AbstrakKondisi produktivitas nilam di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini diduga disebabkan oleh rendahnya penggunaan benih unggul serta kendala ketersediaan benih yang tepat waktu, jumlah bibit yang seragam dan bebas penyakit, serta masih rendahnya mutu genetik tanaman. Sehingga perlu dilakukan upaya perbanyakan maupun peningkatan mutu genetik dengan aplikasi teknologiin vitro. Percobaan I: Pertumbuhan eksplan nilam pada komposisi sitokinin yang berbeda secara in Vitro (Rancangan Acak Lengkap pola faktorial), faktor pertama (jenis ekplan : mata tunas, pucuk, dan daun), sedangkan faktor kedua (0 mg/l sitokinin; 0,5 mg/l BAP; 1,0 mg/l BAP; 0,5 mg/l Zeatin; dan 1,0 mg/l Zeatin). Percobaan II: Multiplikasi stek mikro nilam secara in vitro (Rancangan Acak Lengkap). Percobaan III: Respon stekmikro terhadap inokulasi Azotobacter sp. pada tahap aklimatisasi (Rancangan Acak Kelompok) terdiri dari lima perlakuan (tanpa inokulasi, 1 ml, 2 ml dan 3 ml Azotobacter sp.). Hasil Percobaan I menunjukkan tidak terdapat interaksi antara jenis eksplan dengan jenis dan konsentrasi sitokinin. Penggunaan eksplan pucuk menghasilkan rata-rata jumlah tunas, pertambahan jumlah daun serta rata-rata bobot segar eksplan lebih baik serta penambahan 0,5 mg/l BAP pertambahan jumlah daun dan rata-rata bobot segar eksplan nilam lebih baik pada 8 MST. Percobaan II menunjukkan bahwa penggunaan 0,01 mg/l NAA dan 1 mg/l BAP merupakan perlakuan yang terbaik untuk multiplikasi tunas nilam pada peubah jumlah tunas dan jumlah daun. Percobaan III menunjukkan inokulasi Azotobacter sp. dengan dosis 3 ml memberikan rata-rata pertambahan jumlah daun, jumlah akar dan panjang tanaman relatif lebih baik.Kata kunci : Aklimatisasi, Azotobacter, Cytokinin, Eksplan, Nilam, Regenerasi