Nofita Nofita
Prodi Farmasi Universitas Malahayati. Email

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PERBANDINGAN KADAR FLAVONOID PADA EKSTRAK ETANOL DAN EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Diah Astika Winahyu; Nofita N; Rahma Dina
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 4 (2018)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v3i4.2823

Abstract

Daun dan buahnya memiliki senyawa saponin, flavonoid dan tanin yangberkhasiat sebagai obat. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar flavonoid pada ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat dan untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara keduanya dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Pada ujji kualitatif ekstrak etanol dan etil asetat dilakukan menggunakan reaksi warna. Pada ujji kuantitatif menggunakan larutan induk quersetin yang dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-Vis didapatkan panjang gelombang maksimum 438 nm. Hasil kualitatif ekstrak etanol terbentuk warna jingga dan ekstrak etil asetat terbentuk warna kuning yang menandakan sampel mengandung flavonoid. Hasil analisa kuantitatif kadar rata-rata flavonoid ekstrak etanol yaitu 5,12 % dan ekstrak etil asetat yaitu 52,56 % dengan waktu maserasi selama 2 hari. Hasil statistik menggunakan uji t didapatkan nilai thitung 234,0661 lebih besar dari ttabel dengan nilai derajat kebebasan 4 dengan tarafkepercayaan 99% yaitu 4,60. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan kadar flavonoid ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat.Kata kunci : Daun kersen, flavonoid, spektrofotometri UV-Vis.
PERBANDINGAN KADAR BESI (Fe) PADA DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TUMBUH DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Amelia Wilda Pratiwi; Nofita Nofita; Diah Astika Winahyu
Jurnal Analis Farmasi Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v6i2.5945

Abstract

Moringa leaves are a multipurpose medicinal plants commonly consumed as vegetables. Moringa leaves are rich in nutrients, one of which is iron (Fe) as much as 7 mg / 100g. Iron is useful for preventing anemia. Moringa grows in the highlands and lowlands with different soil conditions, so this allows for differences in iron levels in the leaves. This study aims to determine whether there are significant differences between Moringa leaves that grow in the highlands and lowlands. Samples were obtained from one of the residents' yards in kec. Gisting (highland) and kec. Teluk Betung (lowland). The sampling technique was carried out by purposive sampling. The tools used for iron analysis are Atomic Absorption Spectrophotometry at a wavelength of 248.40 nm. Linear regression line equation is obtained, which is y = 0.010483 + 0.09074x with a correlation coefficient (r) that is 0.9985. The average level of iron from Moringa leaves that grew in the highlands and lowlands respectively 6.26 mg / 100g and 6.16 mg / 100g. The results of the calculation of the t test found that tcount = 1.06. This tcount value will be compared with ttable with a 99% confidence level of 4.60. If tcount is smaller than ttable then Ho is accepted and Ha is rejected so that there is no significant difference between iron in moringa leaves that grow in the highlands and lowlands.
IDENTIFIKASI VITAMIN B1 PADA JAMU PENGUAT TUBUH YANG BEREDAR DI BANDAR JAYA SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Niken Feladita Santoso; Nofita N; Anita Caroline JN
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 1 (2018): Volume 3 Nomor 1
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v3i1.2768

Abstract

Pengobatan tradisional merupakan upaya yang diselenggarakan dengan cara tradisional untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative). Pengobatan tradisional yang masih banyak diminati masyarakat adalah dengan meminum jamu. Salah satunya, jamu penguat tubuh. Jamu penguat tubuh biasanya diindikasikan untuk memelihara stamina kesehatan, atau daya tahan tubuh, serta menyegarkan badan. Agar produk yang dihasilkan dapat laku dengan keras dalam persaingan, perdagangan suatu industri obat tradisional mungkin menambahkan bahan kimia obat vitamin B1 dalam jamu penguat tubuh, karena akan memberikan efek yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya vitamin B1 yang terdapat dalam jamu yang beredar di daerah Bandar Jaya. Penelitian dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) karena metode ini memberikan fleksiblitas yang lebih besar dalam pemilihan fase gerak,memerlukan waktu yang relatif singkat, mudah dilakukan dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah. KLT merupakan proses pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan kepolarannya, penelitiaan ini menggunakan fase gerak berupa campuran air : piridina : ammonia : methanol : asam asetat glassial (6:6:5:1:1) dan fase diamnya silica gel GF 254nm. Diperoleh hasil denga selisih harga Rf 0,05 Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua sampel jamu penguat tubuh positif mengandung BKO Vitamin B1,dan tidak memenuhi syarat peraturan Menteri Kesehatan nomor 006 Tahun 2012, pada pasal 37 . Kata Kunci : Jamu Penguat, Vitamin B1, KLT
PENETAPAN KADAR KALSIUM PADA IKAN TERI BASAH DAN IKAN TERI KERING YANG DIJUAL DI PASAR SMEP BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN KOMPLEKSOMETRI Gusti Ayu Rai S.R.; Nofita N
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 3 (2018): Volume 3 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v3i3.2806

Abstract

Ikan teri adalah sekelompo ikan laut kecil Famili Engraulidae. Kalsium yangterdapat pada ikan teri dapat memenuhi kebutuhan kalsium yang bekerja samadengan laktosa dan vitamin D untuk pembentuk masa tulang karena dikonsumsidengan tulangnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium yang terkandung dalam ikan teri nasi basah dan ikan teri nasi kering yang di jual di pasar SMEP Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan metode titrasi Kompleksometri. Sampel ikan teri nasi basah dan ikan teri nasi kering yang telah diabukan dititrasi dengan menggunakan Na2EDTA sebagai pentiternya dan menggunakan indicator murexid menghasilkan titik akhir berwarna ungu. Hasi Ipenelitian menunjukkan kadar kalsium pada 3 sampel ikan teri nasi basah dan ikan teri nasi kering yaitu sampel A = 1,06 %, sampel B = 1,24 % dan sampel C = 1,08 % dan kadar kalsium pada 3 ikan teri nasi kering (asin) sampel A = 2,58 %, sampel B = 2,33% dan sampel C = 2,56 %. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapatnya perbedaan antara kadarĀ  kalsium pada ikan teri nasi basah dan ikan teri nasi kering. Hal ini disebabkan oleh factor kadar air yang terkandung didalam sampel, karena kadar air dapat membawa kalsium sehingga semakin sedikit kadar air yang terdapat didalam sampel maka semakin tinggi kadar kalsium yang terdapat didalam ikan nasi basah dan ikan nasi kering.Kata kunci: Ikan teri nasi basah dan kering, kalsium, kompleksometri.
PERBANDINGAN KADAR FUROSEMIDA PADA SEDIAAN TABLET GENERIK DAN NAMA DAGANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV Ade Maria Ulfa; Nofita N; Ni Made Novi Puspitawati
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 2 (2018): Volume 3 Nomor 2
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v3i2.2791

Abstract

Adanya anggapan masyarakat yang cenderung menilai kualitas obat deganmelihat harganya, dimana obat nama dangan harganya lebih mahal memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan obat generik yang relatif lebih murah. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan kadar furosemid dalam sediaan tablet generik dan nama dagang. Furosemid adalah turunan sulfonamida merupakan diuretika kuat yang memiliki fungsi utama untuk memobilisasi cairan edema. Obat ini banyak digunakan pada penyakit hipertensi dan gagal jantung. Tujuan analisis ini untuk mengetahui kadar furosemid dalam sediaan tablet generik dan nama dagang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV atau tidak, yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%. Serta untuk membandingkan kadar furosemid dalam sediaan generik dan nama dagang.. Perbandingan kadar furosemid ini dilakukan secara Spektrofotometri Ultraviolet kemudian dilanjutkan analisa data dengan menggunakan uji t. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar yang didapat dari tablet furosemid generik dan nama dagang masing-masing adalah 98,78% dan 101,69%. Kadar furosemid yang diperoleh melalui penetapan kadar kemudian duiji signifikannya denganĀ  menggunakan uji statistic, yaitu uji t. dari uji diperoleh toercobaan<trabel Yaitu 0,9081 dan 3,347. Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak terdapat perbedaan kadar secara signifikan antara tablet furosemid generik dengan nama dagang.Kata Kunci : furosemida, tablet, generik, nama dagang, Spektrofotometri UV.
IDENTIFIKASI DEKSAMETASON PADA JAMU HABBATUSSAUDA YANG BEREDAR DI TOKO OBAT DAERAH PASAR TENGAH BANDAR LAMPUNG MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Robby Candra Purnama; Nofita N; I Made Laga Prandika
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 1 (2018): Volume 3 Nomor 1
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v3i1.2766

Abstract

Penggunaan obat tradisional dalam upaya memelihara kesehatan tubuh semakin banyak diminati oleh masyarakat. Jamu habbatussauda merupakan jamu yang dapat mengobati reumatik atau peradangan sendi yang kemungkinan di tambahkan bahan kimia obat deksametason. Berdasarkan Permenkes No.006/MenKes/Per/V/2012 pasal 33 dan 37 tentang industri dan usaha obat tradisional dinyatakan bahwa obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO). Deksametason merupakan glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti inflamasi, yang kemungkinan ditambahkan oleh produsen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui apakah jamu habbatussauda yang beredar di toko obat Pasar Tengah Bandar Lampung terdapat bahan kimia obat deksametason atau tidak. Jamu habbatussauda diektraksi menggunakan pelarut kloroform : metanol (9:1). Hasil ekstraksi kemudian ditambahkan 5 ml metanol kemudian ditotolkan pada plat KLT lalu dilakukan pemisahan senyawa menggunakan eluen dikloroetana : dietil eter : metanol : air (77:15:8:1,2). Dari hasil Rf didapatkan sampel A (0,78), B (0,50), C (0,80) dan Rf baku pembanding (0,20). Hal ini ditunjukkan dari warna bercak tidak sama dan nilai antara Rf sampel dan Rf baku pembanding tidak saling mendekati. Dari hasil identifikasi terhadap tiga merek jamu habbatussauda menunjukkan bahwa ketiga sampel tidak mengandung deksametason. Kata kunci : Deksametason, Habbatussauda, Kromatografi Lapis Tipis
PERBANDINGAN KADAR KAFEIN DALAM SEDUHAN KOPI BUBUK DAN TEH BUBUK DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV Ade Maria Ulfa; Nofita N
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 3 (2018): Volume 3 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v3i3.2810

Abstract

Minuman adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi setiaphari. Salah satu minuman yang terdapat di Indonesia adalah minuman xantin. Kopi,teh coklat, dan minuman kola merupakan minuman xantin yang paling popular.Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kadar kafein pada kopi bubuk dan teh bubuk,mengetahui perbedaan kadar yang terdapat dalam kopi bubuk dan teh bubuk.Penetapan kadar kafein dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV, metode ini dipilih karena kafein mempunyai gugus kromofor dan auksokrom Larutan standar kafein dengan 5 variasi konsentrasi 3 ppm, 6 ppm, 9 ppm, 12 ppm, 15 ppm.Persamaan kurva kalibrasi dari kafein adalah y = 0,043x + 0,03 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9993. Kadar rata-rata kafein dalam kopi bubuk yaitu 18,023 mg/gram, sedangkan dalam teh bubuk yaitu 16,18 mg/gram. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar yang signifikan dalam kopi bubuk dan teh bubuk.Kata kunci : kafein, kopi bubuk, teh bubuk, spektrofotometri UV.
PERBANDINGAN KADAR FLAVONOID PADA EKSTRAK ETANOL DAN EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Diah Astika Winahyu; Nofita N; Rahma Dina
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 4 (2018)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.303 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v3i4.2823

Abstract

Daun dan buahnya memiliki senyawa saponin, flavonoid dan tanin yangberkhasiat sebagai obat. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar flavonoid pada ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat dan untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara keduanya dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Pada ujji kualitatif ekstrak etanol dan etil asetat dilakukan menggunakan reaksi warna. Pada ujji kuantitatif menggunakan larutan induk quersetin yang dianalisa menggunakan spektrofotometer UV-Vis didapatkan panjang gelombang maksimum 438 nm. Hasil kualitatif ekstrak etanol terbentuk warna jingga dan ekstrak etil asetat terbentuk warna kuning yang menandakan sampel mengandung flavonoid. Hasil analisa kuantitatif kadar rata-rata flavonoid ekstrak etanol yaitu 5,12 % dan ekstrak etil asetat yaitu 52,56 % dengan waktu maserasi selama 2 hari. Hasil statistik menggunakan uji t didapatkan nilai thitung 234,0661 lebih besar dari ttabel dengan nilai derajat kebebasan 4 dengan tarafkepercayaan 99% yaitu 4,60. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan kadar flavonoid ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat.Kata kunci : Daun kersen, flavonoid, spektrofotometri UV-Vis.
PERBANDINGAN KADAR BESI (Fe) PADA DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TUMBUH DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Amelia Wilda Pratiwi; Nofita Nofita; Diah Astika Winahyu
Jurnal Analis Farmasi Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.707 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v6i2.5945

Abstract

Moringa leaves are a multipurpose medicinal plants commonly consumed as vegetables. Moringa leaves are rich in nutrients, one of which is iron (Fe) as much as 7 mg / 100g. Iron is useful for preventing anemia. Moringa grows in the highlands and lowlands with different soil conditions, so this allows for differences in iron levels in the leaves. This study aims to determine whether there are significant differences between Moringa leaves that grow in the highlands and lowlands. Samples were obtained from one of the residents' yards in kec. Gisting (highland) and kec. Teluk Betung (lowland). The sampling technique was carried out by purposive sampling. The tools used for iron analysis are Atomic Absorption Spectrophotometry at a wavelength of 248.40 nm. Linear regression line equation is obtained, which is y = 0.010483 + 0.09074x with a correlation coefficient (r) that is 0.9985. The average level of iron from Moringa leaves that grew in the highlands and lowlands respectively 6.26 mg / 100g and 6.16 mg / 100g. The results of the calculation of the t test found that tcount = 1.06. This tcount value will be compared with ttable with a 99% confidence level of 4.60. If tcount is smaller than ttable then Ho is accepted and Ha is rejected so that there is no significant difference between iron in moringa leaves that grow in the highlands and lowlands.
IDENTIFIKASI VITAMIN B1 PADA JAMU PENGUAT TUBUH YANG BEREDAR DI BANDAR JAYA SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Niken Feladita Santoso; Nofita N; Anita Caroline JN
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 1 (2018): Volume 3 Nomor 1
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.784 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v3i1.2768

Abstract

Pengobatan tradisional merupakan upaya yang diselenggarakan dengan cara tradisional untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative). Pengobatan tradisional yang masih banyak diminati masyarakat adalah dengan meminum jamu. Salah satunya, jamu penguat tubuh. Jamu penguat tubuh biasanya diindikasikan untuk memelihara stamina kesehatan, atau daya tahan tubuh, serta menyegarkan badan. Agar produk yang dihasilkan dapat laku dengan keras dalam persaingan, perdagangan suatu industri obat tradisional mungkin menambahkan bahan kimia obat vitamin B1 dalam jamu penguat tubuh, karena akan memberikan efek yang lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya vitamin B1 yang terdapat dalam jamu yang beredar di daerah Bandar Jaya. Penelitian dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) karena metode ini memberikan fleksiblitas yang lebih besar dalam pemilihan fase gerak,memerlukan waktu yang relatif singkat, mudah dilakukan dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah. KLT merupakan proses pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan kepolarannya, penelitiaan ini menggunakan fase gerak berupa campuran air : piridina : ammonia : methanol : asam asetat glassial (6:6:5:1:1) dan fase diamnya silica gel GF 254nm. Diperoleh hasil denga selisih harga Rf 0,05 Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua sampel jamu penguat tubuh positif mengandung BKO Vitamin B1,dan tidak memenuhi syarat peraturan Menteri Kesehatan nomor 006 Tahun 2012, pada pasal 37 . Kata Kunci : Jamu Penguat, Vitamin B1, KLT