Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

BATUBARA FORMASI STEENKOOL DI DAERAH RANSIKI, PAPUA Djadjang Jedi Setiadi; Syaiful Alam; . Nurdrajat; Reza Mohammad Ganjar Gani; Yusi Firmansyah
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY Vol 16, No 3 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1212.477 KB) | DOI: 10.24198/bsc geology.v16i3.19008

Abstract

Makalah ini menyajikan hasil penelitian terhadap salah satu endapan batubara yang belum banyak dikenal dalam literatur geologi Indonesia, yakni batubara Formasi Steenkool (akhir Miosen – Plistosen) yang ada di daerah Ransiki, Kepala Burung, Papua. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa batubara Formasi Steenkool dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni bright coal, banded bright coal, dan dull coal. Batubara tersebut umumnya berwarna hitam dengan gores coklat, dan keras. Belerang kadang-kadang ditemukan mengisi bidang pecah planar hingga conchoidal yang berkembang didalamnya. Lapisan-lapisan batubara Formasi Steenkool di daerah Ransiki memiliki ketebalan yang sangat bervariasi, mulai dari beberapa centimeter hingga hampir 3 m. Sebagian diantaranya mengandung parting serpih karbonan dengan ketebalan umumnya kurang dari 20 cm. Lapisan-lapisan batubara umumnya diapit oleh lapisan serpih karbonan, meskipun ada sebagian diantaranya yang dialasi atau ditutupi oleh lapisan batupasir halus. Hasil penelitian laboratorium terhadap 13 sampel terpilih mengindikasikan bahwa batubara Formasi Steenkool umumnya memiliki kelembapan rata-rata < 3% adb, kadar abu rata-rata < 5%, kadar volatil rata-rata > 40%, kandungan karbon tertambat rata-rata > 45%, dan kadar belerang rata-rata < 1% dengan nilai kalor > 5000 kal/g. Penelitian ini mengungkapkan hasil yang berbeda dengan laporan yang selama ini diterima mengenai batubara Formasi Steenkool. Pertama, hasil penelitian ini menujukkan bahwa hampir semua batubara Formasi Steenkool di daerah penelitian merupakan high-volatile subbituminous coal, bukan lignit sebagaimana dilaporkan selama ini. Kedua, batubara Formasi Steenkool memiliki kualitas yang cukup baik. Hal itu terlihat dari bukti fisik sebagaimana terlihat di lapangan dan dari hasil penelitian laboratorium yang menunjukkan bahwa semua sampel memiliki nilai kalor lebih dari 5000 kal/g. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa batubara Formasi Steenkool layak diteliti lebih lanjut dan seksama untuk mengetahui potensi endapan batubara di wilayah Kepala Burung, Papua, dan untuk mengkaji nilai ekonomis yang mungkin dimilikinya.Kata kunci: Formasi Steenkool, Batubara, Papua 
Soil properties of agricultural area in karst terrain of Parakan, Pangandaran, West Java, Indonesia Reginawanti Hindersah; Yusi Firmansyah; Nia Kurniati
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol 8, No 3 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2021.083.2809

Abstract

a clayed soil characterized by reddish in colour, thick solum and neutral acidity. Farmers in Parakan area, Parigi District of Pangandaran, usually cultivate cash crops in terra rossa. Nowadays, farmers have no information about the properties of the soil, which is an important factor to maintain and increase plant productivity. The objective of this descriptive quantitative study was to verify the soil characteristic included physicochemical and microbiological properties in a selected agricultural field of Parakan. The soil samples were taken from three different areas covered with different vegetation. The study showed that terra rossa in the karst area is a non-saline soil with neutral acidity and low electrical conductivity. The texture of all soils were clay contained >50% clay particle. The soils were low in organic carbon, total nitrogen and available phosphor; but high in total phosphor and potassium, as well as cation exchange capacity. The population of soil microbes include total and fungal bacteria, as well as nitrogen-fixing Azotobacter and phosphate solubilizing bacteria, were average. In order to increase the organic carbon level; and the availability of phosphor and nitrogen, organic matter amendment is needed.