Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Penurunan Tingkat Nyeri Saat Menstruasi Melalui Latihan Abdominal Stretching Salbiah Salbiah
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Ilmu Keperawatan (JIK) Volume III No.1. Januari - Juni
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.144 KB)

Abstract

AbstrakKesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian di kalangan remaja. Perubahan palingawal muncul yaitu perkembangan secara biologis dimana mulainya remaja mengalami menstruasi. Permasalahanmenstruasi yang sering terjadi pada remaja putri yaitu nyeri haid/ dismenore. Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para remaja sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas belajar dan menurunnya kualitas hidup remaja.Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas latihan abdominal stretching terhadap tingkat nyeri saat menstruasi pada remaja putri.Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen dalam satu kelompok (one group pre test-post test design). Total sampel adalah sebanyak 56 responden. Hasil penelitian skala nyeri sebelum perlakuan (pre) yang paling banyak ditemui pada skala nyeri 4-6 atau berada pada kategori nyeri sedang yaitu sebanyak 37 responden dengan persentase 66,1%. Skala nyeri setelah perlakuan (post) yang paling banyak ditemui pada skala nyeri 1-3 atau berada pada kategori nyeri ringan yaitu sebanyak 50 responden dengan persentase 89,3%. Berdasarkan uji statistik t test berpasangan didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan setelah melakukan latihan abdominal stretching dalam mengurangi skala nyeri dismenore pada mahasiswi Akademi keperawatan Tjoet Nya’ Dhien Banda Aceh. Disarankan untuk mengaplikasikan latihan abdominal stretching dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada remaja yang mengalami dismenore.Kata kunci: Dismenore, latihan abdominal stretching, remaja,tingkat nyeriAbstractReproduction health is important matter among the adolescents. The early alteration is signed the presence of biological changes, menstruation. Common problem during menstruation is menstruation pain/ dismenore. Dismenore brings great affect to female adolescents, such distraction on learning activities until the decline on a girl’s livingquality. The research aim is to find out the effectiveness of Abdominal Stretching Exercise toward the female adolescent Menstruation Pain Level. This is a quasi experiment in one group (one group pre test – post test design). The total sum respondent is 56 respondents. The preliminary research (Pre treatment) shows that the major pain respondents were on 4-6 pain scale or medium pain scale with 37 respondents or 66.1 %. Meanwhile the major respondents after treatment, 50 respondents or 89.3 % said that their pain level is on 1-3 or in low scale. Based on paired t test score, it was foundthat there was significant difference before and after treatment. It is good advice to apply abdominal stretching in giving comprehensive nursery service to girls with dismenore.Key words: Dismenore, abdominal stretching exercise, adolescents, pain level
GAMBARAN KEBERSIHAN TANGAN DAN KUKU DENGAN INFEKSI ENTEROBIASIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN salbiah salbiah
Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist) Vol. 11 No. 2 (2016): Jurnal Ilmiah PANNMED Periode September-Desember 2016
Publisher : Poltekkes Kemenkes Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.456 KB) | DOI: 10.36911/pannmed.v11i2.78

Abstract

Enterobius vermicularis adalah Nematoda usus yang sering dijumpai pada anak-anak, penyakitnya disebut Enterobiasis. Penularannya dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama. Keadaan higiene perorangan yang kurang akan meningkatkan prevalensi infeksi kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Higiene Tangan Dan Kuku dan Infeksi Enterobiasis Pada Siswa SDN 060818 Jalan M. Nawi Harahap Kecamatan Medan Kota. Metode yang digunakan adalah Metode survey deskriptif dengantekhnik anal swab. Populasi penelitian adalah sebanyak 125 siswa. Sampel penelitian berdasarkan rumus sebanyak 40 siswa. Pengumpulan data diambil dari kuesioner dan pemeriksaan swab. Pengolahan data dilakukan secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Hasil wawancara melalui kuesioner ditemukan 21 siswa (52,5%) yang higiene perorangannya dalam kategori baik dan 19 siswa (47,5%) yang higiene perorangannya buruk. Pemeriksaan telur cacing atau cacing dilaboratorium didapatkan sebanyak 16 siswa (40%) yang positif terinfeksi Enterobius Vermicularis dan 24 siswa (60%) yang negatif. Berdasarkan jenis kelamin siswa, siswa laki-laki yang terinfeksiyaitu sebanyak 11 siswa (27,5%), dan siswa perempuan sebanyak 5 siswa (12,5%) yang terinfeksi Enterobius vermicularis. Berdasarkan kelas yang positif terinfeksi E.Vermicularis, kelas I 4 siswa (10%), kelas II 6 siswa (15%), kelas III 2 siswa (5%), kelas IV 3 siswa (7,5%), kelas V 1 siswa (2,5%)..
PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SISWI MADRASAH TSANAWIYAH HIFZIL QUR’AN MEDAN Salbiah Salbiah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 5 No 2 (2018): Maret
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.816 KB) | DOI: 10.32668/jitek.v5i2.4

Abstract

Pediculosis Capitis is an infestation Pediculus humanus var. capitis or commonly known ashead lice on human hair and scalp. The disease had become endemic around the world, bothin developed and developing countries, with most of infestation occurring in school-agechildren. The study aims to know the relationship between behavior with incidence ofPediculosis Capitis on Madrasah Tsanwiyah Hifzil Qur’an Medan students. Type of studyused is analytic study with cross sectional design. Samples amounted to 71 respondents.Sample were drawn by simple random sampling method. Data obtained by way of fillingquestionnaire and hair examination directly. Data then analyzed with chi-square test. Theresult showed that from 71 respondents, 57 respondents (80,3%) had Pediculosis Capitis.The result also showed that there are no relationship between knowledge and attitude withincidence of Pediculosis Capitis (p-value = 0,757 and 0,309). There are relationship betweenaction with incidence of Pediculosis Capitis with p-value = 0,005. The high prevalence ofPediculosis Capitis in these Madrasah Tsanwiyah Hifzil Qur’an Medan students needs to getmore serious treatment. Recomended for students to pay more attention to the things that canhelp spread the Pediculosis Capitis.
THE DIFFERENCES IN FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS IN DM PATIENTS TYPE-2 WITH AND WITHOUT HYPERTENSION IN PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH DISTRICT CENTRAL JAKARTA Heru Setiawan; Salbiah Salbiah
Jurnal Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Ikatan Fisioterapi Indonesia cabang kota bekasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.644 KB)

Abstract

1. IntroductionDiabetes Mellitus (DM) is a chronic condition that occurs when blood glucose levels increase because the body cannot produce the hormone insulin or use insulin effectively. Lack of insulin or the inability of cells to respond to insulin causes high blood glucose levels or hyperglycemia, which is a hallmark of diabetes. Hyperglycemia, if left unchecked for a long time can cause damage to various organs of the body, leading to life-threatening health complications such as cardiovascular disease, neuropathy, nephropathy and eye disease, leading to retinopathy and blindness. However, if diabetes is managed properly, complications can be prevented. There are three main types of diabetes, type 1 diabetes, type 2 diabetes and gestational diabetes or during pregnancy (Saeedi et al., 2019)The International Diabetes Federation (IDF) predicts an increase in the number of people with diabetes from 10.0 million in 2015 to 16.2 million in 2040. With 10.0 million people with diabetes mellitus, Indonesia ranks 7th in the world (Raphaeli, 2017). The World Health Organization (WHO) predicts an increase in the number of people with diabetes in Indonesia from 8.4 million in 2000 to around 21.3 million in 2030. This report shows an increase in the number of people with diabetes by 2-3 times in 2035. Meanwhile The International Diabetes Federation (IDF) predicts an increase in the number of people with diabetes in Indonesia from 9.1 million in 2014 to 14.1 million in 2035 (PERKENI, 2015).Patients with hyperglycemia are often accompanied by metabolic syndromes such as hypertension, dyslipidemia, obesity, endothelial dysfunction and prothrombotic factors, all of which will trigger and exacerbate cardiovascular complications. Prolonged hyperglycemia can form advanced glycation end products (AGEs). These AGEs can damage the inner walls of blood vessels and cause an inflammatory reaction that results in the formation of plaques or plates that make blood vessels hard, stiff, and thickened, causing blockage of blood vessels. Excess insulin levels cause increased sodium retention by the renal tubules which can cause hypertension. Hypertension in DM increases mortality and plays a role in the mechanism of coronary heart disease, peripheral vascular disorders, cerebral vascular disorders and the occurrence of kidney failure (Raphaeli, 2017). Hypertension (HT) is the leading cause of death and disability worldwide. Cardiovascular disease plays a major role in the morbidity and mortality of DM patients. Basically, hypertension is a major risk factor for cardiovascular disease, and its prevalence is increasing in DM. Therefore, the detection and management of high blood pressure is an important component of comprehensive clinical management in diabetics (Cryer et al., 2016).Uncontrolled blood sugar levels in the body can cause various complications in type 2 diabetics, one of the complications that often occurs is macroangiopathy, namely complications in large blood vessels that affect changes in blood pressure. Based on the results of previous studies, it is known that the results showed normal blood sugar levels as many as 41 respondents (54.7%) and normal blood pressure as many as 42 respondents (56%). The results of the Spearman Rank test show that there is a significant correlation between blood sugar levels and blood pressure in the elderly with type 2 diabetes. There is a relationship between blood sugar levels and blood pressure. Controlled blood sugar levels can maintain blood pressure in the normal range, thereby preventing the occurrence of hypertension. Normal blood sugar levels indicate that the patient has good DM management (Setiyorini et al., 2018).Based on the 2018 Basic Health Research, the prevalence of hypertension from the measurement results in the population aged 18 years was 34.1%, the highest was in South Kalimantan (44.1%), while the lowest was in Papua (22.2%). The estimated number of hypertension cases in Indonesia is 63,309,620 people, while the death rate in Indonesia due to hypertension is 427,218 deaths (Riskesdas, 2018). Based on data from the DKI Jakarta health profile in 2018 that the highest number of hypertension sufferers is in South Jakarta with 67,738 people receiving health services and the second highest is in the East Jakarta area of ​​65,025 people, while in Central Jakarta, 50,506 people receive health services. , with 17,570 people taking blood pressure measurements. The percentage of hypertension sufferers who receive health services is the highest in the Central Jakarta Region (71%) and the lowest in South Jakarta (0.3%) (DKI Health Office, 2018). Based on data from the DKI Jakarta health profile in 2019 that (69.23%) DKI Jakarta residents have used Puskesmas as health service facilities in addition to hospitals and other private health clinics. This is increasing with the passage of the National Health Insurance (JKN) program which facilitates and provides health service facilities for the public for civil servants and non-civil servants as well as high, middle and low social levels. The Cempaka Putih District Health Center is one of the health centers in the Central Jakarta area with the number of hypertension sufferers in 2020 of 7,793 people (Pusdatin PKC Cempaka Putih, 2020).1.1 Research Methods and ResultsThis study collects secondary data using patient medical records at the Non-Communicable Diseases Polyclinic at the Cempaka Putih District Health Center with an analytic cross-sectional study design.The sample in this study were two groups of patient data. The sample size was determined using the hypothesis test formula for the difference in the mean of 2 independent populations: Type equation here.n_1=n_2=2[(Z_+Z_β )S/((X_1-X_2 ) )] ^2〗n_1=n_2=2[(1,960+1,642)10.6/(179,7-168,1)] ^2〗=29,2 Pada penelitian ini peneliti membagi sampel menjadi dua kategori, yaitu DM tipe-2 dengan hipertensi sejumlah 30 sampel dan DM tipe-2 tanpa hipertensi sejumlah 30 sampel. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sample yaitu dengan yaitu dengan mengambil data kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien yang diukur dan diperiksa di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 60 data dari Sistem Informasi Penyakit tidak menular hasil pemeriksaan glukosa darah Puasa dan pemeriksaan tekanan darah pada periode tahun 2020 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat. Table 1 Hasil Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah dengan dan tanpa hipertensi Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Kadar Glukosa Darah Normal Hiperglikemia 18 42 30 70 Jumlah 60 100 Tabel 2 Hasil Distribusi Frekuensi Penderita DM Tipe-2 Berdasarkan jenis Kelamin Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 21 39 35 65 Jumlah 60 100 Tabel 3 Distribusi Rata-rata Kadar Glukosa Darah dengan dan Tanpa Hipertensi. KGD dengan Hipertensi KGD Tanpa Hipertensi Mean 186,6 169,5 SD 56,71 77,43 Berdasarkan tabel 3 terlihat adanya selisih/ perbedaan nilai rata-rata kadar glukosa darah dengan dan tanpa hipertensi = 17,1 dan selisih nilai SD = 20,72. Untuk uji beda rata-ratanya digunakan uji Mann Whitney, karena datanya tidak terdistribusi normal dan hasil dapat dilihat pada table 4. Tabel 4 Hasil uji Mann Whitney pada variabel pada Kadar Glukosa Darah Dengan dan tanpa Hipertensi Nilai p Keputusan uji KGD dengan Hipertensi Tanpa Hipertensi 0,080 H0 diterima Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji Mann Whitney (Non Parametrik) dengan α 0,05 didapatkan nilai Sig. (2-tailed) 0,080 sehingga dapat diputuskan bahwa H0 diterima artinya, pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara hasil glukosa darah dengan dan tanpa hipertensi. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk merespon insulin menyebabkan kadar glukosa darah tinggi atau hiperglikemia. Jika hiperglikemia dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, mengarah pada penonaktifan dan komplikasi kesehatan yang mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan penyakit mata yang menyebabkan retinopati dan kebutaan. Akan tetapi, Jika manajemen diabetes dilakukan dengan baik maka komplikasi dapat dicegah. Kadar insulin berlebih menimbulkan peningkatan retensi natrium oleh tubulus ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi pada DM meningkatkan mortalitas serta berperan dalam mekanisme terjadinya penyakit jantung koroner, gangguan pembuluh darah perifer, gangguan pembuluh darah serebral dan terjadinya gagal ginjal (Raphaeli, 2017). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama atau persisten dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal atau gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan menyebabkan stroke apabila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2019). Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolic (Raphaeli, 2017). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 18 orang (30%) responden yang mempunyai kadar gula darah yang normal. Responden yang memiliki kadar gula darah yang hiperglikemia sebanyak 42 orang (70%). Pada penelitian ini didapatkan presentase kadar glukosa darah yang hiperglikemia lebih banyak, yang mengindikasikan bahwa responden masih belum mampu melakukan upaya yang tepat dalam mengendalikan kadar gula darahnya. Pada penelitian ini menunjukan bahwa presentase kadar glukosa darah yang mengalami hiperglikemia lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian Mutmainah (2013) dimana kasus DM lebih banyak terdapat pada perempuan dibanding laki-laki, hal ini kemungkinan karena faktor obesitas. Jumlah lemak pada perempuan sekitar 20-25% dari berat badan (BB) total lebih tinggi dari laki-laki dewasa yang berkisar antara 15-20% dari BB total, sehingga faktor resiko terjadinya diabetes pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Mutmainah, 2013) Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan antara kadar glukosa darah dengan dan tanpa hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Raphaeli, (2017) yang menunjukkan bahwa pengendalian kadar glukosa darah dipengaruhi oleh diet, aktifitas fisik, kepatuhan minum obat dan pengetahuan. DM dalam menjalankan pengendalian kadar gula darah dengan baik adalah mengatur diet setiap penderita sesuai dengan prinsip 3J yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Salah satu manfaat yang diperoleh penderita DM dalam pengaturan makanan adalah dapat meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang normal menunjukkan bahwa pasien memiliki manajemen DM yang baik (Raphaeli, 2017) Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan setyorini,et.all hasilnya terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan tekanan darah. Kadar gula darah yang terkontrol dapat mempertahankan tekanan darah dalam range normal, sehingga mencegah terjadinya hipertensi. Kadar glukosa yang normal mengindikasikan bahwa pasien memiliki manajemen DM yang baik. Pengendalian kadar glukosa darah yang tepat akan dapat mengendalikan tekanan darah pasien karena keberadaan penyakit penyerta DM tipe-2 merupakan salah satu faktor risiko terhadap kejadian hipertensi yang tidak terkendali. Resistensi insulin dan hiperinsulinemia pada penderita DM diyakini dapat meningkatkan resistensi vaskular perifer dan kontraktilitas otot polos vaskular melalui respon berlebihan terhadap norepinefrin dan angiotensin II. Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan tekanan darah melalui mekanisme umpan balik fisiologis maupun sistem Renin- Angiotensin-Aldosteron. Kondisi hiperglikemia pada penderita DM juga menginduksi over ekspresi fibronektin dan kolagen IV yang memicu disfungsi endotel serta penebalan membran basal glomerulus yang berdampak pada penyakit ginjal (Setiyorini et.all., 2018). 1.1.1 Kesimpulan dan Saran.  Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kadar glukosa darah pasien DM Tipe-2 dengan dan tanpa hipertensi maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Sebagian besar kadar glukosa darah pasien DM tipe-2 dalam keadaan tinggi yaitu 42 pasien (70%) . Pasien DM Tipe-2 terbanyak adalah perempuan yaitu 39 pasien (65%) dengan kadar glukosa darah yang tinggi dijumpai pada perempuan. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada pasien Hipertensi adalah sebesar 186,7 mg/dL dengan standar deviasi sebesar 56,7 Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada pasien tanpa hipertensi adalah sebesar 169,53 mg/dL dengan nilai SD 77,435. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kadar glukosa darah pasien DM Tipe-2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi. Berdasarkan simpulan penelitian, saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut. Bagi peneliti selanjutnya dapat dilakukan penelitian lanjutan yang menggunakan data primer dengan metode dan alat yang tervalidasi sehingga dapat memberikan hasil yang berbeda dari penelitian ini. Bagi pasien DM untuk tetap mengontrol dan mengatur pola makan dan aktivitas agar kadar insulin dan tekanan darah tetap berada dalam batas normal untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah selama menjalani masa terapi pengobatan untuk mencegah komplikasi penyakit lain.
Peran Guru BK dalam Menghadapi Siswa yang Memiliki Kesulitan dalam Mengekspresikan Kompetensi Dirinya Fitri Syahramadani Danti Harahap; Apri Yunita Br Sitepu; Salbiah Salbiah; Gusman Lesmana
JURNAL EDUKASI NONFORMAL Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Edukasi Nonformal
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam proses pembelajaran di sekolah baik guru maupun siswa, pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa mengharapkan guru dapat mengajar dengan baik, sehingga mereka memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, masih banyak siswa yang tidak memperoleh hasil yang memuaskan. Kesulitan dalam belajar siswa merupakan suatu gejala yang selalu dihadapi oleh guru, karena guru bertanggung jawab untuk mengatasinya, kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana siswa kurang mampu menghadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Ini terjadi karena kemampuan siswa untuk melakukan tugas yang tidak seimbang dengan tuntunan pembelajaran. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi dan rendah, bahkan ada pula siswa yang gagal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kenyataan ini, menunjukkan bahwa masih banyak guru yang menghadapi sejumlah hambatan dalam proses pembelajaran di kelas.