, yang pada dasarnya merupakan penerimaan Pancasila sebagai dasar negara dengan sila pertama “Ketuhanan, dengan    kewajiban    menjalankan    syari’at    Islam    bagi    pemeluk- pemeluknya. Akan tetapi, seorang pejabat angkatan laut Jepang datang ke Hatta dan melaporkan bahwa orang-orang Krisiten (yang sebagian besarnya berdomisili di wilayah timur Nusantara) tidak akan bergabung dengan  Republik Indonesia kecuali jika  beberapa  unsur  dari  Piagam  Jakarta  (yakni dengan  kewajiban  menjalankan syari’at   Islam   bagi   pemeluk-pemeluknya,   Islam   sebagai   agama   negara dan pernyataan bahwa presiden harus seorang Muslim) dihapuskan. Pandangan mereka kerangka konstitusi nasional semacam itu akan mengundang diambilnya langkah- langkah yang diskriminatif. Muhammad Hatta menyarankan (beberapa sumber menyebut   “mendesak”)   kelompok   Islam   agar   dibuat   penyesuaian-penyesuaian tertentu atas Piagam Jakarta dan batang tubuh UUD 1945 untuk menjamin keutuhan dan kesatuan negara nasional Indonesia yang baru saja diproklamirkan. Hasil pertemuan tersebut menhasilkan perubahan sila “Ketuhana Yang Maha Esa”.
KONDISI DANA MBOJO (BIMA) PRA ISLAM DALAM TINJAUAN HISTORIS Saidin Hamzah; Ahmad M. Sewang; Syamzan Syukur
Jurnal Diskursus Islam Vol 5 No 1 (2017): April
Publisher : Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v5i1.7294

Abstract

Tulisan mengurai kondisi dana Mbojo (bima) pra Islam dalam tinjauan historis. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan historis, antropologi dan sosiologi. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian juga menggunaka studi kepustakaan (library research) melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari BO’ Sangaji Kai, dokumen dan peninggalan lain yang otentik, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel, skripsi dan tesis. Adapun data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis secara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah Bima telah mengalami berbagai macam bentuk pemerintahan sebelum kehadiran Islam yang diantaranya adalah masa Naka, masa Ncuhi dan masa kerajaan. Pada kurun waktu yang begitu lama masyarakat diselimuti oleh kepercayaan Makakamba, Makakimbi dan agama Hindu. Pada masa Naka taraf kehidupan masyarakat masih primitif, berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain dan senantiasa hidup berkelompok. Setelah posisi Naka diganti oleh Ncuhi taraf kehidupan terjadi banyak perubahan sampai berdirinya kerajaan Bima.  Daerah Bima dari dulu sampai sekarang memiliki dua nama yaitu Mbojo dan Bima. Sebutan untuk Mbojo sering dipergunakan ketika menyebutnya dalam bahasa lokal untuk masyarakat Bima itu sendiri. Sedangkan Bima merupakan nama bangsawan Jawa atau tokoh yang berasal dari luar yang mampu mendamaikan konflik internal Paran Ncuhi (kepala daerah) sehingga namanya diabadikan menjadi nama daera Bima. Dan dalam sejarahnya sebutan Mbojo itu merupakan panggilan Sang Bima untuk isterinya (Bojonya) kemudian diabadikan menjadi nama daerah Mbojo.
PETUNJUK RASULULLAH MENGENAI MUSYAWARAH DALAM PERSFEKTIF SEJARAH Syamzan Syukur
Farabi Vol 10 No 2 (2013): AL-Farabi
Publisher : LPPM IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rasulullah Saw. Adalah seorang yang paling sering mengadakan musyawarah, hal ini agar dijadikan teladan bagi umat sesudahnya. Perintah Allah kepada rasulnya agar bermusyawarah bukan berarti rasul membutuhkan pandangan atau pendapat mereka akan tetapi dimaksudkan bahwa musyawarah memiliki nilai yang lebih. Adapun mengenai konsep bagaimana seharusnya musyawarah dilaksanakan, nampaknya Rasulullah tidak memberikan pedoman yang khusus atau baku, ini merupakan isyarat dari Rasulullah untuk melaksanakan musyawarah sesuai dengan tuntutan zaman yang selalu berubah, sehingga sistem, cara dan metode musyawarah akan lebih bersifat variatif, fleksibel dan adaptif. Adapun ciri utama musyawarah adalah bersifat dialogis, sehingga memungkinkan muncul varian pendapat tentang masalah yang diskuskusikan dan memberi kesempatan untuk melihat urusan tersebut dari berbagai sudut pandang sesuai dengan perbedaan perhatian seseorang, tingkat pemikiran, latar belakang, pengalaman dan sebagainya. Dengan demikian maka keputusan yang diperoleh adalah berdasarkan persepsi yang sempurna dan konprehensif.Musyawarah merupakan inti ajaran ketuhanan atau tradisi kenabian atau sunnah Nabi karena itu musyawarah hendaknya dibudayakan dalam berbagai segmen kehidupan dan dalam setiap lapisan sosial baik dalam kultur kebangsaan, kerakyatan dan kekeluargaan maupun dalam struktur kelembagaan.
Pemerintahan Demokrasi Persfektif Masyarakat Tomanurung Kedatuan Luwu Syamzan Syukur
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 1 No 01 (2014): Mei
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v1i01.667

Abstract

This paper reveals that the public administration of Tomanurung at Kedatuan Luwu that appeared in the XI-XV century has been implementing democracy model of government. Despite the model of that democratic government was not exactly same with democracy right now, but it's interesting that people in the government as supporting traditional communities have been able to devise a system of government where the people have a hand in determining the model or system of government. Supporting community has reached the stage of thinking that people have the right communities in making decisions that can change their lives through the representation of all groups. Community of Tomanurung at Kedatuan Luwu without the outside influences hase dispensing system of democratic governance. Democracy interpreted to allow citizens to participate, either directly or through representatives in formulating and developing the system of government. So, democracy of kedatuan Luwu take the last model of democracy that democracy is understood to allow citizens to participate through representatives.
Peran Dinasti Mamluk dalam Membendung Ekspansi Bangsa Mongol ke Dunia Islam Syamzan Syukur; mastanning Anning
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 6 No 1 (2018): RIHLAH
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v6i1.5455

Abstract

“Mamluk” berarti budak atau hamba yang ditawan dan dididik, pengetahuan agama dan pengetahuan militer serta ilmu pengetahuan lainnya oleh Dinasti Ayyubiyah. Dalam proses pemerintahan, Mamluk berubah menjadi Dinasti.  Sistem pemerintahannya adalah sistem militeristik  (pergantian kepemimpinan berdasarkan karir militer). Walaupun pada perkembangannya kemudian, sistem pergantian pemimpinnya, berubah menjadi sistem monarchieheredetis. Kemajuan yang diperoleh Dinasti Mamluk tidak hanya dari segi militer, tetapi ilmu pengertahuan, arsitektur dan bidang ekonomi. Sejak Mamluk berkuasa, Mesir menjadi penghubung jalur perdagangan Timur dan Barat. Kehadiran Dinasti Mamluk menambah catatan perstasi kerajaan Islam dalam pentas politik terutama peranannya dalam membendung ambisi pasukan Tartar (Bangsa Mongol) untuk menguasai Islam yang pada saat itu mengalami kemajuan peradaban. Tentara Mamluk dan Mongol saling berhadapan di Ayn Jalut dan pertempuran pun terjadi pada tanggal tahun 658 H./1260. Strategi yang digunakan oleh Dinasti Mamluk dalam mempersatukan umat Islam membuat pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Mongol.
The Developments and Problems of Muslims in Australia Syamzan Syukur; Syamhi Muawwan Djamal; Syarifah Fauziah
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 7 No 2 (2019): HISTORY AND CULTURE
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v7i2.11858

Abstract

This paper shows that historians have different views about the early arrival of Islam in Australia; some argue that Islam entered Australia in the 9th century BC. Those that believe in the 10th century BC were brought by Arab traders. Besides, some mention below by Muslim Bugis fishermen who traveled by sailboat to collect taripang (a kind of sea slug) on the Gulf of Carpentaria in the 17th century BC. While the development of Islam in Australia started appears from 1976 to 1986 the Muslim community in Australia rose to a three-fold. Increasing the quantity of Muslims in Australia is generally dominated by immigrants from the countries of the Muslim majority. Activity and religious activity continues to writhe mainly due to the support and role of Islamic organizations. As for the problems faced by Muslims in Australia is coming from a non-Muslim society of Australia; Persistence of Muslims to practice their religion, sometimes considered a fanatic attitude and could not cooperate. Another problematic faced by Muslims is related to a misunderstanding of Islam. Most of the Australian non-Muslims regard that Islam is a violent religion. This perspective is connected by the collapse of the World Trade Center (WTC). The method of this research is a descriptive-analytic qualitative study that utilizes library resources to acquire, manage and analyze data.   Tulisan ini menunjukkan bahwa, para sejarawan memiliki pandangan yang berbeda mengenai awal masuknya Islam di Australia; sebagian berpendapat bahwa Islam masuk ke Australia pada abad ke-9 masehi. Adapula yang berpendapat pada abad ke-10 masehi yang dibawah oleh pedagang-pedagang Arab melalui pantai Australia. Selain itu adapula yang menyebutkan di bawah oleh nelayan muslim Bugis yang berkelana dengan perahu layar untuk mengumpulkan taripang (semacam siput laut) dari teluk Carpentaria pada abad ke-17 masehi. Sedangkan perkembangan Islam di Australia mulai Nampak sejak tahun 1976 sampai tahun 1986 komunitas kaum muslimin di Australia meningkat mencapai tiga kali lipat. Peningkatan kuantitas kaum muslimin di Australi pada umumnya didominasi oleh para imigran dari negera-negara mayoritas muslim. kegiatan dan aktivitas keagamaan pun terus menggeliat terutama karena dukungan dan Peranan organisasi-organisasi Islam. Adapun problematika yang dihadapi kaum muslimin di Australia adalah datangnya dari masyarakt non-muslim Australia; Ketekunan umat Islam menjalankan ajaran agamanya, terkadang dianggap sebagai sikap fanatic dan tidak bisa diajak kompromi. Problematika lain yang dihadapi kaum muslimin   adalah berkaitan dengan kesalah pahaman tentang Islam. Kebanyakan non-muslim Australia menganggap bahwa Islam adalah agama kekerasan. Persfektif ini mereka hubungkan dengan  peristiwa  runtuhnya gedung WTC. Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif-analitik denhan memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh, mengelola dan menganalisis data.
Akulturasi Budaya: Adat Pernikahan di Kelurahan Cikoro Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa st. hajar hajar; Dahlan M; syamzan syukur
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 8 No 1 (2020): HISTORY AND CULTURE
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v8i1.12150

Abstract

Abstrak: Penelitian ini akan menjawab pertanyaan 1. Bagaimana prosesi dalam adat pernikahan di Kelurahan Cikoro Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa?, 2. Apa saja nilai-nilai budaya Islam dalam adat pernikahan di Kelurahan Cikoro Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa?, 3. Bagaimana proses akultuasi budaya Islam dan budaya lokal dalam adat pernikahan di Kelurahan Cikoro Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa?. Pernikahan di Kelurahan Cikoro disebut dengan istilah pa’buntingan, tidak hanya melibatkan keluarga inti tapi juga masyarakat luas dan terdiri dari dua tahap, yakni: tahap sebelum pernikahan dan tahap setelah pernikahan. Adat pernikahan di Kelurahan Cikoro sangat unik jika dibandingkan dengan adat pernikahan di daerah lain, di Kelurahan Cikoro pesta pernikahan didahulukan daripada akad nikah. Terjadinya akulturasi semakin memperkokoh adat pernikahan di Kelurahan Cikoro dengan nilai budaya Islam seperti: tolong-menolong, musyawarah dan menjalin hubungan silaturrahim. 
Konfrontasi Islam Ideologis Versi Abdul Qahhar Muzakkar dengan Komunis di Desa Tompo Bulu Abdulkahar; Syamzan Syukur; Hasaruddin
Al-Hikmah Journal for Religious Studies Vol 24 No 1 (2022): June
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-hikmah.v24i1.28900

Abstract

Abdul Qahhar Mudzakkar merupakan salah satu tokoh yang kini menjadi simbol perjuangan bagi sebagian masyarakat di Sulawesi Selatan. Perjuangannya dalam menyuarakan hak-hak para gerilyawan memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat local yang berjuang saat itu. Tidak hanya itu, Qahhar juga menjadi ikon perjuangan bagi para tokoh agama dalam memperjuangkan syariat Islam. Konflik di tubuh militer dianggap sebagai dasar pemberontakan Qahhar bersama para pasukannya. Padahal jika kita menelaah dari perspektif lain, perjuangan Qahhar tidaklah dilatarbelakangi oleh motif politik; melainkan motif agama. Hal tersebut dapat kita lihat dari berbagai macam rekonsiliasi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pemerintahan namun tak satupun yang berhasil. Ditambah lagi, surat-surat yang ditulis oleh Qahhar benar-benar menampakkan penolakannya terhadap komunis yang telah mendapat ruang khusus di negeri ini. Hal serupa dapat kita lihat di desa Tompo Bulu yang menjadi salah satu markas berkumpulnya para gerilyawan. Saat itu, ketika PKI datang untuk mencari dukungan, masyarakat lokal menolak dengan alasan PKI-nya. Artinya, masyarakat di pedalaman telah teredukasi sehingga mereka menolak apapun yang berbau PKI dalam kehidupannya.