Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN TEBU DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR Osly, Prima Jiwa; Widiatmaka, Widiatmaka; Pramudya, Bambang; Murtilaksono, Kukuh
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.311 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-1.216

Abstract

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam pengusahaan perkebunan, karena lahan merupakan media tumbuh bagi tanaman. Pemanfaatan sumber daya lahan perlu disesuaikan dengan kondisi agroekologinya, agar usaha pertanian dapat berkelanjutan. Usahatani tebu merupakan praktek penggunaan lahan komersial monokultural yang sering menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati pertanian (agrobiodiversity). Penelitian ini difokuskan pada pemilihan lahan yang tepat dan diprioritaskan untuk penanaman tebu. Integrasi pendekatan Multi Criteria Decision Making (MCDM) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) menyediakan sistem pendukung keputusan spasial yang kuat dan efisien untuk menghasilkan peta kesesuaian lahan dan prioritas pengembangan kawasan serta untuk menganalisis data spasial dan membangun proses untuk pendukung keputusan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis prioritas pengembangan kawasan perkebunan tebu dan melakukan analisis ketersediaan lahan untuk kawasan perkebunan Tebu. Penelitian ini menggunakan metode Multi Criteria Decision Making (MCDM) berbasis Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Berdasarkan hasil analisa total areal yang berpotensi dimanfaatkan untuk kawasan perkebunan tebu tersebut adalah sebesar 121.484,83 ha atau 21,48% dari total daratan Kabupaten Seram Bagian Timur. Total areal tersebut terbagi pada kelas Prioritas I sebesar 76.751,79 ha (63,18%), kelas Prioritas II sebesar 41.807,84 ha (34,41%) dan kelas Prioritas III sebesar 2.925,21 ha (2,41%).Kata kunci: Tebu, MCDM, AHP, SIG, PrioritasABSTRACTLand is one of the most important production factors in plantation industry, because the land is a growing medium for plants. Utilization of land resources needs to be adapted to its agro-ecology conditions, in order to be sustainable. Sugarcane farming is a monoculture commercial land use practices that often lead to a decrease in agricultural biodiversity. This study focused on the selection of appropriate land and prioritized for planting sugarcane. Integration of Multi Criteria Decision Making (MCDM) and Geographic Information System (GIS) provides a powerful and efficient spatial decision support system to produce land suitability maps and regional development priorities as well as to analyze spatial data and build process for decision support system. The purpose of this study is to analyze the regional development priorities of sugarcane plantations and analyze the availability of land for sugarcane plantation area. This study uses the Multi Criteria Decision Making (MCDM) based Analytical Hierarchy Process (AHP) with the help of Geographic Information System (GIS). Based on analysis of the total area that could potentially be used for sugarcane plantation area amounted to 121,484.83 ha (21.48%) of the total land area in Seram Bagian Timur Regency. The total area was divided to the class Priority I of 76,751.79 ha (63.18%), class Priority II at 41,807.84 ha (34.41%) and class Priority III of 2,925.21 ha (2.41%).Keywords: Sugarcane, MCDM, AHP, GIS, Priority
INTERPRETASI CITRA DAN PENGARUH UKURAN PIXEL TERHADAP LUAS LAHAN HASIL INTERPRETASI Osly, Prima Jiwa; Ihsani, Irfan
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 6, No 1 (2007)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknik penginderaan jauh merupakan solusi yang relatif cepat dalam perencanaanwilayah karena keruangan dalam bentuk gambar menyimpan banyak sekali informasi.Tulisan ini bertujuan untuk mengulas proses interpretasi dan pengaruh ukuran pixelpada gambar pola ruang serta mengkaji hasil interpretasinya. Data dan software yangdigunakan adalah adalah foto udara kawasan Kabupaten Bogor, peta hidrologi sebagaipeta referensi dan ArcView versi 3.30. Ukuran pixel dapat mempengaruhi luas lahanpada peta hasil interpretasi. Semakin besar ukuran pixel, maka akan terjadi perbedaanluas lahan masing-masing Land Use/Land Cover-nya hasil interpretasi. Namunperbedaan ini tidak berpengaruh pada luas secara keseluruhannya (grand total) yangartinya masing-masing Land Use/Land Cover hanya melakukan substitusi saja. Dalamperencanaan wilayah, pemilihan ukuran pixel menentukan tingkat detail informasi yangtersaji oleh citra hasil interpretasi. Produk yang dihasilkan berupa informasi dalambentuk peta (tematik). Kondisi kawasan yang tercakup pada foto udara Kabupaten Bogordapat dikatakan cukup representatif untuk menggambarkan pola keruangan yang ada.Kondisi kawasan permukiman harus diperbaiki karena terletak pada garis sempadansungai yang seharusnya merupakan kawasan lindung. Kondisi kawasan lindung yangsaat ini berjumlah 34% seharusnya dapat dipertahankan. Kedepan, apabila konversilahan harus dilakukan, jumlahnya minimal 30% dari total luas wilayah.AbstractRemote sensing became relatively fast solution in the regional planning due to spatialdata store lots of information. This paper analyses the process of interpretation and theinfluence of pixel size on the image of spatial patterns, and the results. Aerial photo ofdistrict Bogor and hydrology map are used as a reference and ArcView version 3.30 isselected for interpretation process. Pixel size can affect the area of map interpretationresults. The larger the size of pixels, there will be the difference in spacious area of eachLand Use/Land Cover. However, this difference does not affect to the grand total whichmeans that each Land Use/Land Cover only perform the substitution. In the regionalplanning, the selection of pixel size determines the level of information presented byimage interpretation results. The condition of area that covered in aerial photo is simplyrepresentative to describe existing spatial patterns. The condition of the area should beimproved because the settlement which is located on the border line of the river should bethe protected area. Currently, the condition of protected areas is 34% and this should bemaintained. In the future the amount of land conversion should not be granted more than30% of the total area.
PERSEBARAN PUSAT PEREKONOMIAN DI KOTA BOGOR Osly, Prima Jiwa; Dewi, Meydian Sartika
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan membahas persebaran pusat-pusat kegiatan ekonomi yang adadi Bogor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bogor sebagai daerah satelit bagiJakarta, menjadikan dirinya sebagai kawasan permukiman, baik bagi warganya maupunbagi kaum penglaju. Proses pembangunan yang diarahkan kepada permukimanmengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan pusat perekonomian. Pusat-pusatperekonomian yang dikaji meliputi pasar (pasar tradisional), supermarket, hipermarketdan mal dan plasa. Jumlah dan persebaran kegiatan ekonomi tersebut dikaitkan denganpenyebaran penduduk, penggunaan lahan dan jaringan jalan. Proses analisismenggunakan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis), software ArcView versi 3.3dan metode tumpang tindih langsung (overlay intersept) terhadap peta-peta tematik yangdibuat. Peta tematik yang telah di overlay kemudian akan dideskripsikan untuk melihatinteraksi spasialnya. Hasil analisa menunjukkan bahwa Kota Bogor memilikikarakteristik perkotaan yang cukup unik karena Bogor memiliki seluruh fungsi ruangyang ada mulai dari fungsi permukiman, perdagangan hingga fungsi pertanian dankonservasi. Hasil deskripsi terhadap peta tematik menunjukkan bahwa masing-masingpusat perekonomian memiliki interaksi spasial yang berbeda-beda dengan petatematiknya.AbstractBogor as a satellite town of Jakarta (the State Capitol) has distinguished it self ascommunity area for its citizen as well as commuters. The Development process directedfor inhabitant interest has brought about a dramatic increase in demand for economiccenters. Relevant with such, assessment were conducted on the economic centers inBogor that covered traditional markets, supermarkets, hypermarkets, and mall as well asplaza. The number and distribution of those economic activities were linked to theinhabitant distribution, land uses, and road-artery patterns. That data/information asobtained were analyzed using what is so-called GIS (geographical information system)technology assisted by ArcView software of version 3.3, and implementing overlayintercepton thematic maps as neatly formed. Further, those thematic maps after beingoverlaid were descriptively scrutinized for possible spatial-interaction occurrences. Theanalysis result reveal that Bogor has a remarkably unique town characteristic since ithad all the existing space utilities beginning from community/settlement function, trade,until agriculture and conservation function. The descriptive outcomes suggest that eachof the economic centers exhibited spatial interaction which significantly different fromtheir thematics maps.
ANALISIS KESESUAIAN DAN PERANCANGAN TAPAK KAWASAN SITU PENGASINAN SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA KOTA Osly, Prima Jiwa; Gandasasmita, Komarsa
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 7, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara signifikan, pariwisata Kota Depok belum berkembang karena variasi dan obyek wisatamasih kurang. Kawasan Situ yang berpotensi menjadi kawasan wisata belum dikembangkanmenjadi obyek wisata. Penelitian ini bertujuan merancang kawasan Situ Pengasinan sebagaikawasan pariwisata kota bernuansa lingkungan. Proses analisis menggunakan teknologi SIG(Sistem Informasi Geografis), software ArcView versi 3.30 dengan cara melakukan overlayintersept. Analisis keruangan menggunakan metode pembobotan dan skoring, yaitu metodekuantifikasi kenampakan setiap obyek pada ruang. Penilaian dibagi menjadi penilaiankesesuaian lokasi (makro kawasan) dan kesesuian zona (mikro kawasan). Ketentuan lokasi danzona akan terlihat melalui akumulasi nilai skor. Hasil analisis menunjukkan bahwa lokasi SituPengasinan layak secara fisik untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Analisis mikrokawasan membagi kawasan menjadi 3 zona wisata, yaitu zona utama (wisata desa), zonaistirahat dan zona pendukung (wisata air dan belanja). Perancangan tapak pada masing-masingzona sudah memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana pada zona tersebut. Hasil analisisjuga memberikan arahan pengembangan serta pola investasi dan pengem-bangan kawasan.AbstractTourism in Depok has not yet developed significantly because tourism variety and object are stilllimited. The lake area which is potential to become tourism area has not yet been developed fortourism object. This research intends to plan the lake area called “Pengasinan” as anecologically sound urban tourism area. The analysis used GIS (Geographic Information System)technology, a software Arc View version 3.30 which implements an intercept overlay method.Spatial analysis used weighted and scoring method by which appearance of object in spacequantified. Evaluation is divided into location suitability (macro area) and zone suitability(micro area). Certainty of location and zone can be seen through the accumulation of scoringvalue. Result of analysis reveal that location of “Pengasinan” lake is physically worth to bedeveloped as tourism area. Micro area analysis divides the area into 3 tourism zones, whichconsist of main zone (village view tourism), rest zone and supporting zone (water and shoppingtourism). The site planning at each zone can satisfy the needs for facility and infrastructurethere. The analysis result can also provide development direction as well as investment patternand area development.
TEORI STRUKTUR KOTA DAN APLIKASINYA PADA KOTA BOGOR Osly, Prima Jiwa; Dewi, Meydian Sartika
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 6, No 2 (2007)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Bogor saat ini telah menjadi salah satu daerah penyangga yang sangat berpengaruhbagi kelangsungan hidup Kota Jakarta. Perkembangan daerah ini sangat dipengaruhioleh perkembangan daerah permukiman yang sangat pesat apabila dibandingkandengan daerah penyangga lainnya seperti Tangerang, Bekasi dan Depok. Penelitianini menggunakan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis), software ArcViewversi 3.3, metode tumpang tindih langsung (overlay intersept), centroid dan proximityterhadap peta-peta tematik yang dibuat. Penggunaan lahan untuk permukiman menghabiskan70% penggunaan lahan kota. Ruang KPB (Kawasan Pusat Bisnis) yang menjadiinti pertumbuhan daerah semakin hari semakin terjepit oleh ruang permukiman.Centroid KPB Kota Bogor yang terletak pada pusat Kota Bogor hanya bisa berkembangmengikuti pola jaringan transportasi yang ada saat ini, maka penelitian ini bertujuanuntuk melihat struktur keruangan Kota Bogor, khususnya sebaran Kawasan Pusat Bisnis.Sesuai dengan keberadaannya maka struktur ruang Kota Bogor mengikuti teori sektor.Sedangkan untuk pola perekonomian kota mengikuti pola pita. Hal ini menunjukkan bahwauntuk menghindari kesemrawutan struktur dan pola ruang kota maka perlu pengaturanpola ruang permukiman sehingga KPB dapat berkembang dengan baik.AbstractBogor has become one of the buffer areas, which significantly affects the living ofJakarta. Therefore the development of Bogor’s buffer zone is greatly influenced by thefast expansion of community resettlement area there comparison with other buffer areassuch as Tangerang, Bekasi and Depok. The dat obtained were analyzed using what is socalledGIS (geographical information system) technology assisted by ArcView software ofversion 3.3, and implementing overlay-intercept, centroid and proximity on thematicmaps as neatly formed. In Bogor, the land-use activities for community resettlement havesacrificed 70 % of town area. Nowadays, central business district (CBD) being the coreof area development has become even squeezed by the eaxpansion of communityresettlement. The CBD in Bogor which is located in its centre town can only be developedconforming to the currently available-transportation network there. In accordance withits city structure, the town space in Bogor will follow the theory sector. Meanwhile, itseconomy characteristics will abide by the so-called ribbon pattern. This indicates that toavoid the disorder in town structure and its space pattern, the appropriate arrangementsof resettlement-space pattern are needed so that the CBD will develop smoothly.Keywords : central business distric, centroid, city structure theory, ribbon pattern,resettlement.
ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK Faiz Ramadhan; Prima Jiwa Osly
Jurnal Infrastruktur Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v5i1.663

Abstract

Penurunan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) berkaitan erat dengan kegiatan perubahan penggunaan lahan dari kawasan bervegetasi menjadi kawasan terbangun. Kota Depok memiliki RTH privat sebesar 40,68% dan RTH publik sebesar 9,32% (Bappeda, 2007). RTH privat telah melampaui standar 10%, sedangkan RTH publik masih lebih kecil dari standar 20%. Namun demikian, hal ini telah sesuai dengan UU RI No. 26 tahun 2007 dimana RTH minimal 30% dari luas wilayah.Permasalahan yang ada pada Kota Depok adalah banjir yang terjadi di beberapa Kecamatan di Kota Depok, yaitu Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya, faktor iklim yang seringkali tidak menentu dan minimnya ruang gerak masyarakat, yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya tingkat stress atau jenuh bagi masyarakat di Kota Depok. Hal ini mungkin disebabkan penempatan RTH yang tidak merata penyebarannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis RTH Kota Depok dengan pendekatan model Model Indeks kenyamanan berdasarkan faktor iklim mikro melalui Sistem Informasi Geografis dengan beberapa parameter (suhu, Kelembababan, kecepatan angin, titik embun dan penggunaan lahan), Rekomendasi penggunaan lahan berdasarkan factor iklim mikro dan menganalisis hubungan antara indeks tingkat kenyamanan (Temperature Humidity Index) dengan RTH. Pendekatan Model Iklim Mikro menggunakan sistem indeks tingkat kenyamanan (Temperature Humidity Index). Citra Landsat 7 ETM dan Landsat 8 OLI yang diambil pada tanggal 18 dan 22 Oktober 2018, digunakan untuk identifikasi penggunaan lahan yang merupakan parameter utama dan Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan untuk mengkombinasikan seluruh parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Depok memiliki luas 5830,478 Ha atau 28,95% dari total luasan tutupan lahan keseluruhan 20136,5672 Ha sesuai peta administratif Kota Depok. Hal ini Belum sesuai UU RI No. 26 Tahun 2007, dimana proporsi RTH minimal 30% dari luas wilayah. Serta Kota Depok memiliki Temperature Humidity Index (tingkat kenyamanan) dari masing – masing land use yang dilakukan pengambilan data iklim mikro adalah Area Hutan Kota memiliki THI sebesar 26,99 ºC masuk dalam kategori nyaman, Area Taman Kota memiliki THI sebesar 27,83 ºC masuk dalam kategori tidak nyaman dan Area Kawasan terbangun memiliki THI sebesar 28,61 ºC masuk dalam kategori tidak nyaman.
HUBUNGAN AKSESIBILITAS TERHADAP TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DESA DI KECAMATAN TAMBUN SELATAN KABUPATEN BEKASI Alif Fikri Nurhidayani; Prima Jiwa Osly; Irfan Ihsani
Jurnal Infrastruktur Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v4i2.698

Abstract

Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pengembangan wilayah. Dengan adanya pembangunan infrastruktur yang terus menerus, sistem jaringan suatu wilayah, lingkungan kehidupan didalamnya dan kesejahteraan manusia dapat mempegaruhi suatu perkembangan wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aksesibilitas yang didalamnya dipengaruhi sistem jaringan jalan dan perkembangan wilayah perdesaan di kecamatan Tambun Selatan kabupaten Bekasi. Untuk menjawab tujuan penelitian ini digunakan analisis indeks alfa untuk mengetahui tingkat aksesibilitas wilayah tersebut, analisis skalogram untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah tersebut dan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, desa yang memiliki tingkat aksesibilitas paling tinggi adalah desa Tambun dengan nilai -0,023 dan desa yang paling rendah adalah desa Lambangsari dengan nilai 0,270. Sedangkan untuk tingkat perkembangan wilayah, desa Tambun merupakan desa yang memiliki tingkat perkembangan wilayah yang paling tinggi dengan nilai range 266,94 dan mendapatkan kategori hierarki 1 dan desa Lambangjaya merupakan desa yang paling rendah tingkat perkembangan wilayah dengan nilai range 115 dan mendapatkan kategori hierarki 3. Berdasarkan output (hasil) perhitungan antara aksesibilitas wilayah dan perkembangan wilayah dapat diketahui bahwa nilai korelasi antara dua variabel ini adalah sebesar 0.738. Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara dua variabel ini termasuk dalam kategori hubungan erat karena nilai r diantara nilai 0.7 – 0.9. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dihasilkan yaitu pertama, pemerataan jaringan jalan di desa yang memiliki nilai aksesibilitas rendah. Kedua adalah pemerataan pembangunan yang memiliki peran fital dalam perkembangan wilayah seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas perindustrian, fasilitas peribadatan di kecamatan yang memiliki nilai perkembangan rendah.
ANALISIS GARIS SEMPADAN BANGUNAN (STUDI KASUS JALAN RAYA PAJAJARAN KOTA BOGOR) Lucky Viasari; Prima Jiwa Osly
Jurnal Infrastruktur Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v3i2.707

Abstract

The development of the economic growth in Bogor increasing bring an impact for fulfillment will land and buildings in order to meet the activity of urban especially on highway Pajajaran Bogor which is found in the city center that will affect the spatial plans at every building and cause nonconformity border lines building particularly in the face of a building with local regulation applicable. Besides reducing aesthetic, it could also disrupt and endanger road users who will pass. This research is to analysis of border lines on buildings bylaws are being enacted. Data processing was done using software to ease in building determination of the limits of any buildings and the outer boundary of the road where next will be used to calculate long border lines building in every existing building and analyzed with local regulation applicable. The final result obtained that all building at case studies not according to rule regional government where the average building that violate is 14 % or by ± 16 yards from the middle of the road. Judging from the number of offense the authors provide recommendations that the existing changes in existing Regional Regulations in accordance with applicable policies.
EVALUASI KINERJA TRANSJAKARTA KORIDOR VI A Rute Ragunan – Monas (Via Kuningan) Pariz Salman Danurekso; Prima Jiwa Osly
Jurnal Infrastruktur Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v4i1.713

Abstract

The growing population of the city of Jakarta to make the movement of people in it. The provision of public transport is indispensable for anticipating congestion will occur. This research aims to determine whether the performance of Transjakarta is in compliance with government rules. When the performance of Transjakarta already in the know results can be communicated to the Government of Jakarta to take a policy so that the performance of Transjakarta growing in his Ministry. This research was conducted in several important stages, include: determining the formulation of the problem, get the collected data the author by way of direct observation survey, then the data obtained were analyzed using the method descriptive and inductive methods, from there we can get the value of the performance of Transjakarta Corridor VI a. The study focused only on one corridor, the VI corridor Ragunan – Monas (Via Kuningan). Observations were then made in Seven days: Monday - Sunday to represent workdays and days off, with each observation day spanning from 7.00 a.m. to 9.00 a.m. According to 100 respondents are analyzed, quality service that satisfies all of the dimensions Tangibles 0.68, Assurance 0.45, Responsiveness 0.50, Reliability 0.66, Emphaty 0.54 have a level of satisfaction performance measurement value Transjakarta by category are very satisfied with the value of all the dimensions of 0.57. Analysis based on the questionnaire distributed to 100 respondents.
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR KABUPATEN MANOKWARI DENGAN MODEL MOCK Prima Jiwa Osly; Fulki Dwiyandi; Irfan Ihsani; Rhonny Einsten Ririhena
Jurnal Infrastruktur Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v5i2.1025

Abstract

Water is one of living resource, because the water is an essential substance or constituent for human’s and other living life. There is no life on earth that may last without water. If the water supply is not enough for the needs of humans and other living beings, there will be conflicts between or among them. Due to the consideration, this research is aimed to analyze how much is the of water supply pottential based on dependable flow and how much is the demand of water in Kabupaten Manokwari. The water supply in Kabupaten Manokwari is meant to fulfill the water demand in this region quantitatively. This research is using analysis by the FJ. Mock methods. FJ. Mock mmethod uses rainfall-run off model by using rainfall data, potential evapotranspiration, and characteristics hydrology for predicting the number of river discharge by the monthly period. The result of this research is shows that annual dependable flow to the possibility of fulfilled 50% is equal to Q = 178.352 (m3/det) and discharge andalan 80% is Q = 152.405 (m3/det). The potential for water supply in Kabupaten Manokwari in 2018 is 398 570 549 m3 and the total water demand for use as many as 66.629.639 m3, kabupaten Manokwari having a surplus of raw water that could be used more.