Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Sintesis dan karakterisasi minyak kelapa sawit untuk agensia peminyakan pada penyamakan kulit Emiliana Kasmudjiastuti; Gresy Griyanitasari; Dona Rahmawati; Sugihartono Sugihartono
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 34, No 1 (2018): Majalah Kulit, Karet dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.392 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v34i1.3893

Abstract

Fungsi minyak pada proses peminyakan kulit untuk menjaga agar serat kulit tetap terpisah selama proses pengeringan dan untuk mengurangi gaya gesekan dalam tenunan serat, sehingga kulit menjadi fleksibel. Tujuan penelitian untuk mensintesis minyak kelapa sawit menjadi minyak sulfat melalui proses sulfatasi dan karakterisasi minyak kelapa sawit dan minyak sulfat yang dihasilkan dari proses sulfatasi. Metode yang dilakukan meliputi sintesis minyak kelapa sawit menggunakan 25% H2SO4 selama 3 jam, suhu <20ºC, kecepatan 300 rpm. Hasil karakterisasi minyak kelapa sawit menunjukkan angka Iodin 49,95 mg I2/minyak; asam lemak bebas 0,05%; kadar air 0,18%; angka peroksida 16,23 mg/kg; angka asam 0,19 mg KOH/gr. Asam lemak jenuh yang dominan adalah metil palmitat dan metil butirat, sedangkan asam lemak tidak jenuh yang dominan cis-9-oleic methyl ester dan metil linoleat. Minyak sulfat yang dihasilkan mempunyai kadar air 6,47%; pH 8; kadar minyak 81,28%; total alkalinitas 0,25%, angka penyabunan 192,74%; kadar abu 2,77% dan kadar SO3 terikat 7,68%. Hasil uji kekuatan tarik kulit tersamak adalah 286,50 kg/cm2 dan kemuluran 63,33%.Kata kunci: minyak kelapa sawit, asam sulfat, sulfonasi, minyak sulfat, peminyakan.
Aplikasi minyak sulfat dari minyak kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) sebagai fatliquoring Emiliana Kasmudjiastuti; Rihastiwi Setiya Murti; Tiyastiti Suraya; Sugihartono Sugihartono
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 35, No 2 (2019): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20543/mkkp.v35i2.5632

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah H2SO4 dan waktu sulfatasi terhadap kualitas kulit tersamak. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit curah (tidak bermerek) dan bahan lain seperti H2SO4, NaCl, dan NaOH. Variabel yang diamati meliputi variasi jumlah H2SO4 dan waktu sulfatasi pada pembuatan minyak sulfat. Pengujian dilakukan terhadap minyak sulfat yang dihasilkan dan kulit jadi hasil aplikasi minyak sulfat pada kulit. Pengujian minyak sulfat meliputi uji kimia: kadar air, pH, kadar minyak, total alkalinitas, angka penyabunan, kadar abu, angka Iodine dan kadar SO3 terikat. Pengujian kulit meliputi pengamatan kulit hasil aplikasi minyak secara visual, uji fisis dan kimia (meliputi ketebalan, kekuatan sobek, kekuatan tarik, kemuluran, dan kadar minyak) dan uji SEM-EDX. Semua minyak sulfat hasil penelitian dapat diaplikasikan pada kulit dengan jumlah minyak 8% dan tidak timbul bercak-bercak lemak (fatty spew) pada permukaan kulit. Minyak sulfat yang optimal adalah minyak sulfat dengan jumlah H2SO4 sebesar 12,5% dan waktu sulfatasi 4 jam. Secara kimia minyak sulfat (12,5 – 4) memenuhi persyaratan IS: 6357-1971, spesifikasi minyak sulfat untuk kulit dengan nilai kadar air 5,16%; kadar abu 2,17%; total alkalinitas 0,79%; kadar lemak 88,42 %; pH 6,60; kadar SO3 terikat 6,49%. Jumlah H2SO4 (10 dan 12,5%) dan waktu sulfatasi (0, 1, 2, 3, dan 4 jam) berpengaruh terhadap kualitas kulit tersamak. Aplikasi 8% minyak sulfat (12,5 – 4) pada kulit merupakan perlakuan yang optimal dan memenuhi persyaratan SNI 0253:2009 Kulit bagian atas alas kaki – kulit kambing (BSN, 2009). Kualitas kulit tersamak yang dihasilkan yaitu dengan nilai kekuatan sobek 15,60 N/cm ; kekuatan tarik 16,77 N/mm2; kemuluran 48,36% dan kadar minyak 7,57% dan secara visual kulit hasil aplikasi minyak sulfat (12,5 – 4) tidak nampak adanya fatty spew.
Pemanfaatan trimming kulit pikel sebagai flokulan melalui hidrolisis kolagen menggunakan basa untuk penjernihan air Sugihartono Sugihartono; Sri Sutyasmi; Prayitno Prayitno
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol 31, No 1 (2015): Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Publisher : Center for Leather, Rubber, and Plastic Ministry of Industry, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.021 KB) | DOI: 10.20543/mkkp.v31i1.221

Abstract

Wastes in the form of skin derivatives from leather tanning industries remain serious problems if not managed properly and quickly, since they can cause environmental pollution. This research aimed at studying the influence of base type and concentration for the hydrolysis of trimmed collagen from pickled sheepskin to the yield and properties of gelatin, as well as the gelatin’s potential as flocculant. The hydrolysis of trimmed collagen from pickled sheepskin was performed using KOH or NaOH solution, each with varied concentrations of 1, 2, 3, and 4% w/v, for 16 hours. The extraction of the resulting gelatin was performed using water (2.5 water part : 1 waste part), at 70-80 oC, for 3 hours. The results show that the yield of gelatin from hydrolysis using KOH (16.50-28.60%) is lower than that using NaOH (23.68-34.42%). The water and fat contents of the resulting gelatin were relatively similar, while the protein content from KOH treatment was higher than that from NaOH treatment. Hydrolysis with KOH 1% and NaOH 1% and 2% resulted in gelatin that can be used as flocculant. Hydrolysis with NaOH 2% was the best treatment to produce gelatin as flocculant.Keywords: pickled sheepskin, trimming waste, hydrolysis, gelatin,  flocculant.ABSTRAKLimbah berupa kulit turunan dari industri penyamakan kulit masih menjadi masalah serius apabila tidak ditangani secara tepat dan cepat, karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis dan konsentrasi basa untuk hidrolisis kolagen hasil trimming kulit domba pikel terhadap rendemen dan sifat gelatin serta kemampuannya sebagai flokulan. Hidrolisis kolagen hasil trimming kulit domba pikel dilakukan dengan menggunakan larutan KOH dan NaOH, dengan konsentrasi berturut-turut 1, 2, 3, dan 4% b/v selama 16 jam. Ekstraksi gelatin dilakukan dengan menggunakan air (2,5 bagian air : 1 bagian kulit) pada suhu 70 – 80 oC, selama 3 jam. Hasil penelitian menunjukkan rendemen gelatin hasil hidrolisis menggunakan KOH adalah sebesar 16,5 - 28,60%, lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan NaOH, yaitu sebesar 23,68 - 34,42%. Kandungan air dan lemak gelatin relatif sama, sedangkan kandungan protein hasil perlakuan KOH lebih tinggi dari pada NaOH. Sebaliknya, kandungan abu dan pH perlakuan KOH lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan NaOH. Hidrolisis dengan KOH 1% dan NaOH 1% serta 2% menghasilkan gelatin yang dapat berfungsi sebagai flokulan. Hidrolisis menggunakan NaOH 2% merupakan perlakuan terbaik untuk menghasilkan gelatin sebagai flokulan.Kata kunci: kulit domba pikel, limbah trimming, hidrolisis, gelatin, flokulan.
PERANCANGAN DAN FABRIKASI PENYERAP GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PATCH SEGI ENAM BERBASIS SURFACE TEXTURED Levy Olivia Nur; Achmad Munir; Sugihartono Sugihartono; Adit Kurniawan
TEKTRIKA Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/tektrika.v1i1.245

Abstract

Teknologi surface textured yang merupakan salah satu teknik untuk pengembangan penyerap gelombang elektromagnetik telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dekade terakhir ini. Pada aplikasi penyerap, teknologi ini mampu mengurangi ketebalan material sehingga memungkinkan realisasi material yang lebih tipis. Secara prinsip, teknik ini menggunakan lapisan AMC (artificial magnetic conductor) yang mempunyai high impedance surface. Untuk mendapatkan tingkat penyerapan yang tinggi yang dapat bekerja pada frekuensi penyerapan yang diinginkan, metal patch dari penyerap tersebut dibuat dengan bentuk tertentu. Pada penelitian ini, dilakukan investigasi bentuk patch segi enam sama sisi yang dicetak di atas substrat dielektrik FR4 Epoxy dengan ketebalan 3,2 mm. Ukuran substrat dielektrik sel satuan yang didapatkan untuk bentuk segi enam 30 mm × 26,5 mm, sedangkan lebar sisi patch yang diperoleh 14 mm. Selanjutnya untuk mendapatkan tingkat penyerapan yang baik dilakukan penambahan elemen resistif pada patch. Nilai resistor yang perlu ditambahkan pada patch saat perancangan adalah 514 : dengan tingkat penyerapan pada frekuensi kerjanya sebesar 47 dB. Pengukuran telah dilakukan dengan menggunakan alat bantu PPW simulator. Kemudian dilakukan proses pemisahan karakteristik penyerap dari alat pengukurannya. Penambahan resistor sebesar 487 : memberikan pengaruh karakteristik penyerapan hingga 34 dB lebih baik sekitar 7 dB pada frekuensi resonansi 2,78 GHz bila dibandingkan dengan pengukuran tanpa R. Kata Kunci: AMC, penyerap, karakterisasi, patch, surface textured, sel satuan
Pengaruh Penambahan Rumput Laut Pada Pengolahan Kaldu Instan Ikan dan Udang Titiek Pujilestari; Sugihartono Sugihartono
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 7 No 13 Juni 2013
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10172.854 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v7i13.1528

Abstract

It has been an instant broth processing research be conducted semi-wet and dry of fish kite (Decapterus sp) and fires shrimp (Mefnpeizneus moizoceros Pabr), thickeners used dry seaweed (Eucheuma sp) soaked three hours  of 0.25 and 0.5 parts by weight fish/shrimp and water by five (5) sections. Addition of seaweed as much as 0.25 parts by weight of the broth has been able to deliver instant results that the organoleptic relative to the addition of 0.5 parts. Broth is more soluble instant semi-wet/pasta and mixed evenly in boiling water, while the dry form (sheet) with a thickness of 2-3 mm with an area of 6 cm2 take time for 4-5 minutes to dissolve in boiling water. Material thickener (seaweed) had no effect on protein and fat content, but the significant effect on the moisture content of instant broth of fish and shrimp. Water content of the semi-wet  broth decreased at 4 weeks of storage, but of the dry/sheet broth is increases. Bacteria E. Coli did not grow up in an instant broth of fish/shrimp semi-wet/paste and dry/sheet storage up to 4 (four) weeks, but there was growth of mold/mildew and other types of microbes. 
Asap Cair sebagai Bahan Pengawet Pangan Sugihartono Sugihartono
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 3 No 5 Juni 2009
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.033 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v3i6.1419

Abstract

There are some shocking fact that found in food, such as wet noodle, meat balls,  tofu, chicken  meat,  fish and    cracker products  contain  a  very dangerous ingredient which is formaldehyde and borax.  To replace this dangerous ingredient we can use wood vinegar. Phenol and organic acid is an ingredient in wood vinegar that can acts as anti bacterial or bacteriostatic. The combination of these can work effectively against microbe growth. Phenol compound also have a great antioxidant activities. It's    much practical and hygiene when using wood vinegar as a food preservetive., in smoke process we can control taste, color and odor of the product, much quickly than the traditional ways. This preservative also decrease carcinogenic contain in preserving food. Its can avoid tar compound deposit and polysiclic aromatic hydrocarbon compound can be decrease until two order.
Aplikasi Pendayagunaan Asam In-Situ pada Kulit Pikel Terbuang untuk Pembuatan Gelatin Pangan Sugihartono Sugihartono
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 9 No 2 Desember 2015
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11458.486 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v9i2.1717

Abstract

Skinswaste at pre-tanning operations can be processed into food grade gelatin. The degradation of collagen using acid, base, or enzymes produced gelatin. Pickle skins is skins that acidified, the results of the final phase of the pre-tanning operations. The addition of salt on the skin makes the skins pickle not swollen, produced a wide space between collagen fibers and collagen can not be degraded. Thereby directly extract pickle skins or waste will not be obtained gelatin.This study discussed the processing of food gelatin type A pickle skins through the utilization of waste acid it contains. The discussion includes the components of animal skins, pre-tanning waste, acidification of skins, processing gelatin and gelatin from skins picklewaste and usefulness for the food industry. Salt hydrate collagen fibers in the skin pickle including waste can be separated by washing, to a certain extent still acidic skins waste. The remaining acid on the skins pickle waste can be utilized to hydrolyze collagen into gelatin. The resulting gelatin is gelatin type A, that can be used for food industry.ABSTRAKKulit limbah pada operasi pra-penyamakan dapat diolah menjadi gelatin pangan. Pemecahan kolagen menggunakan asam, basa, atau enzim dihasilkan gelatin. Kulit pikel merupakan kulit yang diasamkan, hasil dari tahap akhir operasi pra-penyamakan. Penambahan garam pada kulit pikel menjadikan kulit tidak bengkak, menghasilkan ruang lebar diantara serat kolagen dan menjadikan kolagen tidak dapat terdegradasi. Hal ini berarti ekstrak secara langsung kulit pikel atau limbahnya tidak akan diperoleh gelatin. Dalam kajian ini dibahas pengolahan gelatin pangan tipe A dari kulit pikel limbah melalui pendayagunaan asam yang dikandungnya. Bahasan mencakup komponen kulit hewan, limbah pra-penyamakan, pengasaman kulit, pengolahan gelatin, dan pengolahan gelatin dari kulit pikel limbah melalui pendayagunaan asam yang dikandungnya serta kegunaannya untuk industri pangan. Garam yang menghidrasi serat kolagen pada kulit pikel termasuk limbahnya dapat dipisahkan dengan cara pencucian, sampai batas tertentu kulit limbah masih bersifat asam. Asam yang tersisa pada kulit pikel limbah tersebut dapat didayagunakan untuk menghidrolisis kolagen menjadi gelatin. Gelatin yang dihasilkan adalah gelatin tipe A, dapat digunakan untuk keperluan industri pangan. Kata kunci : Kulit pikel limbah, gelatin, pengasaman, pangan.
Kemampuan Gelatin Kulit Ikan Menggantikan Gelatin Mamalia Berdasarkan Sifat Fisika-Kimianya untuk Industri Pangan Sugihartono Sugihartono
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 8 No 16 Desember 2014
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11816.686 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v8i16.1631

Abstract

The major source  of gelatin in the world is derived from pigskin, bovine hide and also  pigs and cattle bone, of which 29,4% from bovine hides, 46% from pigskin, 23,1% from bones, and 1,5 % from others. Fish gelatin is one of the  alternative sources of food gelatine, which can be accepted for various religious groups such as muslims, jews and hindus. The yield of gelatin from fish skin are varies, depending on the species and its processing method, able to match and even exceed the yield of mammalian gelatin. Physico-chemical properties of fish gelatin varies among species. Protein content of fish gelatin is lower than mammalian gelatin. The number of amino acids of fish gelatin and mammalian gelatin were similar, but defferent composition  especially for glisine, proline and arginine. Fish gelatin melting point is lower than mammalian gelatin, some types of which has a gel strength and viscosity  are able to match and even exceed the mammalian gelatine. Specifically of fish gelatine could replace the role of the mammalian gelatin as food gelatine, after considering suitability innate characteristic of fish gelatin for food product,ABSTRAKSumber Utama gelatin dunia berasal dari kulit dan tulang sapi serta babi; dimana  dari kulit sapi (29,4%), kulit babi (46%), tulang (23,1%), dan sisanya dari bahan lain (1,5%). Gelatin dari kulit ikan merupakan salah satu sumber alternatif gelatin pangan, yang dapat diterima oleh berbagai kelompok religi, seperti muslim, jews dan hindu. Rendemen gelatin kulit ikan bervariasi, tergantung spesies dan cara pengolahannya,  mampu menyamai dan bahkan melebihi rendemen gelatin mamalia. Sifat fisik-kimia gelatin ikan bervariasi diantara species ikan. Kandungan  proteinnya lebih rendah dibanding protein gelatin mamalia.  Jenis asam amino penyusun gelatin ikan mirip dengan gelatin mamalia, namun komposisinya berbeda terutama kandungan glisine, proline dan arginin. Titik leleh gelatin ikan lebih rendah, beberapa jenis diantaranya memiliki kekuatan gel dan viskositas yang mampu menyamai dan bahkan melebihi gelatin mamalia.  Secara spesifik gelatin ikan mampu menggantikan peran  gelatin mamalia  sebagai gelatin pangan setelah mempertimbangkan karakteristik innate dari gelatin ikan dengan kesesuaian produk pangan. Kata kunci : gelatin, ikan, mamalia, pangan