Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Iodium intake, history of breastfeeding, growth and development of toddler aged 13–23 months at Srumbung, Magelang Gloria Nirmayanty; Metty Metty; Untung S. Widodo
Ilmu Gizi Indonesia Vol 3, No 1 (2019): Agustus
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.307 KB) | DOI: 10.35842/ilgi.v3i1.129

Abstract

Background: The age of 0–2 years is the golden period because this is period of the fastest development of brain nerve. Breast milk contains iodine which is useful to maximize the process of growth and development of children. Iodine deficiency can also cause cretinism, usually occurring in endemic hyacinth areas such as at Srumbung. Objective: To determine the relationship between iodine intake and establishment of breastfeeding toward the growth and the development of toddler aged 13–23 months in three villages in Srumbung, Magelang City. Methods: This was survey study with cross sectional design. The study was conducted from April to May 2018 in Ngablak, Ngargosoko and Srumbung. The population were 110 toddler aged 13–23 months. Subjects were 86 children and were taken with proportional random sampling. Data of iodine intake, history of breastfeeding, and developmental were collected through interviews, while anthropometric data were obtained through direct measurement. Data were analyzed using Chi Sqare test with CI 95%. Results: The statistical analysis showed the maternal iodine intake and child growth had p =0,350, maternal iodine intake with child development had p=0,170, history of breastfeeding with child growth had p=0,130 and history of breastfeeding with child development had p=0.004. Conclusion: There was no relationship between maternal iodine intake and child growth, maternal iodine intake and child development, and history of breastfeeding and child growth. There was relationship between establishment of exclusive breastfeeding with development.
Indeks glikemik dan beban glikemik nasi jagung instan dengan penambahan tepung tempe sebagai alternatif makanan pokok pasien diabetes mellitus Inayah Inayah; Metty Metty; Yoca Aprilia
Ilmu Gizi Indonesia Vol 4, No 2 (2021): Februari
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/ilgi.v4i2.238

Abstract

Latar Belakang: Indeks glikemik (IG) dan beban glikemik (BG) digunakan untuk menjaga kadar glukosa darah pasien diabetes dalam batas normal. Faktor yang mempengaruhi IG antara lain kadar serat makanan. Jagung merupakan bahan makanan dengan kadar serat tinggi. Nasi jagung merupakan bahan makanan pokok pengganti beras. Nasi jagung instan sudah banyak beredar di pasaran namun belum memiliki kandungan gizi yang mencukupi, terutama protein. Penambahan tepung tempe merupakan cara menambah dan melengkapi kandungan gizi pada nasi jagung instan dengan indeks glikemik yang rendah. Tujuan: Menentukan nilai indeks glikemik (IG) dan beban glikemik (BG) pada nasi jagung instan dengan penambahan tepung tempe. Metode: Jenis penelitian merupakan penelitian quasy eksperimental dengan rancangan pre-test dan post-test one group design yaitu melihat potensi indeks glikemik pada nasi jagung instan dengan penambahan tepung tempe. Nasi jagung instan dengan penambahan tepung tempe adalah nasi jagung dengan penambahan tepung tempe yang menggunakan formulasi 80:20. Pengambilan sampel darah dilakukan pada delapan responden. Pengambilan spesimen darah dilakukan dengan membandingkan makanan standar dan makanan uji. Pengukuran kadar glukosa darah pada menit 0, 30, 60, 90, dan 120 menggunakan teknik finger-prick pada pembuluh kapiler. Hasil: Luas area di bawah kurva respon glukosa darah setelah mengkonsumsi makanan standar (16440) lebih tinggi dibanding dengan nasi jagung instan dengan penambahan tepung tempe (5220). Nasi jagung instan dengan penambahan tepung tempe mempunyai indeks glikemik 31,75 dan beban glikemik 17,08. Kesimpulan: Nasi jagung instan dengan penambahan tepung tempe mempunyai indeks glikemik yang rendah dan dapat digunakan sebagai alternatif makanan pokok bagi pasien diabetes mellitus.
Pemberdayaan PKK Untuk Peningkatan Ekonomi Keluarga Rr Dewi Ngaisyah; Andre Kussuma Adiputra; Metty Metty
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2019: 5. Pemberdayaan Kaum Perempuan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.937 KB) | DOI: 10.18196/ppm.25.476

Abstract

Latar belakang: Desa Kanigoro terletak di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul,Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah 2.515 Ha. Desa Kanigoro memiliki 10Padukuhan dan 44 Rukun Tetangga (RT) serta 10 Rukun Warga (RW). Jumlah pendudukDesa Kanigoro 6.760 orang dengan penduduk laki-laki sebanyak 3.352 orang dan pendudukperempuan sebanyak 3.408 orang. Mata pencaharian penduduk Desa Kanigoro sebagaianbesar adalah nelayan. Tujuan: Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya ikan untukdikembangkan menjadi home industri kuliner dengan cara pemberdayaan pada kelompokPKK Desa. Metode: Upaya yang sudah dilakukan untuk pengembangan pemanfaatan panganlokal ikan diantaranya melakukan pelatihan dan pendampingan kepada kelompok PKK Desasehingga mampu memproduksi dan memasarkan beberapa produk (abon, nugget, bakso, crispy,ikan asin dan kerupuk ikan). Selain itu membentuk sentra produksi aneka olahan ikan yangdikelola oleh kelompok PKK Desa. Hasil: Pengolahan ikan dapat menambah unggulan desakarena dari bulan kebulan penjualan produk mengalami tren peningkatan. Pengolahan ikanini menjadi nilai tambah Desa Kanigoro dalam meningkatkan perekonomian terutama dalampenyediaan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan keluarga. Simpulan: Pemberdayaankelompok PKK efektif meningkatkan konsumsi ikan dan ekonomi keluarga. Pengembangansentra produksi pengolahan ikan sebaiknya terus diupayakan dengan terus berinovasi padaupaya pemasarannya.
Implementasi uji validitas isi: Pengembangan kuesioner perubahan pola konsumsi minyak goreng pada rumah tangga Endri Yuliati; Siska Puspita Sari; Metty Metty
Ilmu Gizi Indonesia Vol 7, No 1 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/ilgi.v7i1.412

Abstract

Latar Belakang: Pada awal tahun 2022 terjadi kenaikan harga minyak goreng hampir dua kali lipat. Sementara itu, penggunaan minyak goreng tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-sehari masyarakat. Di sisi lain, terlalu banyak konsumsi makanan yang digoreng berdampak buruk bagi kesehatan. Saat ini belum tersedia kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur konsumsi minyak goreng pada rumah tangga yang telah dilakukan uji validitas isi atau konten. Uji validitas isi merupakan tahap awal dalam pengembangan kuesioner. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas isi dari kuesioner perubahan pola konsumsi minyak goreng rumah tangga. Metode: Penelitian termasuk jenis penelitian pengembangan yang dilakukan pada Juli – Oktober 2022. Kuesioner dimodifikasi dari beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan pola konsumsi bahan makanan. Validitas isi diuji oleh empat orang expert yang ahli dalam bidang ilmu perilaku, ilmu gizi, dan kesehatan masyarakat. Penilaian item kuesioner menggunakan empat skala, yaitu 1 (tidak relevan), 2 (kurang relevan), 3 (cukup relevan) dan 4 (sangat relevan). Hasil: Dari uji tahap pertama, diperoleh satu item pertanyaan yang tidak relevan sehingga didapatkan mean I-CVI (item-content validity)=0,96. Selanjutnya, dilakukan revisi kuesioner dan dilakukan uji expert tahap kedua. Hasilnya, semua item kuesioner dinilai relevan oleh semua expert (nilai 3 atau 4) atau mean I-CVI=1,00. Kesimpulan: Kuesioner ini sudah dapat digunakan untuk menguji perubahan pola konsumsi minyak goreng pada rumah tangga, tetapi sebaiknya dilakukan uji validitas konstruk terlebih dahulu kepada calon responden. Adanya data perubahan pola konsumsi minyak goreng yang valid diharapkan menjadi pertimbangan dalam menentukan kenaikan harga sebagai alternatif langkah untuk mengurangi konsumsi minyak goreng pada tingkat individu.