Diah Mulyawati Utari
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Hubungan Lingkar Pinggang Dan Rasio Lingkar Pinggang-Panggul (RLPP) Terhadap Kadar Gula Puasa pada Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Kharisma Persada Ilmi, Ayatun Fil; Utari, Diah Mulyawati
Journal of Nutrition College Vol 9, No 3 (2020): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v9i3.27658

Abstract

Latar Belakang : Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan naiknya kadar glukosa darah, baik disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin, resistensi terhadap insulin maupun karena keduanya. Seseorang dengan obesitas abdominal atau sentral dengan penimbunan lemak disekitar perut mempunyai asosiasi terhadap faktor risiko lebih tinggi terhadap DM. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dan RLPP dengan kadar glukosa darah puasa. Metode : Desain studi  dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan purposive sampling. Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini adalah bersedia dan menandatangani informed consent, saat pengambilan darah responden puasa tidak makan dan hanya minum air putih selama 8 jam, tidak menderita DM dan tidak sedang mengkonsumsi antidiabetik. Sampel penelitian berjumlah 69 mahasiswa yang berasal dari  Prodi S1 Kesehatan Masyarakat. Variabel  terdiri dari kadar gula darah puasa, lingkar pinggang, dan Rasio Linggar Pingang Panggul (RLPP). Data dianalisis dengan menggunakan Uji Chi Square dengan signifikasi (α) = 0,05. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31,9% mahasiswa dengan kategori kadar gula darah puasa yang tinggi (≥ 100 mg/dl), berdasarkan lingkar pinggang sebanyak 33,3% mahasiswa termasuk kategori obesitas, sedangkan berdasarkan RLPP sebanyak 46,4% persen mahasiswa termasuk kategori obesitas, serta. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang (p=0,459) dan RLPP (p=0,470) dengan kadar gula darah puasa. Simpulan Tidak ada hubungan yang signifikan  antara lingkar perut dan RLPP dengan kadar glukosa darah  pada mahasiswa Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Kharisma Persada. Dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan melibatkan variabel yang berbeda sehingga hasil penelitian berikutnya lebih luas.
Energy Intake was The Dominant Factor Associated with Wasting among Children Aged 6-23 Months in Pagedangan, Tangerang District Werdani, Aprilya Roza; Utari, Diah Mulyawati
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 16, No 2 (2020)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v16i2.23427

Abstract

Wasting yang diukur dengan indeks BB/PB atau BB/TB merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang ditandai dengan penurunan status gizi yang cepat dalam waktu singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan wasting pada anak usia 6-23 bulan di Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan menggunakan pengukuran antropometri dan wawancara kuesioner. Penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi wasting adalah 17,0%. Dari 153 anak usia 6-23 bulan, 7,8% memiliki berat lahir rendah, 44,4% memiliki riwayat penyakit infeksi, dan 32,0% mengalami deficit energi. Proporsi anak yang tidak mencapai minimum dietary diversity, minimum meal frequency, minimum acceptable diet adalah 43,1%, 15,7%, and 52,9%. Analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa riwayat penyakit infeksi (OR 2,930; 95% CI 1,173-7,323) dan asupan energi tidak adekuat (OR 5,785; 95% CI 1,269-26,382) memiliki hubungan signifikan dengan wasting. Asupan energi tidak adekuat merupakan faktor dominan wasting pada anak usia 6-23 bulan di Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
PERBEDAAN RATA-RATA LINGKAR PERUT, KONSUMSI KARBOHIDRAT, DAN NATRIUM LANSIA HIPERTENSI PRIMER STAGE 1 DENGAN STAGE 2 PUSKESMAS ARJUNO KOTA MALANG Agatha Derta Donira; Diah Mulyawati Utari
Jurnal Sehat Mandiri Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Sehat Mandiri, Volume 16, No.1 Juni 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.106 KB) | DOI: 10.33761/jsm.v16i1.372

Abstract

The risk factors for hypertension are abdominal obesity, carbohydrate and sodium intake. The purpose of this study to determine the average difference in abdominal circumference, carbohydrate, and sodium consumption in elderly patients with stage 1 primary hypertension and stage 2 in the Arjuno Public Health, Malang City. The research method used a cross sectional design, during November 2016. The sampling technique used purposive sampling, the inclusion criteria were aged >55 years and suffering from primary hypertension. Abdominal circumference was measured using metlin, carbohydrate and sodium consumption obtained from a 1x24 hour recall interview. Data analysis used independent t test and Mann Whitney. The results showed that there was a difference in the average sodium consumption of the elderly with stage 1 primary hypertension and stage 2 from a significant p-value (p=0,032). Meanwhile, abdominal circumference and carbohydrate intake did not show an average difference between the elderly with primary hypertension stage 1 and stage 2 (p=0,580; p=0,332).The results showed that there was no difference in the average abdominal circumference and carbohydrate consumption with the hypertension stage, but there was an average difference between sodium consumption in the elderly with primary hypertension stage 1 and stage 2. It is recommended to provide education to the elderly in the work area of ​​the Arjuno Health Center Malang City about a balanced nutritional diet, low in carbohydrates, and low in sodium to keep his blood pressure more stable. Further research to widen the age range towards a younger and increase the number of samples.
Konsumsi minuman berpemanis kemasan pada remaja Septi Lidya Sari; Diah Mulyawati Utari; Trini Sudiarti
Ilmu Gizi Indonesia Vol 5, No 1 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/ilgi.v5i1.253

Abstract

Latar Belakang: Minuman berpemanis kemasan merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi gula, namun rendah nilai gizi. Konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes melitus tipe II, dan penyakit kardiovaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan karakteristik individu dan penggunaan label informasi nilai gizi (ING) pada kalangan remaja. Metode: Desain studi yang digunakan, yaitu cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 167 siswa kelas X dan XI pada salah satu SMA swasta (SMAS) di Jakarta Timur. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) secara mandiri. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan pada sebagian besar responden (55,1%) tergolong tinggi (≥3 kali per hari). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan jenis kelamin (p=0,03) dan kemampuan membaca label ING (p=0,011). Kesimpulan: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan cenderung lebih tinggi pada responden laki-laki dan juga pada responden dengan kemampuan membaca label ING rendah.
Status Gizi Balita Berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure Nurani Rahmadini; Trini Sudiarti; Diah Mulyawati Utari
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 7. No. 12 Juli 2013
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.421 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v7i12.327

Abstract

Upaya menurunkan prevalensi kurang gizi pemerintah membuat program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Cakupan Kadarzi Kota Depok tahun 2011 rendah (12,7%) dan prevalensi gizi kurang, pendek, kurus berturut-turut 7,89%, 7%, 4,75%. Penelitian bertujuan mengetahui faktor dominan terhadap status gizi balita 6 - 59 bulan berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Penelitian menggunakan data sekunder hasil survei Kadarzi 2011. Survei dilakukan di sebelas kecamatan Kota Depok menggunakan desain cross sectional. Sampel sebanyak 1.176 keluarga yang memiliki balita termuda umur 6 _ 59 bulan. Variabel yang diteliti adalah status gizi balita, perilaku Kadarzi, status Kadarzi, karakteristik balita, dan karakteristik keluarga. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita gagal tumbuh 31%. Terdapat dua variabel yang memberikan pengaruh status gizi balita secara bersama-sama yaitu penimbangan balita (nilai p = 0,003) dan pendidikan ibu (nilai p = 0,034). Uji regresi logistik ganda menunjukkan penimbangan balita sebagai faktor dominan terhadap status gizi balita. Balita yang ditimbang tidak teratur berisiko 1,5 kali mengalami gagal tumbuh dibandingkan yang ditimbang teratur. Indeks CIAF berguna untuk mengetahui prevalensi gizi kurang secara keseluruhan dan penanggulangannya. Diperlukan penyuluhan dan promosi yang lebih aktif kepada masyarakat mengenai pentingnya pemantauan pertumbuhan balita melalui posyandu dan melakukan pembinaan kader posyandu dalam pemantauan status pertumbuhan anak sebagai deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan.Effort to reduce malnutrition governments make Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Kadarzi in Depok 2011 still low (12,7%) and the prevalence of underweight, stunting, wasting are respectively 7,89%, 7%, 4,75%. This study aimed to determine the dominant factor for nutritional status of children based on Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Research using secondary data survey Kadarzi 2011. The survey was conducted using a cross sectional study in 11 districts. Samples of 1,176 families who have children youngest aged 6 - 59 months. The variables studied were the nutritional status, Kadarzi behaviors, Kadarzi status, children characteristics, and family characteristics. Results showed prevalence of growth faltering (31%). There are two variables that influence nutritional status, child’s weighing (p value = 0,003) and mother’s education (p value = 0,034). Multiple logistic regression analysis show child’s weighing as a dominant factor to the nutritional status of children. Children who are weighed not regularly are more risky 1,5 to get growth faltering then children who are weighed regularly. CIAF is useful to determine prevalence of undernutrition clearly and its solution. Counseling and promotion about child’s growth monitoring are required as early detection of growth faltering.
PREDICTION OF LOW BIRTH WEIGHT BASED ON MATERNAL THIRD TRIMESTER WEIGHT AMONG MOTHERS AT A MATERNAL CLINIC IN JAKARTA, INDONESIA Kusharisupeni Djokosujono; Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Diah Mulyawati Utari; Isna Aulia Fajarini
Media Gizi Indonesia Vol. 16 No. 2 (2021): JURNAL MEDIA GIZI INDONESIA (National Nutrition Journal)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgi.v16i2.106-110

Abstract

The occurrence of low birth weight (LBW) can be reduced by optimizing gestational weight gain. However, the gestational weight cannot be monitored properly as there are a lot of mothers who receive Antenatal Care (ANC) less than four times as recommended by WHO. Therefore, this study aimed to determine whether early third trimester gestational weight could predict the incidence of LBW among newborns. A cross-sectional study was conducted using secondary data from Anny Rahardjo Maternity Clinic’s registry. A total of 278 eligible data of pregnant mothers who visited the clinic in 2017–2018 was chosen as study subjects. The mean for weight of birth was 3112.77 ± 384.40 g and early third trimester was 63.52 ± 11.07 kg. The prevalence of LBW was 3.2%. Early third trimester weight was found as the dominant factor of LBW after controlling the length of gestation. Early third trimester weight is signifi cantly correlated with LBW (p < 0.001). The optimum cutoff point was 59.8 kg with AUC = 0.68 (CI 95% = 0.52 – 0.83), sensitivity 67%, specifi city 63%, positive predictive value 5.66%, and negative predictive value 98.2%. The early third trimester weight is able to predict LBW with optimal cutoff value 59.8 kg.
PERAN EDUKASI GIZI TERHADAP ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN INDEKS MASSA TUBUH PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) Yudhi Adrianto; Diah Mulyawati Utari; Fitri Hudayani; Triyani Kresnawan
JURNAL RISET GIZI Vol 9, No 1 (2021): Mei (2021)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jrg.v9i1.6670

Abstract

Background: Nutrition are the essential factor to maintain body weight, body mass index and food intake in CAPD patients. Dialysis could increase nutrients lost and had to be replaced by adequate intake. Nutrition education should be needed to increase patient’s knowledge, food intake and body mass index.Objectives: To determine the role of nutrition education towards energy-protein intake and body mass index in patient with continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)Method: A cross-sectional study design with total sampling technique to obtains thirthy CAPD outpatient at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Energy and protein intake were assessed by 3-days-food records (weekday and weekend). Nutritional status were obtained with BMI by dry body weight. Data were analyzed with independent t-test.Results: Most of subject are male outpatients, 25 – 55 years old (76.7%), had hypertension (83.3%) and normal BMI (50%). Most of subject had been undergoing peritoneal dialysis more than a year (67%), and had less than two times education per year. Energy intake were categorized as sufficient (80%) but protein intake were categorized as insufficient. There were no differences between frequency of nutrition education with energy-protein intake and nutritional status (p0.05)Conclusion: There are no differences between energy-protein intake and nutritional status with the frequency of nutrition education. Nutritional education by nutritionist and/or dietitian according to the recommendations help to maintain normal body mass index.
FAKTOR DOMINAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI (STUDI PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS INDONESIA) Ayatun Fil Ilmi; Diah Mulyawati Utari
Media Gizi Mikro Indonesia Vol 10 No 1 (2018): Media Gizi Mikro Indonesia Desember 2018
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.623 KB) | DOI: 10.22435/mgmi.v10i1.1062

Abstract

Latar belakang. Premenstrual syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi, yang dialami wanita pada 7-14 hari sebelum mentruasi akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus ovulasi. Gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, dan nyeri perut. PMS pada remaja putri dapat mengganggu aktivitas dan konsentrasi belajar. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome pada mahasiswi Universitas Indonesia. Metode. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan consecutive sampling technique. Sampel penelitian berjumlah 130 mahasiswi yang berasal dari S1 reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Departemen Arsitek Fakultas Teknik angkatan 2015/2016. Variabel yang diteliti terdiri dari gejala premenstrual syndrome, tingkat stres, aktivitas fisik, asupan gizi mikro (piridoksin, vitamin D, kalsium dan magnesium), pola tidur, dan status gizi. Hasil. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 36,9 persen mahasiswi mengalami gejala PMS sedang hingga berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres (p=0,001), asupan piridoksin (p=0,003), asupan magnesium (p=0,044), pola tidur (p=0,006) dengan gejala premenstrual syndrome. Faktor yang paling dominan mempengaruhi gejala PMS adalah pola tidur (OR=3,580). Mahasiswi dengan pola tidur yang buruk berisiko mengalami premenstrual syndrome 3,580 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki pola tidur yang baik. Kesimpulan. Disarankan pihak kampus dapat memberikan promosi kesehatan yang berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome, pentingnya pola tidur yang baik dan cukup, pengendalian stres, dan pentingnya asupan gizi mikro.
Faktor Dominan Kejadian Obesitas pada Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Agama Pusat Tahun 2018 Rahmi Nurmadinisia; Engkus Kusdinar Achmad; Kusharisupeni Kusharisupeni; Diah Mulyawati Utari
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 9 No 02 (2020): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (654.866 KB) | DOI: 10.33221/jikm.v9i02.497

Abstract

Obesitas merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular yang merupakan faktor risiko utama timbulnya kematian global di dunia. Salah satu pekerjaan yang paling berisiko mengalami obesitas adalah pegawai negeri sipil (PNS) dikarenakan umumnya PNS memiliki pola kerja sedentary. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor dominan kejadian obesitas pada pegawai negeri sipil Unit Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Pusat. Penelitian ini menggunakan design cross sectional. Populasi penelitian ini sebesar 394 orang dengan jumlah sampel 100 PNS. Data yang didapat merupakan data primer yang terdiri dari aktifitas fisik, tingkat stress, karakteristik responden (usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan), riwayat genetik dan durasi tidur yang diperoleh berdasarkan pengisian kuesioner. Selain itu, juga terdapat data asupan makan menggunakan metode recall 2x24 jam. Metode yang digunakan survey analitik dan analisis multivariat uji regresi logitik ganda. Hasil penelitian mendapatkan bahwa aktifitas fisik, durasi tidur dan asupan kabohidrat memiliki hubungan yang signifikan pada kejadian obesitas. Faktor aktifitas fisik menjadi faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada PNS (p= 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya yang efektif untuk menurunkan risiko terjadinya obesitas pada responden adalah melakukan aktifitas fisik secara rutin sehingga dibutuhkan keterlibatan Kementerian Agama untuk melakukan upaya peningkatan aktifitas fisik pada pegawai.
Analysis Of Status KEK Pregnant Mother Towards Weight Low Body Event (LBW) In Manggari Puskesmas Kuningan District, 2019 Usep Rusependhi; Diah Mulyawati Utari
SANITAS: Jurnal Teknologi dan Seni Kesehatan Vol 11 No 1 (2020): SANITAS Volume 11 Nomor 1 Tahun 2020
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36525/sanitas.2020.6

Abstract

Babies born at LBW (Low Body Event) are at risk of disrupting the growth and development of the baby, as well as the occurrence of hypertension, heart disease and diabetes in old age. One of the factors causing LBW is the condition of CED (Chronic Energy Deficiency) experienced by mothers during pregnancy. The highest prevalence of LBW in Kuningan Regency in 2018 is in the working area of the Manggari Community Health Center, which is 11.8% with the prevalence of pregnant women CED 10.1%. The purpose of this study was to determine the relationship of maternal CED status during pregnancy with LBW events. The study design uses case control from cohort registers of pregnant women. The total sample of the study were 114 infants, consisting of 38 cases and 76 controls who met the inclusion and exclusion criteria. The results of the statistical analysis of the Chi-Square test, obtained p value = 0.002 and OR = 4.317 (95% CI: 1.776-10.495) which means that there is a significant relationship between the status of CED during pregnancy with LBW events, where pregnant women CED risk 4.317 times higher for LBW delivery compared to pregnant women who are not CED. The conclusion of this study is that there is a relationship between the status of CED of mothers during pregnancy with the incidence of LBW.