Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Psikotropika pada Pasien Remaja dengan Disabilitas Intelektual di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015–2017 Nur, Ice L.; Zakiyah, Neily; Suwantika, Auliya A.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.577 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.180

Abstract

Obat-obatan psikotropika merupakan obat-obatan yang paling banyak digunakan pada pasien remaja dengan disabilitas intelektual di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penelitian farmakoekonomi pada topik ini penting dilakukan karena adanya peningkatan kebutuhan anggaran obat-obatan psikotropika sementara anggaran yang tersedia masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat-obatan psikotropika pada pasien remaja dengan disabilitas intelektual di rumah sakit tersebut pada kurun waktu tahun 2015–2017 dan untuk mengetahui biaya obat-obatan psikotropika yang paling rendah pada segmen drug utilization 90% (DU 90%) pada tahun-tahun tersebut. Studi observasional deskriptif secara retrospektif dan prospektif dilakukan untuk mengumpulkan data dari rekam medik. Metode Anatomical Therapeutic Chemical Classification with Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB) digunakan untuk mengetahui profil penggunaan obat-obatan dan untuk menganalisis biaya obat-obatan yang paling rendah selama kurun waktu tersebut. Pada penelitian ini, terdapat penggunaan 33 jenis obat psikotropika (19 jenis pada tahun 2015, 22 jenis pada tahun 2016 dan 29 jenis pada tahun 2017). Cost of DU 90% pada tahun 2015–2017 secara berurutan yaitu 55,11%, 68,73% dan 93,81%, sedangkan cost/DDD segmen DU 90% secara berurutan yaitu Rp6.258, Rp7.447, dan Rp8.803. Biaya obat-obatan psikotropika pada tahun 2015 merupakan biaya terendah selama 2015–2017.Kata kunci: Analisis minimalisasi biaya, disabilitas intelektual, psikotropika Cost-Minimization Analysis of Psychotropic Drug in Adolescent Patients with Intellectual Disability in Mental Hospital of West Java 2015–2017AbstractPsychotropic drugs were one of the the most widely used drugs in adolescent patients with intellectual disability in Mental Hospital of West Java. Pharmacoeconomic study on this topic is important because budget for psychotropic drugs need is increased while the available budget is still limited. The objective of this study was to analyze the utilization profile of psychotropic drugs in adolescents with intellectual disability during a time horizon of 2015–2017 and to investigate the lowest cost of psychotropic drugs in a segment of drug utilization 90% (DU 90%) during those years. Retrospective and prospective observational studies were applied to collect patients’ medical record data. The Anatomical Therapeutic Chemical Classification System with Defined Daily Dose (ATC/DDD) and Cost Minimization Analysis (CMA) methods were applied to analyse the utilization profile of drugs and to investigate the lowest cost of drugs during the time horizon, respectively. In this study, there were 33 types of psychotropic drugs used (19 types in 2015, 22 types in 2016, and 29 types in 2017). The costs of DU 90% during 2015–2017 were estimated to be 55.11%, 68.73% and 93.81% in 2015, 2016 and 2017, respectively, while the costs per DDD in DU 90% segment were estimated to be IDR 6,258, IDR 7,447, and IDR 8,803, respectively. In particular, cost of psychotropic drugs in 2015 was considered to be the lowest cost during 2015–2017.Keywords: Cost-minimization analysis, intellectual disability, psychotropic drug
REVIEW ARTIKEL: EFEKTIVITAS TERAPI PENAMBAHAN IVABRADINE UNTUK PASIEN GAGAL JANTUNG DENGAN PENURUNAN FRAKSI EJEKSI (HEART FAILURE REDUCED FRACTION EJECTION) Windi Fresha Qomara; Neily Zakiyah
Farmaka Vol 20, No 1 (2022): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v20i1.33905

Abstract

AbstrakGagal jantung adalah masalah kesehatan dengan angka morbiditas dan kematian yang tinggi. Salah satu klasifikasi gagal jantung adalah dengan penurunan fraksi ejeksi (HFrEF) yang memiliki karakteristik nilai LVEF < 40 dan denyut jantung yang sangat tinggi. Pada pasien dengan karakteristik ini, dapat diberikan beta blockers dengan penambahan ivabradine ke dalam regimen terapi untuk mengoptimalkan hasil terapi. Review ini bertujuan untuk menelaah efektivitas penambahan terapi ivabradine ke dalam regimen pengobatan tersebut. Metode yang digunakan adalah penelaahan pustaka dari jurnal yang berkaitan dengan penambahan ivabradine untuk pasien HFrEF. Hasil yang didapatkan yaitu ivabradine dapat digunakan pada pasien HFrEF dengan ritme sinus dan denyut jantung >70 denyut per menit. Ivabradine bersama beta blocker dinilai efektif untuk mengurangi angka rehospitalisasi dan mortalitas akibat kardiovaskuler dan dapat digunakan untuk pasien yang intoleran atau kontraindikasi dengan beta blocker.ABSTRACTHeart failure is a health problem with high rates of morbidity and death. One classification of heart failure is with a decrease in ejection fraction (HFrEF) which has the characteristic LVEF value < 40 and a very high heart rate. In patients with this characteristic, beta blockers can be given with the addition of ivabradine into the therapeutic regimen to optimize the results of therapy. An increase in heart rate >70 bpm is an important indicator of mortality, so prompt and cost-effective treatment is needed, such as the addition of ivabradine to standard therapy for HFrEF. This review aims to study the effectiveness of adding ivabradine therapy to the treatment regimen. The method used is a literature study of journals related to the addition of ivabradine to HFrEF patients. The results obtained are that ivabradine can be used in HFrEF patients with sinus rhythm and heart rate >70 bpm. Ivabradine together with beta blockers are considered effective for reducing rehospitalization and mortality rates due to cardiovascular and can be used for patients who are intolerant or contraindicated with beta blockers.
REVIEW ARTIKEL CELLULOSE NANOFIBER : ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN APLIKASI DI BIDANG FARMASI Anisa Nur Fitriani; Neily Zakiyah
Farmaka Vol 19, No 3 (2021): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i3.33639

Abstract

AbstrakBanyak sediaan farmasi yang menggunakan kemasan berbahan dasar plastik yang  bisa berdampak buruk bagi lingkungan. Oleh karena itu, banyak peneliti yang mencari alternatif lain sebagai pengganti plastik atau lebih dikenal sebagai bioplastik. Salah satu bahan baku bioplastik yang banyak di kembangkan saat ini yaitu cellulose nanofibril (CNF). Isolasi CNF terdiri dari dua tahap yaitu tahap pretreatment dan tahap produksi. Tahap pretreatment memiliki beberapa jenis metode diantaranya pembuatan pulp, oksidasi TEMPO, hidrolisis enzim, hidrolisis asam, dan bleaching. Beberapa jenis metode dalam tahap produksi yaitu, homogenisasi, mikrofluidisasi, penggilingan ultra-fine friction, ekstruksi, ultrasonifikasi, dan cryocrushing. Karakterisasi terpenting dari CNF yang dihasilkan yaitu morfologi, derajat fibrilasi, dan sifat reologi. Di bidang farmasi, CNF juga telah digunakan sebagai bahan kemasan dan modifikasi pelepasan serta penghantaran obat dari formulasi tablet dan kapsul.Kata Kunci: Selulosa nanofiber, Isolasi, Karakterisasi, Aplikasi di bidang farmasi. AbstractMany pharmaceutical preparations use plastic-based packaging which can be bad for the environment. Therefore, many researchers are looking for other alternatives as plastic substitutes or better known as bioplastics. One of the most current and widely developed bioplastic raw materials is cellulose nanofibrils (CNF). CNF isolation consists of two stages, the pretreatment stage and the production stage. The pretreatment stage has several types of methods including pulp making, TEMPO oxidation, enzyme hydrolysis, acid hydrolysis, and bleaching. Several types of methods are in the production stage, namely, homogenization, microfluidization, ultra-fine friction milling, extruction, ultrasonification, and cryocrushing. The most important characterizations of the resulting CNF were morphology, degree of fibrillation, and rheological properties. In the pharmaceutical field, CNF has also been used as a packaging material and modification of drug release and delivery from tablet and capsule formulations.Keywords: Cellulosa nanofiber, Isolation, Characterization, Application in pharmacy.
REVIEW ARTIKEL: INDEKS GLIKEMIK PADA BERBAGAI VARIETAS BERAS NURUL AFIFAH; NEILY ZAKIYAH
Farmaka Vol 18, No 2 (2020): Farmaka (September)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i2.27781

Abstract

Beras merupakan sumber makanan pokok dan utama bagi sebagian besar masyarakat dunia yang memiliki pengaruh penting terhadap pemasukan gizi dan nutrisi untuk kesehatan. Beras dikenal sebagai pangan yang dengan nilai indeks glikemik yang tinggi, namun hal tersebut bergantung pada varietas, proses memasak, kandungan nutrisi dan faktor-faktor lainnya. Sebagai bahan pangan yang berpengaruh sangat besar terhadap respon glikemik, konsumsi beras menjadi fokus terkait dampaknya yang dapat meningkatkan faktor resiko diabetes mellitus akibat adanya resistensi insulin karena konsumsi glukosa yang berlebihan. Review ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai nilai indeks glikemik beras dari berbagai macam varietas.Kata Kunci: Beras, Indeks Glikemik, Varietas Beras
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2014–2017 Shahnaz D. Khoiriyah; Neily Zakiyah; Auliya A. Suwantika
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.196 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2019.8.3.188

Abstract

Keluarga berencana menjadi salah satu program kesehatan dan kependudukan di Indonesia yang pembiayaannya dijamin oleh sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis efektivitas biaya penggunaan kontrasepsi hormonal dan nonhormonal di Indonesia pada tahun 2014–2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif, dan dilaksanakan di Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran pada bulan Oktober 2018 hingga Januari 2019. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis efektivitas biaya dengan menghitung Incremental Cost-effectiveness Ratio (ICER). Perspektif biaya yang digunakan adalah payer perspective (BPJS Kesehatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban biaya penggunaan kontrasepsi hormonal pada tahun 2014–2017 di Indonesia memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan beban biaya penggunaan kontrasepsi nonhormonal. Dari segi efektivitas, kontrasepsi nonhormonal memiliki efektivitas yang lebih rendah dibandingkan efektivitas hormonal. Simpulan penelitian ini adalah kontrasepsi hormonal lebih cost-effective dengan nilai ICER kontrasepsi hormonal sebesar Rp64.471/ 1% kehamilan yang dapat dicegah sedangkan nilai ICER kontrasepsi nonhormonal sebesar Rp341.003/1% kehamilan yang dapat dicegah. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa efektivitas metode kontrasepsi menjadi faktor paling berpengaruh terhadap nilai ICER.Kata kunci: Analisis sensitivitas, incremental cost-effectiveness ratio (ICER), kontrasepsi hormonal dan nonhormonal Cost-effectiveness Analysis of Contraceptive Use in Indonesia during 2014–2017Abstract Family planning is one of the healthcare programs in Indonesia that is included in the National Health Insurance (NHI) system. The purpose of this study was to determine the cost-effectiveness analysis of hormonal and non-hormonal contraceptive use in Indonesia during 2014–2017. A quantitative study was applied in this study and data collection was collected retrospectively. This study was conducted at the Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran from October 2018 to January 2019. A cost-effectiveness analysis was applied by calculating the Incremental Cost-effectiveness Ratio (ICER). A payer perspective was considered by calculating all costs covered by BPJS Kesehatan. The results showed that the cost of using hormonal contraception during 2014–2017 in Indonesia was lower than non-hormonal contraception. In term of effectiveness, non-hormonal contraception had a lower effectiveness compared to hormonal effectiveness. It can be concluded that hormonal contraception was more cost-effective than non-hormonal contraception by confirming that ICER of hormonal contraception (64,471 IDR/1% pregnancy averted) was lower than non-hormonal contraception (341,003 IDR/1% pregnancy averted). Sensitivity analysis confirmed that effectiveness of contraception method is the most critical factor affecting the ICER value.Keywords: Hormonal and non-hormonal contraception, incremental cost-effectiveness ratio (ICER), sensitivity analysis
Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Psikotropika pada Pasien Remaja dengan Disabilitas Intelektual di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat Tahun 2015–2017 Ice L. Nur; Neily Zakiyah; Auliya A. Suwantika
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.577 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.180

Abstract

Obat-obatan psikotropika merupakan obat-obatan yang paling banyak digunakan pada pasien remaja dengan disabilitas intelektual di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat. Penelitian farmakoekonomi pada topik ini penting dilakukan karena adanya peningkatan kebutuhan anggaran obat-obatan psikotropika sementara anggaran yang tersedia masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat-obatan psikotropika pada pasien remaja dengan disabilitas intelektual di rumah sakit tersebut pada kurun waktu tahun 2015–2017 dan untuk mengetahui biaya obat-obatan psikotropika yang paling rendah pada segmen drug utilization 90% (DU 90%) pada tahun-tahun tersebut. Studi observasional deskriptif secara retrospektif dan prospektif dilakukan untuk mengumpulkan data dari rekam medik. Metode Anatomical Therapeutic Chemical Classification with Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB) digunakan untuk mengetahui profil penggunaan obat-obatan dan untuk menganalisis biaya obat-obatan yang paling rendah selama kurun waktu tersebut. Pada penelitian ini, terdapat penggunaan 33 jenis obat psikotropika (19 jenis pada tahun 2015, 22 jenis pada tahun 2016 dan 29 jenis pada tahun 2017). Cost of DU 90% pada tahun 2015–2017 secara berurutan yaitu 55,11%, 68,73% dan 93,81%, sedangkan cost/DDD segmen DU 90% secara berurutan yaitu Rp6.258, Rp7.447, dan Rp8.803. Biaya obat-obatan psikotropika pada tahun 2015 merupakan biaya terendah selama 2015–2017.Kata kunci: Analisis minimalisasi biaya, disabilitas intelektual, psikotropika Cost-Minimization Analysis of Psychotropic Drug in Adolescent Patients with Intellectual Disability in Mental Hospital of West Java 2015–2017AbstractPsychotropic drugs were one of the the most widely used drugs in adolescent patients with intellectual disability in Mental Hospital of West Java. Pharmacoeconomic study on this topic is important because budget for psychotropic drugs need is increased while the available budget is still limited. The objective of this study was to analyze the utilization profile of psychotropic drugs in adolescents with intellectual disability during a time horizon of 2015–2017 and to investigate the lowest cost of psychotropic drugs in a segment of drug utilization 90% (DU 90%) during those years. Retrospective and prospective observational studies were applied to collect patients’ medical record data. The Anatomical Therapeutic Chemical Classification System with Defined Daily Dose (ATC/DDD) and Cost Minimization Analysis (CMA) methods were applied to analyse the utilization profile of drugs and to investigate the lowest cost of drugs during the time horizon, respectively. In this study, there were 33 types of psychotropic drugs used (19 types in 2015, 22 types in 2016, and 29 types in 2017). The costs of DU 90% during 2015–2017 were estimated to be 55.11%, 68.73% and 93.81% in 2015, 2016 and 2017, respectively, while the costs per DDD in DU 90% segment were estimated to be IDR 6,258, IDR 7,447, and IDR 8,803, respectively. In particular, cost of psychotropic drugs in 2015 was considered to be the lowest cost during 2015–2017.Keywords: Cost-minimization analysis, intellectual disability, psychotropic drug
Review Artikel : Studi Kompatibilitas Obat - Eksipien dengan Analisis Termal Rania Aisha Nuralisa; Neily Zakiyah
Farmaka Vol 20, No 2 (2022): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v20i2.27862

Abstract

ABSTRAKStudi kompatibilitas antara obat dengan eksipien mempunyai peranan penting dalam pengembangan suatu formula obat. Hal tersebut dikarenakan interaksi antara obat dengan eksipien dapat mempengaruhi stabilitas, sifat fisikokimia, keamanan, dan efikasi terapeutik dari obat. Berbagai macam metode digunakan untuk mendeteksi inkompatibilitas, salah satunya adalah analisis termal yang meliputi differential scanning calorimetry (DSC) ,thermogravimetry (TG), hot stage microscopy (HSM) dan isothermal microcalorimetry. Analisis termal menggunakan fungsi suhu dan waktu dalam mendeteksi inkompatibilitas antara obat dengan eksipien. Tujuan dilakukan review ini yaitu untuk mengetahui penggunaan analisis termal pada studi kompatibilitas antara obat dengan eksipien. Metode yang digunakan pada review jurnal ini adalah studi literatur. Dari hasil penelusuran literatur menunjukan bahwa analisis termal cukup efektif dalam mendeteksi inkompatibilitas.Kata Kunci : Studi Kompatibilitas, Obat, Eksipien, Analisis Termal.
Student Self-Medication Behavior in Stress Handling Risna Agustina; Ronny Lesmana; Neily Zakiyah; Siti Nuriyatus Zahrah; Ajeng Diantini
Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry Vol. 6 No. 2 (2022): Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia, 75117, Gedung Administrasi Fakultas Farmasi Jl. Penajam, Kampus UNMUL Gunung Kelua, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jtpc.v6i2.467

Abstract

Changing learning patterns from senior high school student to college student status is difficult, and each individual's response varies, some of which cause stress. Factors that cause stress are internal and external, and external factors consist of physical, conflict, emotional, and behavioral conditions. In comparison, the external factors consist of the physical environment, work environment, community environment, family environment, economic and legal problems. The burden of life stress is heavy and impacts the physical, such as feeling dizzy, nauseous, ulcers, and difficulty sleeping. Sometimes causes a person to take self-medication to overcome these uncomfortable symptoms. This study aims to determine the characteristics of early-level students and the stress level of early-level students at one of the State Universities of East Kalimantan Province. This study used a qualitative descriptive design on 121 students. Using a questionnaire through a cross-sectional approach with a purposive sampling technique. The results showed that the stress level of students showed mild stress as much as 30.58%, moderate stress at 56.20%, and severe stress as much as 13.22%. The number of students who did self-medication was more than those who did not provide treatment for the symptoms, 79.34%.
ANALISIS UTILITAS BIAYA ANNUAL POPULATION-BASED SCREENING DIBANDINGKAN DENGAN OPPOTUNISTIC SCREENING DIABETES MELITUS DI INDONESIA MENGGUNAKAN MARKOV MODEL Erick Budiawan; Auliya A. Suwantika; Neily Zakiyah
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42488

Abstract

Prevelensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun dan berdampak pada tingginya biaya perawatan. Salah satu upaya pencegahan DM yang dapat dilakukan adalah melalui deteksi dini atau skrining. Saat ini di Indonesia menerapakan oportunistic screening dan tidak menerapkan population-based screening. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan efektivitas biaya oportunistic screening dan population-based screening DM di Indonesia serta menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai incremental cost-effectiveness ratio (ICER). Penelitian ini dilakukan di Universitas Padjadjaran pada november 2020 hingga maret 2021. Nilai efektivitas biaya dihitung berdasarkan Markov model dengan siklus 1 tahun dalam time horizon 19 tahun.  Data yang digunakan sebagai input parameter adalah data epidemiologi, biaya (payer perspective) dan utilitas (QALYs). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mempertimbangkan probabilitas transisi antar health states. Hasil ICER akan dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita sebagai cost-effectiveness threshold. Population-based screening memiliki estimasi total biaya Rp8.530.479 per 13,768 QALYs dan oportunistic screening memiliki estimasi total biaya Rp7.115.974 per 13,743 QALYs. Nilai ICER adalah Rp79.502.211 dan nilai PDB perkapita adalah Rp56.938.723. Dapat disimpulkan bahwa population-based screening DM di Indonesia masih cost-effective apabila menggunakan cost-effectiveness treshold 1-3 PDB perkapita. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa biaya skrining, kualitas hidup pasien DM komplikasi dengan early maupun late treatment merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap nilai ICER.
Artikel Ulasan: Aktivitas Ekstrak Tanaman Ocimum sp. terhadap Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi Neng Vera Nurani; Neily Zakiyah
Indonesian Journal of Biological Pharmacy Vol 2, No 3 (2022): IJBP (Desember)
Publisher : Department of Biological Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijbp.v2i3.39911

Abstract

Karies gigi termasuk salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling umum terjadi pada manusia. Penyebab umum dari karies gigi ini disebabkan oleh bakteri gram positif Streptococcus mutans. Karies gigi dapat dicegah dengan menyikat gigi dan pemberian antibakteri. Tanaman tradisional telah terbukti menjadi sumber yang lebih baik dalam pencarian senyawa antibakteri baru. Tanaman herbal yang mempunyai potensi antibakteri diantaranya yaitu kemangi (Ocimum sp.) yang tumbuh subur di Indonesia. Terdapat beberapa jenis tanaman Ocimum sp. diantaranya Ocimum basilicum, Ocimum americanum, dan Ocimum sanctum. Penelitian ini dilakukan dengan metode literature review. Ketiga jenis ekstrak Ocimum memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Ekstrak Ocimum basilicum mempunyai aktivitas antibakteri sedang sampai kuat dengan nilai zona hambat 6,9-10,26 mm, ekstrak Ocimum americanum memiliki zona hambat kuat sebesar 17,5 mm dan ekstrak Ocimum sanctum memiki zona hambat kuat-sangat kuat sebesar 12-22 mm. Diantara 3 jenis Ocimum sp., ekstrak Ocimum sanctum pada pelarut etanol 100% yang diuji dengan metode sumuran mempunyai aktivitas dan efektivitas paling kuat untuk menghambat Streptococcus mutans dengan nilai zona hambat 22 mm.