Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP TRADISIONAL DALOMBO (JALA LEMPAR) DI PERAIRAN KAMPUNG BINEBAS KECAMATAN TABUKAN SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Sarapil; Yanita Kakampu; Eunike Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.238 KB)

Abstract

Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki potensi perikanan dengan total produksi mencapai 90 persen. Kampung Binebas merupakan salah satu kampung yang terletak di Kecamatan Tabukan Selatan. Hampir sebagian besar masyarakat di Kampung ini memanfaatkan laut sebagai sumber kebutuhan dan perekonomian keluarga. Di kampung ini terdapat berbagai jenis alat penangkapan ikan, salah-satunya yaitu alat tangkap Jala Lempar atau masyarakat biasa menyebutnya dengan Dalombo.Dalombo merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan karena alat tangkap ini dioperasikan di pinggiran pantai yang dangkal. Proses pengoperasian alat tangkap Dalombo di kampung Binebas menarik untuk dikaji karena menggunakan teknik tertentu oleh masyarakat setempat. Alat danbahan yang digunakan yaitu alat tulis menulis, kamera, meteran, perahu pelang, timbangan dan alat tangkap Dalombo. Metode yang digunakan adalah partisipasi aktif di lapangan. Metode pengumpulan data yaitu wawancara dengan nelayan yang ada di kampung Binebas, buku, internet dan literatur lainnya. Data dianalisis secara deskriptif.Proses pengoperasian alat tangkap Dalombo dimulai dengan pengaturan posisi jaring pada tangan. Jaring dibagi menjadi 3 bagian yang sama hingga ke tahap pelemparan jaring. Hauling dilakukan dengan menarik perlahan tali penghubung diikuti dengan badan jaring hingga semuanya terangkat ke dalam perahu. Daerah penangkapan ikan dilakukan di pinggiran pantai dan daerah bakau dengan kedalaman sekitar 0,5 – 3 m.
KONTRIBUSI PERAN PEREMPUAN PESISIR TERHADAP KEBUTUHAN EKONOMI KELUARGA DI KAMPUNG PETTA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Imanuel Sarapil; Eunike Kumaseh; Ganjar Ndaru Ikhtiagung; Erlin Puspaputri
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i1.368

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi peran perempuan pesisir dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan berapa besar presentase kontribusi perempuan dalam menopang ekonomi keluarga di Kampung Petta Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra. Karena itu, obervasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya untuk menghimpun data penelitian. Rata - rata keuntungan perempuan pesisir Rp 160.000 / hari, rata - rata pendapatan Rp 2.750.000, serta besar kontribusi perempuan pesisir terhadap kebutuhan ekonomi keluarga yaitu sebesar 46,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa Perempuan pesisir mempunyai peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan keluarga di Kampung Petta. Perlu adanya kebijakan Pemerintah yang memberikan peluang bagi para perempuan pesisir untuk mengembangkan usaha mereka dan berkontribusi secara aktif bagi masyarakat. This study aims to determine the contribution of the role of coastal women in fulfilling the economic needs of the family and how much is the percentage in contribution of women in supporting the family economy in Petta Village, Tabukan Utara District, Sangihe Islands Regency. Data collection was carried out by observation, namely human daily activities using the eye senses as their main aid in addition to other senses such as ears, smell, mouth, and skin. Therefore, observation is a person's ability to use his observations through the work of his senses and is assisted by other senses to collect research data. The average profit for coastal women is Rp. 160,000 / day, the average income is Rp. 2,750,000, and the contribution of coastal women to the economic needs of the family is 46,5 %. This shows that coastal women have an important role in fulfill the needs of families in Petta Village. There needs a government policy that provides opportunities for coastal women to develop their businesses and contribute actively to society.
IbM Pengenalan Alat Tangkap Bubu Rangka Besi untuk Menangkap Kepiting di Kampung Beeng Mukhlis Abdul Kaim; Joneidi Tamarol; Eunike Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.112 KB)

Abstract

Perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang paling dominan di Kabupaten Kepulauan Sangihe karena dari total produksi perikanan mencapai 90 persen. Usaha penangkapan kepiting masih menggunakan bubu tradisional yang terbuat dari anyaman bambu di mana dalam waktu tertentu akan cepat rusak dan dapat mengakibatkan lolos/hilangnya hasil tangkapan. Sehingga, perlu dilakukan pengembangan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan, dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Sasaran program pengabdian pada masyarakat ini adalah Kelompok Nelayan di Kampung Beeng Kecamatan Tabukan Selatan Tengah, dimana mereka memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Masyarakat mendapatkan 12 unit alat tangkap bubu rangka besi, dimana juga merupakan salah satu bentuk luaran dari kegiatan pengabdian ini. Pusat Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Nusa Utara memiliki staf penyuluh yang sudah memiliki kualifikasi dalam mengembangkan IPTEKS bagi masyarakat khususnya dalam teknologi penangkapan ikan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Kampung Beeng dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut survey, kegiatan pengabdian yang meliputi penyuluhan mengenai cara pembuatan bubu rangka besi, pemasangan dinding bubu, pembuatan mulut bubu dengan menggunakan ember plastik dan pembuatan kantong umpan serta cara pemasangannya (demonstrasi). Penyuluhan mengenai umpan serta cara dan waktu pengoperasian bubu rangka besi. Kegiatan pengabdian diharapkan memberikan wawasan baru bagi para kelompok nelayan Kampung Beeng untuk menangkap kepiting bakau tanpa merusak lingkungan. Dan juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
MODIFIKASI ALAT TANGKAP BUBU LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELOMPOK NELAYAN DI PULAU BEENG LAUT KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Costantein Imanuel Sarapil; Eunike Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 3 (2019): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alat tangkap Bubu atau yang lebih dikenal dengan sebutan Somba bagi masyarakat lokal, merupakan alat tangkap yang sudah cukup lama digunakan oleh kelompok nelayan penangkap ikan di Kampung Beeng Laut. Namun, keterbatasan konstruksi alat tangkap bubu yang terbuat dari anyaman bambu, mendorong Tim Pengabdi untuk memodifikasi alat tangkap tersebut menjadi lebih tahan lama. Sehingga dengan adanya modifikasi alat tangkap Bubu yang menggunakan besi dan tali jaring bahan PE multifilament, selain lebih tahan lama, juga membantu mengurangi biaya dan waktu pembuatan alat tangkap sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan penangkap ikan demersal. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga kelompok nelayan yang menjadi mitra. Mitra diharapkan dapat melakukan penangkapan ikan yang ramah lingkungan dengan menggunakan modifikasi alat tangkap somba. Tim PKM memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai modifikasi dari alat tangkap somba, serta pelatihan teknik pengoperasiannya. Target luaran yang dihasilkan berupa jurnal ilmiah dan produk alat tangkap somba yang diberikan kepada mitra. Tim PKM juga memberikan penyuluhan tentang ekosistem pesisir dan perencanaan keuangan bagi mitra. Jumlah alat yang diberikan bagi kelompok nelayan yang ada di kampung Beeng Laut yaitu 15 unit bubu, 5 buah cool box, 5 buah kacamata air, dan 3 ujung besi untuk pembuatan alat tangkap Jubi. Hasil yang diperoleh belum maksimal yaitu 1 – 3 ekor ikan per Bubu, karena pengaruh faktor cuaca. Bubu or better known as Somba by the local people in Beeng Laut Island is a fishing gear that has been used by the people for generations. However, bubu made of bamboo is less durable, motivating our community service team (shorthened for team PKM) to modify the traditional fishing gear to last longer in the sea. The modified bubu is made of iron and multifilament polyethylene (PE) ropes. In addition to being more robust in the sea, this type of bubu is cheaper and requires shorter time to build, therefore possibly increasing the local fishermen’s income. This community service aimed to improve the welfare of our local fishermen partner and encouraged them to practice environmentally friendly fishing method by using the modified bubu. Our PKM team mentored and trained the local fishermen on how to modify Somba and equipped them with necessary fishing techniques. Targated outputs of this PKM include one published scientific article and a few somba fishing gears as final products of this community service. The team also introduced the local people to coastal ecosystems and financial planning. Moreover, the team provided fishermen partner with both fishing and auxiliary fishing tools such as fifteen units of Bubu, each five pieces of cool box and goggle and three iron rods for spears. Unfortunately, during tryout of the modified bubu, the fishermen caught only 1-3 fish due to wheather.
Prediksi Transport Sedimen di Perairan Teluk Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Eunike Kumaseh; Yuliana Varala Tatontos; Costantein Imanuel Sarapil
Journal of Marine Research Vol 9, No 3 (2020): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.043 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i3.26537

Abstract

ABSTRAK: Secara geografis, Teluk Tahuna diapit oleh 2 muara sungai yaitu Muara Sungai Tidore, yang dekat dengan Pelabuhan Nusantara Tahuna, dan Muara Sungai Towo’e. Hal ini memungkinkan terjadinya sedimentasi.Sehingga, perlu diketahui besarnya angkutan sedimen yang terjadi di perairan Teluk Tahuna.Metode penelitian yang digunakan yaitu membandingkan metode Engelund-Hansen dengan hasil pengukuran di lapangan. Pengambilan sedimen menggunakan sediment trap dan diukur selama 2 minggu sekali sebanyak 5 kali. Sedimen dibawa ke Laboratorium Mekanika Tanah untuk memperoleh ukuran diameter sedimen. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun, Stasiun 1 dekat muara sungai Tidore, Stasiun 2 pada bagian tengah perairan, dan Stasiun 3 dekat muara sungai Towoé. Hasil prediksi transport sedimen di Perairan Teluk Tahuna dengan metode Engelund-Hansen yaitu pada Stasiun 1 = 0,00000291(m3/m*s), Stasiun 2 = 0,00000697(m3/m*s), dan Stasiun 3 = 0,00000789(m3/m*s). Perhitungan transport sedimen yang paling tinggi adalah di Stasiun 3. Pengukuran laju sedimentasi yaitu pada Stasiun 1 sebesar 0,0000029 m3/hari, Stasiun 2 sebesar 0,0000053 m3/hari dan pada Stasiun 3 sebesar 0,0000072 m3/ hari. Rata – rata hasil pengukuran yang paling tinggi juga ada di Stasiun 3,yaitu dekat Muara Sungai Towoé. Hasil prediksi Metode Engelund-Hansen hampir sama dengan hasil pengukuran laju sedimen di lapangan. Metode Engelund-Hansen cocok digunakan untuk memprediksi transport sedimen di Perairan Teluk Tahuna. ABSTRACT: Geographically, Tahuna Bay has 2 river mouths, the Tidore river mouth, which is close to the Tahuna Harbor, and Towo'e river mouth. This allows sedimentation. So, it is necessary to know the calculation of sediment transport. The research method is comparing the Engelund-Hansen method with the results of measurements. Sediment rate measured by sediment trap and once in 2 weeks for 5 times. Sediments were taken to the Soil Mechanics Laboratory. The location was divided into 3 stations. The results of prediction of sediment transport in Tahuna Bay with the Engelund-Hansen method are Station 1  = 0,00000291 (m3/m*s), Station 2  = 0,00000697 (m3/m *s), and Station 3  = 0,00000789 (m3/m*s). The highest calculation of sediment transport is at Station 3. The average measurement of sedimentation rate at Station 1 of 0,0000029 m3/day, Station 2 of 0,0000053 m3/day and at Station 3 is 0,0000072 m3/day. The highest average measurement results are also at Station 3, which is near the Towoé River Estuary. The predicted results of the Engelund-Hansen Method are almost the same as those of the sediment rate measurements in the field. Engelund-Hansen Method can be used to predict the sediment transport in Tahuna bay.