Rini Mariana Sibarani
National Laboratory for Weather Modification Technology, Agency for The Assessment and Application of Technology, BPPT

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS SPASIAL EL NINO KUAT TAHUN 2015 DAN LA NINA LEMAH TAHUN 2016 (Pengaruhnya Terhadap Kelembapan, Angin dan Curah Hujan di Indonesia) Ibnu Athoillah; Rini Mariana Sibarani; Deassy Eirene Doloksaribu
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 18 No. 1 (2017): June 2017
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v18i1.2140

Abstract

IntisariKejadian El Nino Kuat tahun 2015 dan La Nina Lemah tahun 2016 sangat berpengaruh terhadap beberapa parameter cuaca di Indonesia seperti kelembapan udara, angin dan curah hujan. Dilihat dari kelembapan udara pada saat El Nino, kelembapan udara memiliki anomali negatif dan pada saat La Nina cenderung anomali positif. Dari pengaruhnya terhadap angin, saat El Nino angin zonal lebih dominan angin timuran, dan angin meridional lebih dominan angin selatan yang menyebabkan berkurangnya suplai uap air di Indonesia. Sedangkan saat La Nina, angin zonal lebih dominan baratan dan angin meridional lebih dominan dari utara. Data hujan yang digunakan dalam tulisan ini adalah data observasi per 1 jam dari satelit TRMM pada tahun 2015, 2016 dan data historis dari tahun 2001-2014. Dari hasil analisis spasial menunjukkan bahwa kejadian El Nino mulai terlihat dampaknya pada musim kering yaitu berupa penurunan curah hujan di bawah normalnya sekitar 50–300 mm/bulan terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober 2015 terutama di wilayah Indonesia bagian Selatan sedangkan pada musim basah November 2015 – Maret 2016 tidak terlalu signifikan dampaknya. Kejadian La Nina terlihat dampaknya pada bulan September–Desember tahun 2016 dimana terlihat adanya penambahan curah hujan dibandingkan normalnya sekitar 50–400 mm/bulan.  AbtractThe strong El Nino in 2015 and the weak La Nina in 2016 are very influential on some weather parameters in Indonesia such as relative humidifty, wind, and rainfall. The relative humidity during El Nino tends to be a negative and when La Nina tends to be a positive anomaly. Impact to the wind during El Nino, zonal winds are dominant northern and meridional winds are dominant southern which leads to reduced supply of water vapor in Indonesia. While during La Nina, zonal winds are dominant western and meridional winds are dominant northern. Rainfall data used in this paper are the observation data from TRMM Satellite hourly from 2001–2016. Data were analyzed by monthly and seasonal analysis. From the result of spatial analysis shows the impact of El Nino began on dry season. That is decrease of rainfall below the normal around 50–300 mm/month occurs in August to October 2015, especially in southern Indonesia. while in wet season November 2015 – March 2016 the impact is not significant. The impact of La Nina is seen in September–December 2016, where there is an increase of rainfall above the normal around 50–400 mm/month. 
PERBANDINGAN PARAMETER ATMOSFER RADIOSONDE DI PALEMBANG DAN PANGKALPINANG SELAMA INTENSIVE OBSERVATION PERIODE (IOP) Ibnu Athoillah; Rini Mariana Sibarani
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 19 No. 1 (2018): June 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v19i1.2987

Abstract

Beberapa kondisi udara atas yang bagus untuk mendukung pertumbuhan awan adalah udara dalam kondisi labil, kelembapan yang cukup basah dan angin yang tidak terlalu kencang. Profil udara atas ini biasa diukur dengan menggunakan radiosonde. Namun selama ini terjadi keterbatasan dalam hal lokasi peluncuran radiosonde yang tidak banyak di Indonesia, seperti di Palembang tidak ada peluncuran radiosonde yang rutin dilakukan kecuali ada event tertentu seperti Intensive Observation Period (IOP) sehingga dalam kondisi biasa untuk mengetahui profil udara atasnya menggunakan lokasi peluncuran radiosonde terdekat yaitu di Pangkalpinang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan parameter dari pengukuran radiosonde Palembang saat kegiatan IOP dengan radiosonde Pangkalpinang, guna mengetahui apakah parameter yang dihasilkan dari radiosonde Pangkalpinang bisa digunakan untuk wilayah Palembang. Parameter yang dibandingkan adalah K-Index, Lifted Index, Showalter Index, Convective Temperature (Tc), CAPE, RH 850 mb, RH 700 mb dan RH 500 mb. Perbandingan dilakukan secara visual dan uji statistik. Secara visual dengan metode grafik dan secara statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil secara visual menunjukkan semua parameter memiliki pola yang mirip dan berdekatan. Hasil uji statistik menunjukkan hampir semua parameter yang diuji memiliki nilai probabilitas di atas 0.05 yang berati tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran di Palembang dan Pangkalpinang kecuali parameter Showalter Index yang memiliki nilai probabilitas 0.008 atau di bawah 0.05 yang menunjukkan bahwa parameter Showalter Index ini ada perbedaan yang signifikan dari kedua lokasi.
EFFECT OF AEROSOL RADIATION INTERACTION (ARI) FROM INCREASING LAND AND FOREST FIRES ON CLOUD FORMATION IN OGAN KOMERING ILIR (SOUTH SUMATRA) Rini Mariana Sibarani; Rahmat Hidayat; Muh. Taufik; Edvin Aldrian
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 23 No. 1 (2022): June 2022
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Intisari Peningkatan aerosol dapat berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan awan yang dikenal sebagai efek Aerosol Radiation Interaction (ARI). Hal ini berhubungan dengan sifat penyerapan dan penghamburan radiasi matahari dan menyebabkan terjadinya pengurangan radiasi matahari ke permukaan sebagai sumber energi pada proses pembentukan awan secara konvektif. Efek ARI ini dapat dilihat dari parameter Aerosol Radiative Forcing (ARF). ARF bernilai negatif berarti terjadi pengurangan radiasi, sedangkan bernilai positif berarti terjadi peningkatan radiasi. Meningkatnya kebakaran hutan dan lahan di Kab. Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan) dari Agustus hingga November 2019 menyebabkan peningkatan konsentrasi aerosol, yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai Aerosol Optical Thickness (AOT) berkisar dari 1 menjadi 2. Hal ini ditandai dengan peningkatan AOT Komponen kimia Karbon Organik (OC) berkisar antara 0,3 – 1,2 dan Karbon Hitam (BC) berkisar antara 0,1 – 0,35.  Tulisan ini akan membahas efek ARI dengan menggunakan data reanalysis dari Modern-Era Retrospective analysis for Research and Applications II (MERRA-2) dan ERA5 untuk kasus kebakaran hutan di Kab Ogan Komering. Hasil analisis dari data tersebut menunjukkan adanya efek ARI yang ditunjukkan dari nilai negatif pada ARF radiasi gelombang pendek di permukaan (SFC) dan di puncak atmosfer (TOA), nilai positif pada ARF radiasi gelombang panjang di SFC dan nilai negative ARF radiasi gelombang panjang di TOA. Efek ARI terhadap pembentukan awan juga dibuktikan dengan adanya pengurangan tutupan awan rendah (lcc) serta meningkatnya nilai Convective Inhibition (CIN). Abstract  The aerosols increase can directly affect cloud formation, known as the Aerosol Radiation Interaction (ARI) effect, related to the nature of absorption and scattering of solar radiation and causes a reduction in solar radiation to the surface as an energy source in the process of convective cloud formation. This ARI effect can be seen from the Aerosol Radiative Forcing (ARF) parameter. A negative ARF value means a reduction in radiation, while a positive value represents an increase in radiation. The increased land and forest fires in the Kab. Ogan Komering Ilir (South Sumatra) from August to November 2019 led to an increase in aerosol concentrations, which was indicated by an increase in Aerosol Optical Thickness (AOT) values ??ranging from 1 to 2. It is characterized by an increase in AOT Organic Carbon (OC) chemical components ranging from 0.3 – 1.2 and Black Carbon (BC) ranging from 0.1 – 0.35. This paper will discuss the effect of ARI using reanalysis data from Modern-Era Retrospective analysis for Research and Applications II (MERRA-2) and ERA5 for the case of forest fires in the Ogan Komering District. The results of the study show that there is an ARI effect, characterized by a negative value on the ARF of shortwave radiation at the surface (SFC) and the top of the atmosphere (TOA), a positive value on the ARF of longwave radiation at the SFC, and a negative value of ARF of longwave radiation in the TOA. The effect of ARI on cloud formation is also evidenced by a reduction in low cloud cover (lcc) and an increase in the value of Convective Inhibition (CIN).