Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DAN PERTUMBUHAN BENIH JAMBU METE Ferry, Yulius; Saefudin, Saefudin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang bertujuan mencari panjang entres yang tepat agar keberhasilan sambung pucuk benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) telah dilakukan di Kebun Percobaan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Tanah yang digunakan jenis laterit berbatu andesit, tipe iklim C dan ketinggian tempat 50 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan April 2010. Bahan yang digunakan bibit jambu mete jenis B 02 baik untuk batang bawah maupun batang atas (entres). Penyambungan dilakukan setelah bibit berumur 3 bulan dengan tinggi bibit sekitar 60 cm dan diameter batang bibit 0,6 cm. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok diulang tiga kali masing-masing terdiri dari 15 tanaman. Perlakuan yang diuji yaitu panjang entres 10, 15 dan 20 cm. Tanaman jambu mete ditanam dalam polybag dengan ukuran 15 x 25 cm. Parameter yang diamati meliputi diameter pangkal setek entres, warna pangkal setek entres, persentase keberhasilan sambung pucuk, pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang entres berpengaruh terhadap keberhasilan sambung pucuk jambu mete, panjang entres terbaik adalah 20 cm dengan keberhasilan penyambungan 78 %.Effect of scion length on the success rate of grafting and growth of seedlingsABSTRACTThe research was to obtain proper length of upper stem to the success rate of grafting and grwoth of the seedling cashew nut plants have been conducted in the Garden Experiments Cikampek, Karawang regency, West Java. Soil types was rocky laterite andesite, type C climate and altitude of 50 meters above sea level. The research was conducted in August 2009 until April 2010. While the materials used cashew seed type B 02 for both rootstock and to the upper stem. Grafting was done after 3 months old seedlings with seedlings about 60 cm high and 0.6 cm diameter stems of seedlings. Experiments prepared following the randomized block design was repeated three times that consisting of 10 plants. The treatments were tested namely long scion 10, 15 and 20 cm. Plants grew in polybags with size 15 x 25 cm. The indicators were observed covering the base of the cuttings scion diameter, cutting the base color of entres, the percentage of shoots continued success, increased plant height, leaf number and stem diameter of the seed.The results showed that the length of entres effect on continued success grafting  of seedling cashew. Scion length was 20 cm which gave the highest grafting success is as much as 78%.
Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Tanaman Sela terhadap Pertumbuhan Lada Perdu Serta Hasil Tanaman Sela Ferry, Yulius; Wardiana, Edi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penanaman tanaman sela di antara tanaman lada perdu merupakan salah satu strategi dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Cahaya Negeri, Lampung Utara, mulai tahun 2010 sampai 2011. Tujuannya adalah memperoleh kombinasi jarak tanam lada perdu dengan jenis tanaman sela yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman lada sebagai tanaman pokok serta meningkatkan hasil dan pendapataan tanaman sela. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jarak tanam lada (J) yang terdiri dari 4 taraf : (J1) 1 x 3 meter, (J2) 1 x 4 meter (J3) 2 x 3 meter, dan (J4) 2 x 4 meter. Faktor kedua adalah jenis tanaman sela (S) yang terdiri dari : (S1) tanaman kacang tanah, dan (S2) tanaman sela kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jarak tanam lada perdu 1 x 3 m cukup sesuai untuk ditanami tanaman sela kacang tanah maupun kacang hijau karena dengan jarak tanam tersebut dapat mendukung bagi pertumbuhan vegetatif dan generatif lada serta dapat memaksimalkan hasil dan pendapatan tanaman sela, dan (2) penanaman tanaman sela kacang tanah dan kacang hijau di antara lada perdu sebaiknya dilakukan secara rotasi, kacang tanah ditanam pada fase vegetatif, sedangkan kacang hijau ditanam pada fase generatif tanaman lada.  Effect of Plant Spacing and Intercrops on The Growth of Pepper and Yield of IntercropsABSTRACT Growing of intercrops planted among of bushy pepper cultivation is one of strategies in optimizing agricultural resources utilization and increasing farmers’ income. The experiment was conducted at Cahaya Negeri Experimental Station, from 2010 until 2011. The experiment was aimed to investigate the compatibility of bushy pepper growing and the kind of intercrops to support the growth and increase in yield of the crop and additional income from the intercrops. The factorial design based randomized complete block with three replication was used in this study. The first factor was bushy pepper spacing (J) consisted of four levels : (J1) 1 m x 3 m, (J2) 1 m x 4 m, (J3) 2 m x 3 m, and (J4) 2 m x 4 m. The second factor was the kind of intercrops (S) consisted of two levels : (S1) Peanut and (S2) Mungbean. Result showed that : (1) The 1 m x 3 m of bushy pepper spacing is quite suitable for growing peanut or mungbean as intercrops based on vegetative and generative growth measures of bushy pepper and maximize in yields and additional income from the intercrops, and (2) peanut and mungbean were suggested to be intercrops in bushy pepper growing in rotation of cropping system, whereas peanut and mungbean should be planted within the vegetative and generative phases of bushy pepper, respectively.
PENENTUAN DOSIS PUPUK LADA PERDU BERDASARKAN POPULASI Ferry, Yulius
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemupukan pada tanaman lada perdu sering menggunakan dosis per individu yang sama dengan populasi tanaman/ha yang berbeda. Pemupukan seharusnya akan berbeda pada batas tertentu dari populasi tanaman, akibat persaingan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Untuk mengetahui dosis pupuk yang tepat pada beberapa populasi lada perdu telah dilakukan penelitian mulai tahun 2010 sampai 2011 di KP Cahaya Negeri Lampung Utara. Penelitian disusun dalam rancangan petak terbagi, 12 perlakuan dan 3 ulangan. Petak pertama adalah perlakuan populasi tanaman lada/hektar yaitu 3.300, 2.500, 1.660 dan 1.250 tanaman/ha, dan anak petak adalah dosis pupuk lada perdu yaitu 300, 240, dan 180 g/tanaman/tahun NPKMg. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada populasi tanaman lada perdu 2.500-3.300 tanaman/ha dosis pupuk yang tepat adalah 180 g/tanaman/tahun pada fase pertumbuhan vegetatif dan 240 g/tanaman/tahun pada fase generatif. Pada populasi 1.250–1.660 tanaman/ha dosis pupuk yang tepat adalah 240 g/tanaman/tahun pada fase pertumbuhan vegetatif dan 300 g/tanaman/tahun pada fase generatif.DETERMINATION OF FERTILIZER DOSE OF BUSHY PEPPER BASED ON POPULATIONABSTRACTIt is often the use of individual plant basis is preferred rather than plant population in determination of fertilizer need for crop growing. In fact, there might some extent be difference under certain circumstances. Factors like type of plants, density, canopy structure and distribution of feeder roots of plants concerned may affect the affectivity and efficiency fertilizer application. To determine the appropriate dose of fertilization on bushy pepper, a research was established at Cahaya Negeri Research Station, North Lampung from 2010 to 2011. A split plot design with 12 treatments and 3 replications was used. The treatments tested were the bushy pepper population per hectare, namely: 1) 3.300 plants/ha, J2) 2.500 plants/ha, J3) 1.660 plants/ha, and J4) 1.250 plants/ha; and doses of fertilization: P1) 300 g/plant/year NPKMg; P2) 240 g/plant/year and NPKMg: P3) 180 g/plant/year NPKMg. The results showed that on population of bushy pepper 2.500-3.300 plants/ha, appropriate rates of fertilizer application were 180 and 240 g/plant/year, for vegetative and generative growth phases, respectively. While for plant population of 1.250-1.660 plants/ha, adequate fertilization were 240 and 300 g /plant/year, for vegetative and generative growth phases, respectively.
PEMANFAATAN KOMPOS TANAMAN AIR SEBAGAI PEMBAWA INOKULAN MIKORIZA PADA BUDIDAYA LADA PERDU DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH FERRY, YULIUS; TOWAHA, JUNIATI; SASMITA, RR. K. D.
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLahan bekas tambang yang dapat dijadikan lahan alternatif untukpengembangan budidaya lada di Bangka cukup tersedia. Penggunaan lahanbekas tambang sebagai lahan budidaya memerlukan pembenahan misalnyapenambahan mikroorganisme seperti mikoriza. Selama ini bahan pembawapupuk hayati mikoriza menggunakan zeolit. Padahal tersedia bahan lainseperti bahan organik yang dapat dikembangkan sebagai alternatif bahanpembawa inokulan mikoriza. Penelitian yang bertujuan memperolehformula bahan organik sebagai bahan pembawa bahan mikoriza yangsesuai digunakan pada budidaya lada di lahan bekas tambang timah diBangka. Penelitian dilakukan pada tahun 2010-2011 (2 tahun) dilaboratorium dan rumah paranet di Balai Peneitian Tanaman Rempah danAneka Tanaman Industri serta lahan petani di Desa Kulur, KabupatenBangka Tengah. Untuk formulasi bahan pembawa mikoriza percobaanmenggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan formulasibahan pembawa yaitu, 100% zeolit, 60% kompos enceng gondok+40%zeolit; 80% kompos enceng gondok+20% zeolit; 100% kompos encenggondok;  60%  kompos  kiambang+40%  zeolit;  80%  komposkiambang+20% zeolit dan 100% kompos kiambang. Untuk pengujiandosis dan formula bahan pembawa mikoriza terhadap pertumbuhan ladaperdu di lahan bekas tambang, percobaan disusun sesuai denganrancangan Split Plot dalam Acak Kelompok dengan petak utama adalahjenis formula yaitu (1). kontrol 100% zeolit; (2). 60% kompos encenggondok + 40% zeolit; (3). 80% kompos enceng gondok + 20% zeolit; (4).100% kompos enceng gondok; (5). 60% kompos kiambang + 40% zeolit;(6). 80% kompos kiambang + 20% zeolit, dan (7). 100% komposkiambang. Sebagai anak petak adalah dosis pemberian yaitu; (1). 20g/tanaman; (2). 40 g/tanaman, dan (3). 60 g/tanaman. Hasil penelitian inimenujukkan bahwa formula dari bahan kompos enceng gondok ataukiambang 80% dengan zeolit dapat dijadikan bahan pembawa mikorizauntuk pupuk hayati lada perdu di lahan bekas tambang, dengan dosis 60g/tanaman.Kata Kunci : lada, tanaman air, mikoriza, lahan bekas tambangABSTRACTAvailable post-tin mining soil can be used as an alternative land forpepper cultivation in Bangka. The use of mined lands as the cultivation,requiring improvements, such as the addition of mycorrhizae. During thesemycorrhizal biofertilizer carriers using zeolite. Though available materialssuch as organic materials that can be developed as an alternative carriermycorrhizal inoculant. The research aims to obtain an alternative formulaof organic materials as a suitable carrier materials used in mycorrhizalpepper plants have been implemented. This study conducted in 2010-2011(2 years) in the laboratory and home paranet of Crops Research Institutefor Industrial Crops Spices and various land and farmers in the village ofKulur, Central Bangka regency. For carrier formulations mycorrhizal,experiments using a completely randomized design (CRD) with treatmentformulations carrier ie, 100% zeolite, 60% water hyacinth compost +40%zeolite, 80% water hyacinth compost +20% zeolite; 100% water hyacinthcompost, 60% salvinia + 40% zeolite, 80% salvinia compost +20% zeoliteand 100% salvinia compost. To test the dose and formulation of the carrieron the growth of mycorrhizal pepper shrubs on mined lands, prepared inSplit Plot design, as the main plot is a type of formula that is (1). controls100% zeolite, (2). 60% water hyacinth compost + 40% zeolite, (3). 80%water hyacinth compost + 20% zeolite, (4). 100% water hyacinth compost,(5). 60% + 40% compost kiambang zeolite, (6). 80% + 20% compostkiambang zeolite, and (7). 100% compost kiambang. As a subplot wasadministered dose that is: (1). 20 g / plant, (2). 40 g / plant, and (3). 60 g /plant.The results of this study showed that the formula of water hyacinthcompost or salvinia 80% of the zeolite can be used as a carrier material formycorrhiza biofertilizer bushy pepper on the post-tin mining soil, with adose of 60 g/plant.Keywords: plant water, mycorrhiza, post-tin mining soil
PENGARUH DOSIS MIKORIZA DAN PEMUPUKAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOPI ROBUSTA DI BAWAH TEGAKAN KELAPA PRODUKTIF FERRY, YULIUS; RUSLI, RUSLI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK
PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK DAN PERTUMBUHAN BENIH JAMBU METE Ferry, Yulius; Saefudin, Saefudin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang bertujuan mencari panjang entres yang tepat agar keberhasilan sambung pucuk benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) telah dilakukan di Kebun Percobaan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Tanah yang digunakan jenis laterit berbatu andesit, tipe iklim C dan ketinggian tempat 50 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan April 2010. Bahan yang digunakan bibit jambu mete jenis B 02 baik untuk batang bawah maupun batang atas (entres). Penyambungan dilakukan setelah bibit berumur 3 bulan dengan tinggi bibit sekitar 60 cm dan diameter batang bibit 0,6 cm. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok diulang tiga kali masing-masing terdiri dari 15 tanaman. Perlakuan yang diuji yaitu panjang entres 10, 15 dan 20 cm. Tanaman jambu mete ditanam dalam polybag dengan ukuran 15 x 25 cm. Parameter yang diamati meliputi diameter pangkal setek entres, warna pangkal setek entres, persentase keberhasilan sambung pucuk, pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang benih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang entres berpengaruh terhadap keberhasilan sambung pucuk jambu mete, panjang entres terbaik adalah 20 cm dengan keberhasilan penyambungan 78 %.Effect of scion length on the success rate of grafting and growth of seedlingsABSTRACTThe research was to obtain proper length of upper stem to the success rate of grafting and grwoth of the seedling cashew nut plants have been conducted in the Garden Experiments Cikampek, Karawang regency, West Java. Soil types was rocky laterite andesite, type C climate and altitude of 50 meters above sea level. The research was conducted in August 2009 until April 2010. While the materials used cashew seed type B 02 for both rootstock and to the upper stem. Grafting was done after 3 months old seedlings with seedlings about 60 cm high and 0.6 cm diameter stems of seedlings. Experiments prepared following the randomized block design was repeated three times that consisting of 10 plants. The treatments were tested namely long scion 10, 15 and 20 cm. Plants grew in polybags with size 15 x 25 cm. The indicators were observed covering the base of the cuttings scion diameter, cutting the base color of entres, the percentage of shoots continued success, increased plant height, leaf number and stem diameter of the seed.The results showed that the length of entres effect on continued success grafting  of seedling cashew. Scion length was 20 cm which gave the highest grafting success is as much as 78%.
Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Tanaman Sela terhadap Pertumbuhan Lada Perdu Serta Hasil Tanaman Sela Ferry, Yulius; Wardiana, Edi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penanaman tanaman sela di antara tanaman lada perdu merupakan salah satu strategi dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan usahatani. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Cahaya Negeri, Lampung Utara, mulai tahun 2010 sampai 2011. Tujuannya adalah memperoleh kombinasi jarak tanam lada perdu dengan jenis tanaman sela yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman lada sebagai tanaman pokok serta meningkatkan hasil dan pendapataan tanaman sela. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok pola faktorial dua faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jarak tanam lada (J) yang terdiri dari 4 taraf : (J1) 1 x 3 meter, (J2) 1 x 4 meter (J3) 2 x 3 meter, dan (J4) 2 x 4 meter. Faktor kedua adalah jenis tanaman sela (S) yang terdiri dari : (S1) tanaman kacang tanah, dan (S2) tanaman sela kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) jarak tanam lada perdu 1 x 3 m cukup sesuai untuk ditanami tanaman sela kacang tanah maupun kacang hijau karena dengan jarak tanam tersebut dapat mendukung bagi pertumbuhan vegetatif dan generatif lada serta dapat memaksimalkan hasil dan pendapatan tanaman sela, dan (2) penanaman tanaman sela kacang tanah dan kacang hijau di antara lada perdu sebaiknya dilakukan secara rotasi, kacang tanah ditanam pada fase vegetatif, sedangkan kacang hijau ditanam pada fase generatif tanaman lada.  Effect of Plant Spacing and Intercrops on The Growth of Pepper and Yield of IntercropsABSTRACT Growing of intercrops planted among of bushy pepper cultivation is one of strategies in optimizing agricultural resources utilization and increasing farmers’ income. The experiment was conducted at Cahaya Negeri Experimental Station, from 2010 until 2011. The experiment was aimed to investigate the compatibility of bushy pepper growing and the kind of intercrops to support the growth and increase in yield of the crop and additional income from the intercrops. The factorial design based randomized complete block with three replication was used in this study. The first factor was bushy pepper spacing (J) consisted of four levels : (J1) 1 m x 3 m, (J2) 1 m x 4 m, (J3) 2 m x 3 m, and (J4) 2 m x 4 m. The second factor was the kind of intercrops (S) consisted of two levels : (S1) Peanut and (S2) Mungbean. Result showed that : (1) The 1 m x 3 m of bushy pepper spacing is quite suitable for growing peanut or mungbean as intercrops based on vegetative and generative growth measures of bushy pepper and maximize in yields and additional income from the intercrops, and (2) peanut and mungbean were suggested to be intercrops in bushy pepper growing in rotation of cropping system, whereas peanut and mungbean should be planted within the vegetative and generative phases of bushy pepper, respectively.
PENENTUAN DOSIS PUPUK LADA PERDU BERDASARKAN POPULASI Ferry, Yulius
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemupukan pada tanaman lada perdu sering menggunakan dosis per individu yang sama dengan populasi tanaman/ha yang berbeda. Pemupukan seharusnya akan berbeda pada batas tertentu dari populasi tanaman, akibat persaingan dalam memanfaatkan sumber daya alam. Untuk mengetahui dosis pupuk yang tepat pada beberapa populasi lada perdu telah dilakukan penelitian mulai tahun 2010 sampai 2011 di KP Cahaya Negeri Lampung Utara. Penelitian disusun dalam rancangan petak terbagi, 12 perlakuan dan 3 ulangan. Petak pertama adalah perlakuan populasi tanaman lada/hektar yaitu 3.300, 2.500, 1.660 dan 1.250 tanaman/ha, dan anak petak adalah dosis pupuk lada perdu yaitu 300, 240, dan 180 g/tanaman/tahun NPKMg. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada populasi tanaman lada perdu 2.500-3.300 tanaman/ha dosis pupuk yang tepat adalah 180 g/tanaman/tahun pada fase pertumbuhan vegetatif dan 240 g/tanaman/tahun pada fase generatif. Pada populasi 1.250–1.660 tanaman/ha dosis pupuk yang tepat adalah 240 g/tanaman/tahun pada fase pertumbuhan vegetatif dan 300 g/tanaman/tahun pada fase generatif.DETERMINATION OF FERTILIZER DOSE OF BUSHY PEPPER BASED ON POPULATIONABSTRACTIt is often the use of individual plant basis is preferred rather than plant population in determination of fertilizer need for crop growing. In fact, there might some extent be difference under certain circumstances. Factors like type of plants, density, canopy structure and distribution of feeder roots of plants concerned may affect the affectivity and efficiency fertilizer application. To determine the appropriate dose of fertilization on bushy pepper, a research was established at Cahaya Negeri Research Station, North Lampung from 2010 to 2011. A split plot design with 12 treatments and 3 replications was used. The treatments tested were the bushy pepper population per hectare, namely: 1) 3.300 plants/ha, J2) 2.500 plants/ha, J3) 1.660 plants/ha, and J4) 1.250 plants/ha; and doses of fertilization: P1) 300 g/plant/year NPKMg; P2) 240 g/plant/year and NPKMg: P3) 180 g/plant/year NPKMg. The results showed that on population of bushy pepper 2.500-3.300 plants/ha, appropriate rates of fertilizer application were 180 and 240 g/plant/year, for vegetative and generative growth phases, respectively. While for plant population of 1.250-1.660 plants/ha, adequate fertilization were 240 and 300 g /plant/year, for vegetative and generative growth phases, respectively.
Analisis Pendapatan Petani Karet pada Sistem Peremajaan Bertahap Listyati, Dewi; Ferry, Yulius
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

peremajaan di perkebunan rakyat adalah terbatasnya modal petani dan kekhawatiran petani kehilangan pendapatan selama peremajaan. Penelitian bertujuan mendapatkan sistem peremajaan yang lebih murah dan efisien, serta menjamin kesinambungan pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan Januari 2012 – Juni 2014 di Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Penelitian dirancang menggunakan 8 sistem peremajaan, yaitu (1) 30%-30%-40% + jagung, (2) 30%-30%-40% + kacang tanah, (3) 50%-50% + jagung, (4) 50%-50% + kacang tanah, (5) 70%-30% + jagung, (6) 70%-30% + kacang tanah, (7) 100% + jagung, (8) 100% + kacang tanah. Data yang dikumpulkan meliputi penerimaan dari hasil penjualan lump tanaman karet tua, penjualan kayu tanaman karet yang ditebang, penjualan produksi tanaman sela selama dua kali musim tanam/tahun, biaya usaha tani dan pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan model peremajaan tebang 100% memberikan pendapatan yang terbesar pada umur karet TBM, namun memerlukan biaya tunai yang juga lebih besar. Jumlah pendapatan atas biaya tunai selama 3 tahun dari model peremajaan 100% antara Rp46.412.000,00 (R/C=3,83)–Rp55.080.000,00 (R/C=3,83). Berdasarkan nilai R/C yang diperoleh maka alternatif model peremajaan dipilih model peremajaan 70%-30% atau 50%-50%. Jumlah pendapatan biaya tunai yang diperoleh dari model peremajaan 70%-30% sebesar Rp45.035.000,00 (R/C=4,88)–Rp52.144.000,00 (R/C=4,87), sedangkan model peremajaan 50%-50%, sebesar Rp44.213.000,00 (R/C=5,07)–Rp50.944.000,00 (R/C=4,90). Pada peremajaan karet rakyat, peran tenaga kerja dalam keluarga sangat penting, selain mempercepat pekerjaan juga lebih hemat.Kata kunci: Hevea brasiliensis, peremajaan, tebang bertahap, pendapatan petaniRejuvenation is one of the efforts to increase the productivity of rubber tree (Hevea brasiliensis) that already old and damaged. The obstacle encountered during rejuvenation in smallholder rubber plantations is limited costs and losing of revenue. The objective of this study was to obtain the rejuvenation system which is cheaper and more efficient, as well as to ensure the continuity of farmers’ income. This research was carried out in Way Tuba District, Way Kanan Regency, Lampung from January 2012 – June 2014. The study was designed using eight rejuvenation systems, namely: (1) 30%-30%-40% + corn, (2) 30%-30%-40% + peanut, (3) 50%-50% + corn, (4) 50%-50% + peanut, (5) 70%-30% + corn, (6) 70%-30% + peanut, (7) 100% + corn, and 8) 100% + peanut. The collected data including revenue from lump of old rubber plant, revenue from timber, revenue from intercrops (two times during growing season/year), farming cost and farmers’ income. The results showed that the rejuvenation model at 100% of logging provide the highest revenue at immature rubber plantation, but require high cash costs. Total revenue for the cash costs for 3 years obtained from 100% rejuvenation model is IDR46,412,000.00–(R/C=3.83)–IDR55,080,000.00 (R/C=3.83). However, based on the R/C value, an alternative model of rejuvenation that can be selected are 70%-30% or 50%-50%. Total revenue at cash cost obtained from the rejuvenation model of 70%-30% is IDR45,035,000.00 (R/C=4.88)–IDR52,144,000.00 (R/C=4.87). Meanwhile, rejuvenation model of 50%-50% gives cash cost revenue of IDR44,213,000.00 (R/C=5.07)–IDR50,944,000.00 (R/C=4.90). The role of family member as a labour in the rejuvenation system is important to speed up the work, which would be more efficient.
Pengaruh Tanaman Sela terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet Muda pada Sistem Penebangan Bertahap Ferry, Yulius; Pranowo, Dibyo; Rusli, Rusli
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peremajaan bertahap pada perkebunan karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu alternatif model peremajaan yang dapat dilakukan petani secara mandiri. Persentase penebangan diduga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karet dan tanaman sela. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh jenis tanaman sela (jagung dan kacang tanah) terhadap pertumbuhan tanaman karet muda pada penebangan bertahap telah dilaksanakan di kebun karet rakyat di Way Kanan, Lampung Utara, mulai Januari sampai Desember 2012. Penelitian dirancang menurut rancangan petak terbagi. Sebagai petak utama adalah persentase penebangan yang terdiri dari (P1) 30%, (P2) 50%, (P3) 70%, dan (P4) 100%, sebagai anak petak adalah jenis tanaman sela, yaitu jagung dan kacang tanah. Ulangan 3 kali, ukuran petak 170 pohon, total percobaan 2.040 pohon. Hasil penelitian menunjukkan pada persentase penebangan 30%, 50%, dan 70%, tanaman sela jagung tidak berpengaruh terhadap diameter batang tanaman karet muda, tetapi apabila dengan tanaman sela kacang tanah maka diameter tanaman karet muda menjadi terhambat. Persentase penebangan 70% tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sela jagung maupun kacang tanah.Kata Kunci: Hevea brasiliensis , penebangan bertahap, jagung, kacang tanahThe gradual rejuvenation in rubber plantation (Hevea brasiliensis) is one alternative of rejuvenation model that able to be carried out by farmers. Hypotetically, the difference in logging percentage can effect on the growth of young rubber plant and intercrops. The objectives of this research was to investigate the effect of intercrops (corn and peanuts) on the growth of young rubber plant in gradual logging system. The research has been carried out in smallholders rubber plantation in Way Kanan, North Lampung, from January to December 2012. The study was designed by split plot design with 3 replications. The main plot are the logging percentage, (P1) 30%, (P2) 50%, (P3) 70%, and (P4) 100%, and the subplot are the kind of intercrops: corn and peanuts. The results showed that corn as intercrop in logging percentage of 30%, 50%, and 70% did not effect on the stem diameter of young rubber, but if peanut as intercrops can inhibit the growth of stem diameter of young rubber. The logging percentage of 70% did not effect on the growth and yield of corn and peanut as intercrops.