Darkam Musaddad
Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Ozonisasi dan Kemasan untuk Mereduksi Residu Pestisida dan Mempertahankan Karakteristik Kesegaran Cabai Merah dalam Penyimpanan Ali Asgar; Darkam Musaddad; Rahmat Sutarya
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n2.2017.p241-252

Abstract

(The Effect of Ozone and Packaging in Storage for Decreasing in Pesticide Residue and Keeping the Freshness of Red Chili Characteristic)Pestisida merupakan suatu substansi bahan kimia dan material lain (mikrob, virus, dan lain-lain) yang tujuan penggunaannya untuk mengontrol atau mengendalikan hama/penyakit yang menyerang tanaman, bagian tanaman, dan produk pertanian, membasmi rumput/gulma, mengatur dan menstimulasi pertumbuhan tanaman/bagian tanaman, namun bukan penyubur. Hampir semua sampel yang diuji positif mengandung residu pestisida walaupun kadarnya di bawah ambang batas yang diizinkan. Penelitian bertujuan (1) mengetahui pengaruh ozonisasi terhadap karakteristik kesegaran cabai merah dan reduksi residu pestisida selama penyimpanan pada suhu kamar dan (2) mengetahui pengaruh suhu dan jenis pengemas terhadap kualitas cabai merah vatietas Tit Segitiga selama penyimpanan. Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2013 di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. Penelitian pendahuluan dilakukan terhadap konsentrasi gas ozon yang terdiri atas (1) 0,0 ppm (kontrol tanpa perendaman), (2) 0,0 ppm (perendaman dalam air tanpa ozon), (3) 0,2 ppm, (4) 0,4 ppm, (5) 0,6 ppm, (6) 0,8 ppm, dan (7) 1 ppm. Penelitian utama dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok pola petak terpisah dengan dua ulangan. Sebagai petak utama, yaitu suhu terdiri atas (1) 5°C, (2) 10°C, (3) 15°C, dan (4) suhu kamar. Sebagai anak petak, yaitu pengemas terdiri atas (1) polipropilen (PP 0,03 mm), (2) polietilen (PE 0,03 mm), (3) wrapping plastic, dan (4) kontrol (tanpa pengemas). Hasil pendahuluan menunjukkan bahwa kesegaran dan penampakan cabai merah dengan perlakuan larutan ozon 0,4 ppm merupakan perlakuan terbaik dan disukai panelis. Dengan perlakuan larutan ozon 0,4 ppm, cabai merah mempunyai residu pestisida profenofos 1,1504 ppm (terjadi penurunan 35,9073%), klorfirifos 0,1519 ppm (terjadi penurunan 23,2441%), TPC (jumlah total mikrob) 31,25 x 105 cfu/ml, susut bobot 15,50%, kadar air 85,53%, warna (nilai L*) 30,52. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik selama penyimpanan minggu keempat, yaitu suhu penyimpanan 5ºC dengan macam kemasan polietilen (PE) dan wrapping plastic.KeywordsCabai merah; Ozon; Pengemasan; PendinginanAbstractPesticide is a chemical substance and other materials (microbes, viruses, etc.) which are intended to control pests or diseases that attack plants, plant parts and agricultural products, eradicate the grass/weeds, regulate and stimulate plant growth or parts of the plant, but not the fertilizer. Almost all of the samples that tested positive for pesticide residues even though the levels were below the allowed threshold. Research aims were (1) to determine the effect of ozonation on the characteristics of red chili freshness and reduction of pesticide residues during storage at room temperature and (2) to determine the effect of temperature and packaging on the quality of red chili during storage. The study was conducted from January–December 2013 at The Research Institute of Vegetable. Preliminary research conducted on the concentration of ozone which consists of (1) 0.0 ppm (control without soaking), (2) 0.0 ppm (immersion in water without ozone), (3) 0.2 ppm, (4) 0.4 ppm , (5) 0.6 ppm, (6) 0.8 ppm, and (7) 1 ppm. Primary research conducted using randomized block split plot with repeated patterns as much as two times. Temperature as the main plot which consists of (1) 5° C, (2) 10° C, (3) 15° C, and (4) room temperature. The subplot is packaging which consists of (1) polypropylene (PP 0.03 mm, (2) polyethyelene (PE 0.03 mm), (3) wrapping plastic, and (4) control (without packaging). Preliminary results show that the freshness and appearance of red chili with 0.4 ppm ozone treatment was the best treatment and preferred by panelists. Treatment with a solution of 0.4 ppm ozone, the red chili have pesticide residue of profenofos 1.1504 ppm (decrease as much as 35,9073%), 0.1519 ppm klorfirifos (decrease as much as 23,2441%), TPC (total number of microbes) 31.25 x 105 cfu/ml, 15.50% weight loss, levels of 85.53% water content, color (L* value) 30.52. The main research results showed that the best treatment for 4 weeks of storage is the storage temperature of 5 º C with wide packaging polyethylene (PE) and wrapping plastic.
Karakterisasi dan Keragaan Pertumbuhan Tiga Klon Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Lokal (Characterization and Growth Performance of Three Clone of Local Hot Pepper) Agustina Erlinda Marpaung; Susilawati Barus; Darkam Musaddad
Jurnal Hortikultura Vol 29, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v29n1.2019.p33-44

Abstract

Cabai merah merupakan komoditas sayuran utama yang memiliki nilai permintaan tinggi di masyarakat Indonesia sehingga ketersediaannya harus terus dilakukan termasuk upaya peningkatan produksi. Penggunaan varietas unggul spesifik lokasi memberi kontribusi cukup besar terhadap peningkatan produksi sayuran secara nasional. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan keragaan pertumbuhan tiga varietas cabai merah lokal spesifik lokasi termasuk melihat keunggulannya dibandingkan dengan cabai merah varietas lainnya yang sudah beredar di pasar. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Berastagi, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl dan jenis tanah Andisol. Kegiatan dilakukan sejak bulan Juni 2015 sampai dengan Maret 2016. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan lima kali ulangan. Kegiatan yang dilakukan meliputi karakterisasi dan keragaan pertumbuhan tanaman tiga cabai merah calon varietas lokal (Batang Ungu, Batang Ungu-Hijau, Batang Hijau) dan pembanding (Kencana dan Rampati). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga cabai merah varietas lokal memiliki perbedaan pada umur masa pertumbuhan. Pertumbuhan vegetatif cabai merah Batang Ungu dan Batang Ungu-Hijau berlangsung sampai umur 9 bulan setelah tanam, sedangkan cabai merah Batang Hijau hanya sampai umur 7 BST. Penampilan secara visual tanaman cabai merah Batang Ungu, Batang Ungu-Hijau, dan Rampati lebih tinggi, sedangkan cabai merah Batang Hijau lebih rendah namun diameter kanopi lebih lebar, sedangkan cabai merah Kencana lebih sempit. Waktu mulai berproduksi cabai merah Batang Ungu dan Batang Ungu-Hijau 1 bulan lebih lama dibandingkan cabai merah lainnya. Hasil per tanaman secara umum menunjukkan bahwa cabai merah Batang Ungu lebih tinggi dibandingkan dengan batang Ungu-Hijau, Batang Hijau, Rampati, dan Kencana, di mana total hasil per tanaman secara berurutan masing-masing adalah 1.183,15 g; 1.036,56 g; 700,55 g; 809,88 g ,dan 365,12 g. Hasil uji preferensi terhadap tanaman cabai merah di lapangan memperlihatkan bahwa cabai merah Batang Ungu dan Batang Ungu-Hijau memiliki tampilan keseluruhan dan bentuk/warna daun yang sangat bagus, sedangkan untuk kriteria tinggi tanaman, luas kanopi/tajuk, dan jumlah cabang tergolong bagus. Cabai merah Batang Hijau untuk setiap kriteria tergolong baik. Hasil uji preferensi terhadap buah cabai merah memperlihatkan bahwa cabai merah Batang Ungu, Batang Ungu-Hijau, Batang Hijau, dan varietas Kencana tergolong baik dilihat dari tampilan keseluruhan, yaitu ukuran, warna, bentuk, dan tekstur kulit buah.KeywordsCapsicum annum L.; Karakterisasi; Pertumbuhan; Hasil; Spesifik lokasiAbstractHot pepper is the main vegetable crops that have the highest demand value in Indonesian society, so that their availability should be continue to be made, including efforts to increase production. Using the best varieties specific location is giving a substantial contribution to the improvement of the national vegetable production. The research aims to identify characterize and performance of the growth of three varieties of local hot pepper specific locations including recognition its superiority compared to other varieties of hot pepper that have been released and are available in the market. The research conducted at Berastagi experimental farm, District Dolat Rayat, Karo, North Sumatera, with a height of 1,340 m above sea level (asl.) and the type of soil is Andisol, the activities conducted in June 2015 until March 2016. The design used was a randomized block design, consist of six treatments with five replications. The activities conducted on characterization and growth performance of three hot pepper plant local varieties (Purple Stems, Purple-Green Stems, Green Stem) and plant comparison (Rampati and Kencana). The result showed that three hot pepper local varieties differ in the age of infancy. Hot pepper vegetative growth of Purple Stems and Purple-Green Stems lasted until 9 month after planting (MAP), while the hot pepper Green Stem, growth only until the age of 7 MAP. Visual performance of hot pepper with Purple Stem, Purple-Green Stems, and Rampati variety have higher growth, the hot pepper Green Stems lower but the canopy diameter is wider, while the Kencana variety is narrower. The hot pepper Stems Purple And Purple-Green Stems harvest beginning one month longer than another. Generally, yielding per plant of hot pepper Purple Stem higher than the Purple-Green Stems, Green Stem, Rampati, and Kencana, where the total yield of each was 1,183.15 g; 1,036.56 g; 700.55 g; 809.88 g; and 365.12 g. The result of the preference for hot pepper plants in the field shows that hot pepper Stems Purple and Purple-Green Stems have the all performance and shape/color of the leaves is very good, while the criteria for plant height, diameter canopy, and the number of branches is quite good. Hot pepper Green Stem for each criterion is quite good. The result of the preference for hot peppers shows that hot pepper Stem Purple, Purple-Green Stems, Green Stems, and Kencana varieties quite good views from the overall appearance, size, color, shape, and texture of the skin of the fruit.
Sistem Tanam Tumpang Sari Cabai Merah dengan Kentang, Bawang Merah, dan Buncis Tegak (Technical Assessment of Hot Pepper Intercropping System with Potato, Shallot, and Beans) Bina Beru Karo; Agustina Erlinda Marpaung; Darkam Musaddad
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n2.2018.p219-228

Abstract

Pola tanam tumpang sari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sekaligus meningkatkan pendapatan, melalui usaha penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai permintaan yang tinggi di masyarakat Indonesia, demikian juga dengan tanaman kentang, bawang merah, dan buncis. Penelitian bertujuan untuk mengkaji efisiensi penggunaan lahan sistem tanam monokultur dan tumpang sari dengan kentang, bawang merah, dan buncis tegak. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl dan jenis tanah Andisol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Desember 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas enam perlakuan dengan empat ulangan. Perlakuan yang diuji adalah : (a) sistem tanam tumpang sari cabai merah + (kentang + bawang merah); (b) sistem tanam tumpang sari cabai merah + buncis tegak; (c) sistem tanam tumpang sari cabai merah + kentang; (d) sistem tanam tumpang sari cabai merah + bawang merah, (e) sistem tanam tumpang sari cabai merah + (buncis tegak + bawang merah); dan (f) sistem tanam cabai monokultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman tumpang sari cabai merah tidak berbeda nyata dengan monokultur. Sistem tanam monokultur lebih tinggi dari tumpang sari, yaitu 21,53 kg/20 m2. Nilai kesetaraan lahan pola tanam tumpang sari cabai merah lebih besar dari 1 dan yang tertinggi adalah tumpang sari cabai merah dengan buncis tegak, yaitu 1,48. Tumpang sari cabai merah dengan bawang merah dan buncis menghasilkan keuntungan bersih yang lebih tinggi dari pola tanam monokultur dan tumpang sari lainnya, yaitu Rp191.408,00/20m2. Usahatani tumpang sari cabai dengan kentang dan bawang merah merupakan usahatani yang paling menguntungkan terutama apabila dibandingkan dengan monokultur.KeywordsCapsicum annum L; Tumpang sari; Solanum tuberosum L.; Allium cepa L; Phaseolus vulgaris LAbstractIntercropping system is one way to improve the efficiency of land use through the efforts of the planting of crops on the land and the same time. Hot pepper is a vegetable commodity that has value in high demand in Indonesian society, so we need to research that aims to assess the efficiency of land use with monoculture and intercropping system hot pepper with beans, potatoes and shallot. The study was conducted in Berastagi Experimental Garden with less altitude of 1,340 m above sea level and type of soil Andisol. The research was conducted from June to December 2015. The design used was a randomized block design (RAK) nonfactorial with four replications. The treatments tested were: (a) intercropping system hot pepper + (potato + shallot); (b) intercropping system hot pepper + beans; (c) intercropping system hot pepper + potato; (d) intercropping system hot pepper + shallot; (e) intercropping system hot pepper + (beans + shallot);( f) monoculture. The results showed that: Hot pepper intercropping plant vegetative growth was not significantly different with monoculture. Generative growth of hot pepper intercropping is significant different than monocultures, where the monoculture of hot pepper produce higher yields 21.53 kg / 20 m2. Land equivalent ratio of hot pepper intercropping system is greater than one and the highest intercropping hot pepper with beans, 1.48. Hot pepper intercropping with shallot produce a higher net profit than monoculture and another intercropping, Rp191 408,00 / 20m2. Intercropping hot pepper with potato and shallot is the most profitable farming, especially when compared to monoculture.
Laju Perubahan Mutu Kubis Bunga Diolah Minimal pada Berbagai Pengemasan dan Suhu Penyimpanan Darkam Musaddad; I S Setiasih; R Kastaman
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n2.2013.p184-194

Abstract

Pengolahan minimal merupakan salah satu invensi teknologi penting dalam mengatasi dinamika sosial konsumen yang dalam memenuhi kebutuhannya menginginkan kecepatan, kemudahan, dan keamanan. Namun demikian, luka akibat pengolahan minimal dapat mempercepat penurunan mutu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengemasan terhadap perubahan mutu kubis bunga diolah minimal (KBDM) selama penyimpanan pada berbagai suhu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Pascapanen, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang mulai dari Bulan Januari sampai Juni 2012. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok pola split plot diulang tiga kali dengan suhu penyimpanan sebagai petak utama, terdiri atas empat taraf yaitu 0, 5, dan 10 oC dengan RH 90±2%, serta suhu kamar dengan RH 80 ± 5% dan teknik pengemasan sebagai anak petak terdiri atas empat taraf (tanpa bungkus, dibungkus stretch film, dibungkus PE 0,03, dan dibungkus PE 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pengemasan menggunakan pembungkus terbukti meningkatkan hasil guna pendinginan dalam mempertahankan mutu KBDM. Pada penyimpanan suhu dingin, kemasan dengan pembungkus PE 0,05 menunjukkan laju penurunan mutu paling lambat, sedangkan pada penyimpanan suhu kamar, tingkat penurunan mutu KBDM paling lambat ditunjukkan oleh kemasan dengan pembungkus stretch film. Hasil penelitian ini memberikan informasi teknologi penanganan segar sayuran diolah minimal, sehingga dapat disimpan lebih lama.
Perubahan Atribut Mutu dan Umur Simpan Beberapa Jenis Cabai Pada Berbagai Kemasan dan Suhu Penyimpanan (The Quality Atribute Change and Shelf Life of Several Types of Chili on Various Packaging and Storage Temperature) Darkam Musaddad; Suwarni Tri Rahayu; Poetry Sari Levianny
Jurnal Hortikultura Vol 29, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v29n1.2019.p111-118

Abstract

Kemunduran mutu cabai segar setelah dipanen dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengemasan dan penyimpanan suhu dingin merupakan bagian dari upaya untuk menekan kemunduran mutu. Tujuan penelitian untuk mengetahui laju rata-rata perubahan atribut mutu dan umur simpan beberapa jenis cabai pada berbagai kemasan dan suhu penyimpanan. Rancangan yang digunakan, yaitu rancangan acak kelompok pola faktorial dengan tiga faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama, yaitu tiga jenis cabai : (a1) cabai merah besar, (a2) cabai merah keriting, dan (a3) cabai rawit. Faktor kedua, dua suhu penyimpanan (b1) suhu kamar (20±3oC dan (b2) suhu dingin (10±1oC). Faktor ketiga, tiga jenis kemasan, yaitu (c1) baki styrofoam tanpa bungkus, (c2) baki styrofoam dibungkus plastik stretch film, dan (c3) baki styrofoam dibungkus plastik PE 0,03 mm berperforasi. Peubah yang diamati meliputi susut bobot, kadar air, kekerasan, kesegaran, vitamin C, dan umur simpan. Secara umum untuk semua jenis cabai dan jenis pengemas, penyimpanan di suhu dingin dapat menekan laju rata-rata perubahan atribut mutu sekaligus memperpanjang umur simpan sekitar 2,5–3 kali lipat dibandingkan suhu kamar. Pengemasan dengan styrofoam yang dibungkus plastik stretch film (c2) memberikan efek positif terhadap penekanan laju rata-rata perubahan atribut mutu dan umur simpan semua jenis cabai pada penyimpanan di suhu dingin, yaitu masing-masing 25 hari untuk cabai merah besar, 24 hari untuk cabai merah keriting, dan 18 hari untuk cabai rawit. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa penyimpanan di suhu dingin dengan menggunakan pengemasan styrofoam dibungkus plastik stretch film dapat menekan laju rata-rata kemunduran mutu semua jenis cabai.KeywordsCabai; Mutu; Umur simpan; Suhu; KemasanAbstractThe deterioration in the quality of fresh chili after harvesting is influenced by environmental factors. Low temperature packaging and storage are part of effective efforts to reduce quality deterioration. The objective of this research was to obtain the rate of quality attribute change and shelf life of several kinds of chili on various packaging and storage temperature. The experiment was conducted using randomized block in a factorial design with three factors and three replications. The first factor was three type of chili: (a1) red hot chili, (a2) curly chili, and (a3) cayenne pepper. The second factor was two types of storage temperature: (b1) room there temperature (20±3°C) and (b2) cold temperature (10±1oC). The third factor was three types of packaging: (c1) styrofoam trays without wrapping, (c2) styrofoam trays with stretch film , and (c3) styrofoam trays with perforated PE plastic 0.03 mm. The variables observed included weight loss, moisture content, hardness, vitamin C, freshness, and shelf life. Generally, for all kinds of chili and types of packaging, storage in cold temperatures can slow the rate of change of the quality attributes while extending shelf life of about 2.5–3 times higher than room temperature. Packing with styrofoam stretch filmed in plastic stretch film (c2) has a positive effect on suppression rate of quality attributes change and shelf life of all kinds of chili on storage at cold temperatures, respectively 25 days for red hot chili, 24 days for curly chili, and 18 days for cayenne pepper. This research implied that storage at low temperatures using styrofoam packaging stretch filmed in plastic stretch film can reduce the rate of decline in the quality of all types of chili.
Karakteristik Lahan untuk Kesesuaian Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill.) di Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu nFN Nurmegawati; Yudi sastro; nFN yahumri; Jhon Firison; Lina Ivanti; darkam musaddad
Jurnal Hortikultura Vol 31, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v31n1.2021.p41-50

Abstract

[Land Characteristics for Suitability of Apples (Malus sylvestris Mill.) in Sindang Dataran District, Rejang Lebong Regency, Bengkulu]Penilaian kesesuaian lahan merupakan tahap pertama dan penting dalam usaha pengembangan suatu komoditas pertanian. Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu lokasi yang direncanakan menjadi daerah pengembangan apel dengan temperatur udara mencapai 23oC dan ketinggian tempat bervariasi antara 785 – 1.129 lebih m dpl. dengan kondisi tanah yang cukup subur. Penelitian bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman apel. Penelitian dilakukan dengan metode survey dan observasi. Parameter yang diamati meliputi karakteristik lahan dan syarat tumbuh tanaman apel. Evaluasi kesesuaian lahan yang digunakan ialah kesesuaian lahan kualitatif, yaitu yang hanya didasarkan kondisi fisik lahan. Metode evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan mengikuti prosedur dari FAO (1976), yaitu evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan dengan cara mencocokkan (matching) data antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman apel dan hasilnya didasarkan pada nilai terkecil (hukum minimum) sebagai keputusan kesesuaian lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan tanaman apel yang berada di Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, dari faktor iklim termasuk S2 (cukup sesuai), sementara dari faktor ketersediaan hara termasuk S3 (sesuai marjinal). Hal yang menjadi faktor pembatas adalah rendahnya P tersedia, tetapi dapat diatasi dengan pemupukan sehingga dapat naik kelas menjadi S2. Melalui usaha pemupukan P maka Kecamatan Sindang Dataran memiliki potensi sebagai daerah pengembangan tanaman apel yang cukup sesuai.KeywordsKarakteristik lahan; Kesesuaian lahan untuk tanaman apel; Malus sylvertris MillAbstractLand suitability assessment is the first and important stage in the development of an agricultural commodity. Sindang Dataran District, Rejang Lebong Regency is one of the locations that is planned to be an apple development area with air temperatures reaching 23oC and altitude varying between 785–1,129 meters above sea level with fairly fertile soil conditions. The aim of the study was to determine the land suitability class for apple plants. The research was conducted using survey and observation methods. Parameters observed included land characteristics and growing conditions for apple plants. Land suitability evaluation used qualitative land suitability, which is only based on the physical condition of the land. The land suitability evaluation method is carried out by following the procedure from FAO (1976), namely the evaluation of land suitability is carried out by matching data between land characteristics and the requirements for growing apples and the results are based on the smallest value (minimum law) as a land suitability decision. The results showed that the suitability of the land for apple crops in Sindang Dataran District, Rejang Lebong Regency, from climatic factors including S2 (quite suitable), while from nutrient availability factors including S3 (marginal according to). The limiting factor is the low available P, but it can be overcome by fertilization so that it can be promoted to S2. Through P fertilization efforts, Sindang Dataran District has the potential as a suitable apple crop development area.
Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L) melalui Aplikasi Pupuk Organik Cair Berbasis Sumber Daya Lokal Bina Karo; Fatiani Manik; Darkam Musaddad
JURNAL AGROTEKNOSAINS Vol 5, No 2 (2021): JURNAL AGROTEKNOSAINS
Publisher : Universitas Quality

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36764/ja.v5i2.621

Abstract

Red beans (Phaseolus vulgaris L.) or jogo beans are in great demand by the public, because of their good nutritional value and can be made in various dishes. Low-cost agriculture can be carried out through an environmentally friendly agricultural system by utilizing local natural materials around the location such as kipait, rabbit manure, fish fertilizer, vegetable and fruit waste without reducing the quality and quantity of vegetables. This study aims to determine the increase in growth and yield of kidney beans (Phaseolus Vulgaris L) through the application of Liquid Organic Fertilizer (LOF) based on local resources. This research was conducted in the IP2TP Berastagi garden, Karo Regency, with an altitude of ± 1340 meters above sea level, andisol soil types. This research was carried out from May to September 2020. The design used in this study was a Randomized Block Design (RBD) with 3 replications and 10 treatments, namely: A=Without LOF (Control), B=Kotciplus LOF, 10 ml / l water, C=LOF Kotciplus, 20 ml / l water, D=LOF Kotciplus, 30 ml / l water, E=LOF Kipait, 10 ml / l water, F=LOF Kipait, 20 ml / l water, G=LOFKipait , 30 ml / l water, H=LOF Market Waste, 10 ml / l water, I=LOF Market Waste, 20 ml / l water, J=LOF Market Waste, 30 ml / l water. The results showed that the application of several types and concentrations of POC on kidney beans did not have a significant effect on growth or yield. However, there was a tendency that in general the plants treated with POC showed a higher yield compared to the yields of plants that were not given POC. Likewise, for each type of POC the higher the concentration the higher the yield.