Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

RESPON TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) HASIL RIMPANG KULTUR JARINGAN GENERASI KEDUA TERHADAP PEMUPUKAN ENDANG HADIPOENTYANTI; SITTI FATIMAH SYAHID
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v13n3.2007.106-110

Abstract

ABSTRAKPenelitian mengenai respon temulawak hasil rimpang kulturjaringan generasi kedua terhadap pemupukan telah dilaksanakan di lahanpetani Sumur Wangi, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor dari bulan Oktober2002 sampai bulan September 2003. Bahan tanaman yang digunakansebagai benih adalah rimpang induk temulawak hasil kultur jaringangenerasi kedua. Perlakuan yang diuji adalah : (1) tanpa pupuk (kontrol),(2) pupuk kandang kambing 1 kg/tanaman, (3) pupuk kandang kambing 2kg/tanaman, (4) pupuk kandang kambing 1 kg/tanaman + pupuk buatanyaitu urea 2 g/tanaman, SP-36 1,8 g/tanaman dan KCL 2,7 g/tanaman dan,(5) pupuk kandang kambing 2 kg/tanaman + pupuk buatan urea 2g/tanaman, SP-36 1,8 g/tanaman dan KCL 2,7 g/tanaman. Rancangan yangdigunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Setiapulangan terdiri atas sepuluh tanaman. Jarak tanam yang digunakan adalah60 cm x 60 cm. Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh, jumlahanakan, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun serta lingkarbatang pada umur empat bulan, bobot rimpang per tanaman, panjang, lebardan diameter rimpang, jumlah rimpang induk serta analisa mutu yangmeliputi kadar air, kadar minyak atsiri dan kurkumin pada umursembilan bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anakan,tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang daun tidak dipengaruhi olehaplikasi pemupukan. Respon tanaman terhadap aplikasi pemupukanberpengaruh terhadap parameter lebar daun dan lingkar batang.Selanjutnya pemupukan berpengaruh nyata terhadap berat rimpang,panjang rimpang, lebar rimpang serta jumlah rimpang induk namuntidak berpengaruh terhadap diameter rimpang. Kandungan kurkuminpaling tinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan.Kata kunci : Temulawak,  Curcuma  xanthorrhiza,  kultur  jaringan,pemupukan, pertumbuhan, produksi, mutu, Jawa BaratABSTRACTResponse of Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)derived from rhizome in vitro of the second generation tofertilizer aplicationThe experiment was conducted to study the response of temulawakderived from rhizome in vitro of the second generation to fertilizerapplication. It was carried out in a farmer field at Sumur Wangi, Bogorfrom October 2002 to September 2003. Plant materials used were obtainedfrom in vitro rhizome of the second generation. Treatments tested werefive level of manure fertilizer and artificial fertilizer : (1) without fertilizer(control), (2) stable manure 1 kg/plant, (3) stable manure 2 kg/plant, (4)stable manure 1 kg/plant + artificial fertilizer i.e urea 2 g/plant, SP-36 1.8g/plant and KCL 2.7 g/plant and (5) stable manure 2 kg/plant + artificialfertilizer i.e urea 2 g/plant, SP-36 1.8 g/plant and KCL 2.7 g/plant. Theexperiment was designed using a randomized block design with threereplications, ten plants per replication. Plant spacing was 60 cm x 60 cm.The parameters observed were growth percentage, number of tillers, plantheight, number of leaves, length and width of leaves, stem coil at fourmonths of age, rhizome weight, length and width, rhizome diameter andnumber of main rhizomes. In addition, quality analysis was also conductedon water, essential, oil and curcumin content, nine months of age. Resultshowed that fertilizer treatment did not significantly increase the numberof tillers, plant height, leaf number, rhizome length and diameter comparedwith without fertilizer, but it significantly increased the leaf width, stemcoil, rhizome weight, length and width and also the number of mainrhizomes. The highest curcumin content was achieved by those withoutfertilizer treatment.Key words : Temulawak, Curcuma xanthorrhiza, tissue culture, fertilizerapplication, growth, yield, quality, West Java
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KANDUNGAN MINYAK DUA NOMOR SELASIH HUTAN (Ocimum gratissimum L.) Sri Wahyuni; Endang Hadipoentyanti; Agus Kardinan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n1.2005.%p

Abstract

Morphological characteristics and oil content of two accession numbers of tree basil (Ocimum gratissimum L.)Accession of essential oil plants can be distinguished based on morphological characters, oil content and its major chemical constituent. In this research, observations on two accession numbers of tree basil were performed to know their differences. Seeds were planted at the nursery, then transplanted to the polybag before their planted in the field. Fivety plants were planted at bedding size 2 x 3 m with 40 x 30 cm spacing. Morphological characters observed were habitus, stem diameter, shape and colour; leaves shape, colour and pubescentness; flower colour, petal colour and panicle arrangement; seed shape, colour and weight. The essential oil was extracted from whole herbs (young stem, leaves and flower) and analyzed their oil physicochemical characters and major oil constituent. Based on morphological characters both accession is difficult to be distinguished exept for their leaf odour.  Accession from Serang has less leaves odour compared to accession from Bogor. The oil content and physicochemical characters of the two accessions were most similar but different in the oil chemical constituent. Major chemical constituent of tree basil from Bogor is eugenol (37,04%), sineol (21,44%) and timol (9,67%), mean while major chemical constituent accession from Serang is Sineol (40,03%), eugenol (13,94%) and linalool (11,17%). For the pesticides used, accession from Bogor will be better because it has higher eugenol. 
HARGA POKOK BENIH NILAM VARIETAS SIDIKALANG HASIL KULTUR JARINGAN Ekwasita Rini Pribadi; Endang Hadipoentyanti; Amalia Amalia; Nursalam Sirait
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 1 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n1.2011.%p

Abstract

Kendala dalam penyediaan benih adalah ketersediaan yang tepat waktu, tepat jum-lah, seragam dan sehat. Teknik kultur ja-ringan dapat memecahkan kendala terse-but tetapi biayanya cukup tinggi sehingga harga benih menjadi mahal 3-4 kali harga benih konvensional. Untuk mengatasi hal tersebut pada tanaman nilam, dilakukan perbanyakan benih secara kultur jaringan dengan mensubstitusi bahan kimia yang harganya mahal dengan bahan-bahan al-ternatif yang mudah diperoleh seperti air kelapa dan sumber bahan organik lainnya. Penelitian dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan, laboratorium Pengujian Balittro, Balai Besar Pasca Panen, dan ru-mah kaca Balittro sejak Mei 2009 sampai Oktober 2010. Penentuan harga pokok dan skala ekonomi dilakukan secara bertahap : (1) harga pokok zat pengatur tumbuh (zpt) alternatif, terdiri dari air kelapa, ekstrak to-mat, dan ekstrak tauge, (2) harga pokok tunas hasil induksi dari eksplan varietas Sidikalang dengan media Murashige dan Skoog (MS) ditambah zpt alternatif dan sumber vitamin substitusi dari air kelapa, tomat, tauge, dan wood vinegar masing-masing dengan konsentrasi 0 (kontrol), 5, 10, 15, 20, dan 25%, (3) harga pokok multiplikasi tunas nilam dengan media ter-baik pada tahap induksi, (4) harga pokok tunas hasil multiplikasi media MS + air ke-lapa konsentrasi 10% dibandingkan de-ngan media dasar alternatif pupuk maje-muk dengan formulasi NPK 20-20-20 yaitu: (a) pupuk majemuk 0,5 1 g/l + air kelapa 10%, (b) pupuk majemuk 1 g/l + air kela-pa 10%, (c) pupuk majemuk 1,5 g/l + air kelapa 10%, (d) pupuk majemuk 2 g/l + air kelapa 10%, (e) MS + BA 0,5 mg/l, (f) MS + air kelapa 10%, (5) harga pokok ni-lam hasil aklimatisasi di rumah kaca de-ngan perlakuan beberapa jenis media : (a) tanah latosol (kontrol), (b) tanah lato-sol + kompos serasah tanaman (1:1), (c) tanah latosol + arang/sekam padi (1:1), (d) tanah latosol + cocopeat (1:1), (e) ta-nah latosol + kompos serasah tanaman + arang/sekam padi (1:1:1), (f) tanah lato-sol + kompos serasah tanaman + coco-peat (1:1:1), (g) tanah latosol + kompos serasah tanaman + arang/sekam padi + cocopeat (1:1:1:1), (6) harga pokok dan skala usaha nilam di dalam polybag ukur-an 10 x 15 cm dengan media tanam ta-nah + pupuk kandang (2:1). Penentuan harga pokok benih nilam dan skala usaha-nya, dilakukan dengan menganalisis input dan out-put kegiatan produksi benih ni-lam hasil kultur jaringan. Hasil penelitian menunjukkan harga pokok benih nilam skala laboratorium adalah Rp339 per tu-nas dengan media perbanyakan MS di-tambah zpt alternatif air kelapa konsen-trasi 10%, atau Rp796/polybag dengan titik impas/break event point pada jumlah produksi 51.415 polybag benih per 3,5 bulan setelah aklimatisasi, setara dengan pendapatan sebesar Rp40.926.258. 
Variabilitas Genetik Berbagai Varietas Abaka (Musa Textilis Nee) dan Kerabat Liar Melalui Analisis RAPD Endang Hadipoentyanti; Diah Ratnadewi; Lilis Solihat
Zuriat Vol 12, No 2 (2001)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v12i2.6700

Abstract

Abaka (Musa textilis Nee) merupakan tanaman penghasil serat yang digunakan dalam berbagai industri. Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan tanaman tersebut. Dalam penelitian ini dipelajari variabilitas genetik 30 nomor tanaman abaka dan kerabat liarnya hasil eksplorasi dari daerah Bogor, Serang, Malang, Banyuwangi, dan Palu berdasarkan pola pita hasil random amplified polymorphic DNA (RAPD). Praimer yang digunakan dalam proses RAPD sebanyak lima buah, yaitu praimer abi 117.17, abi 117.18, OPB 18, OPC 15, dan OPD 08. Hasil RAPD dicatat berdasarkan ada atau tidaknya pita, dan dianalisis menggunakan program SIMQUAL-similarity for qualitative data yang ada pada Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSys) versi 1.80. Varians genetik ditentukan berdasarkan metode Unweight Pair Group Methode by Average (UPGMA). Pola pita DNA yang dihasilkan sebanyak 69 pola pita dengan ukuran antara 0.25 kb-3 kb. Jumlah pita DNA per nomor tanaman adalah 1 pita-9 pita. Rata-rata jumlah pita dari masing-masing tanaman sebanyak 4 pita. Dendogram menghasilkan dua kelompok tanaman, yakni kelompok A dan B dengan kesamaan genetic sekitar 47%. Kelompok A berjumlah 14 tanaman dan terbagi ke dalam 7 sub kelompok. Sedangkan kelompok B terdiri dari 16 tanaman dan terbagi ke dalam 5 sub kelompok. Tanaman nomor 1, 2, 3 dan 5 diperkirakan termasuk ke dalam spesies atau varietas yang sama, juga nomor 10, 16, dan 19, serta nomor 20 dengan 23.
Analisis Lintas Karakter Morfologi dengan Hasil dan Kadar Minyak Mentha Endang Hadipoentyanti
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 6, No 1 (1991): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v6n1.1991.47-54

Abstract

RESPON TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) HASIL RIMPANG KULTUR JARINGAN GENERASI KEDUA TERHADAP PEMUPUKAN ENDANG HADIPOENTYANTI; SITTI FATIMAH SYAHID
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v13n3.2007.106-110

Abstract

ABSTRAKPenelitian mengenai respon temulawak hasil rimpang kulturjaringan generasi kedua terhadap pemupukan telah dilaksanakan di lahanpetani Sumur Wangi, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor dari bulan Oktober2002 sampai bulan September 2003. Bahan tanaman yang digunakansebagai benih adalah rimpang induk temulawak hasil kultur jaringangenerasi kedua. Perlakuan yang diuji adalah : (1) tanpa pupuk (kontrol),(2) pupuk kandang kambing 1 kg/tanaman, (3) pupuk kandang kambing 2kg/tanaman, (4) pupuk kandang kambing 1 kg/tanaman + pupuk buatanyaitu urea 2 g/tanaman, SP-36 1,8 g/tanaman dan KCL 2,7 g/tanaman dan,(5) pupuk kandang kambing 2 kg/tanaman + pupuk buatan urea 2g/tanaman, SP-36 1,8 g/tanaman dan KCL 2,7 g/tanaman. Rancangan yangdigunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Setiapulangan terdiri atas sepuluh tanaman. Jarak tanam yang digunakan adalah60 cm x 60 cm. Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh, jumlahanakan, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun serta lingkarbatang pada umur empat bulan, bobot rimpang per tanaman, panjang, lebardan diameter rimpang, jumlah rimpang induk serta analisa mutu yangmeliputi kadar air, kadar minyak atsiri dan kurkumin pada umursembilan bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anakan,tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang daun tidak dipengaruhi olehaplikasi pemupukan. Respon tanaman terhadap aplikasi pemupukanberpengaruh terhadap parameter lebar daun dan lingkar batang.Selanjutnya pemupukan berpengaruh nyata terhadap berat rimpang,panjang rimpang, lebar rimpang serta jumlah rimpang induk namuntidak berpengaruh terhadap diameter rimpang. Kandungan kurkuminpaling tinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan.Kata kunci : Temulawak,  Curcuma  xanthorrhiza,  kultur  jaringan,pemupukan, pertumbuhan, produksi, mutu, Jawa BaratABSTRACTResponse of Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)derived from rhizome in vitro of the second generation tofertilizer aplicationThe experiment was conducted to study the response of temulawakderived from rhizome in vitro of the second generation to fertilizerapplication. It was carried out in a farmer field at Sumur Wangi, Bogorfrom October 2002 to September 2003. Plant materials used were obtainedfrom in vitro rhizome of the second generation. Treatments tested werefive level of manure fertilizer and artificial fertilizer : (1) without fertilizer(control), (2) stable manure 1 kg/plant, (3) stable manure 2 kg/plant, (4)stable manure 1 kg/plant + artificial fertilizer i.e urea 2 g/plant, SP-36 1.8g/plant and KCL 2.7 g/plant and (5) stable manure 2 kg/plant + artificialfertilizer i.e urea 2 g/plant, SP-36 1.8 g/plant and KCL 2.7 g/plant. Theexperiment was designed using a randomized block design with threereplications, ten plants per replication. Plant spacing was 60 cm x 60 cm.The parameters observed were growth percentage, number of tillers, plantheight, number of leaves, length and width of leaves, stem coil at fourmonths of age, rhizome weight, length and width, rhizome diameter andnumber of main rhizomes. In addition, quality analysis was also conductedon water, essential, oil and curcumin content, nine months of age. Resultshowed that fertilizer treatment did not significantly increase the numberof tillers, plant height, leaf number, rhizome length and diameter comparedwith without fertilizer, but it significantly increased the leaf width, stemcoil, rhizome weight, length and width and also the number of mainrhizomes. The highest curcumin content was achieved by those withoutfertilizer treatment.Key words : Temulawak, Curcuma xanthorrhiza, tissue culture, fertilizerapplication, growth, yield, quality, West Java
Analisis Lintas Karakter Morfologi dengan Hasil dan Kadar Minyak Mentha Endang Hadipoentyanti
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 6, No 1 (1991): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v6n1.1991.47-54

Abstract

HARGA POKOK BENIH NILAM VARIETAS SIDIKALANG HASIL KULTUR JARINGAN Ekwasita Rini Pribadi; Endang Hadipoentyanti; Amalia Amalia; Nursalam Sirait
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 1 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n1.2011.%p

Abstract

Kendala dalam penyediaan benih adalah ketersediaan yang tepat waktu, tepat jum-lah, seragam dan sehat. Teknik kultur ja-ringan dapat memecahkan kendala terse-but tetapi biayanya cukup tinggi sehingga harga benih menjadi mahal 3-4 kali harga benih konvensional. Untuk mengatasi hal tersebut pada tanaman nilam, dilakukan perbanyakan benih secara kultur jaringan dengan mensubstitusi bahan kimia yang harganya mahal dengan bahan-bahan al-ternatif yang mudah diperoleh seperti air kelapa dan sumber bahan organik lainnya. Penelitian dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan, laboratorium Pengujian Balittro, Balai Besar Pasca Panen, dan ru-mah kaca Balittro sejak Mei 2009 sampai Oktober 2010. Penentuan harga pokok dan skala ekonomi dilakukan secara bertahap : (1) harga pokok zat pengatur tumbuh (zpt) alternatif, terdiri dari air kelapa, ekstrak to-mat, dan ekstrak tauge, (2) harga pokok tunas hasil induksi dari eksplan varietas Sidikalang dengan media Murashige dan Skoog (MS) ditambah zpt alternatif dan sumber vitamin substitusi dari air kelapa, tomat, tauge, dan wood vinegar masing-masing dengan konsentrasi 0 (kontrol), 5, 10, 15, 20, dan 25%, (3) harga pokok multiplikasi tunas nilam dengan media ter-baik pada tahap induksi, (4) harga pokok tunas hasil multiplikasi media MS + air ke-lapa konsentrasi 10% dibandingkan de-ngan media dasar alternatif pupuk maje-muk dengan formulasi NPK 20-20-20 yaitu: (a) pupuk majemuk 0,5 1 g/l + air kelapa 10%, (b) pupuk majemuk 1 g/l + air kela-pa 10%, (c) pupuk majemuk 1,5 g/l + air kelapa 10%, (d) pupuk majemuk 2 g/l + air kelapa 10%, (e) MS + BA 0,5 mg/l, (f) MS + air kelapa 10%, (5) harga pokok ni-lam hasil aklimatisasi di rumah kaca de-ngan perlakuan beberapa jenis media : (a) tanah latosol (kontrol), (b) tanah lato-sol + kompos serasah tanaman (1:1), (c) tanah latosol + arang/sekam padi (1:1), (d) tanah latosol + cocopeat (1:1), (e) ta-nah latosol + kompos serasah tanaman + arang/sekam padi (1:1:1), (f) tanah lato-sol + kompos serasah tanaman + coco-peat (1:1:1), (g) tanah latosol + kompos serasah tanaman + arang/sekam padi + cocopeat (1:1:1:1), (6) harga pokok dan skala usaha nilam di dalam polybag ukur-an 10 x 15 cm dengan media tanam ta-nah + pupuk kandang (2:1). Penentuan harga pokok benih nilam dan skala usaha-nya, dilakukan dengan menganalisis input dan out-put kegiatan produksi benih ni-lam hasil kultur jaringan. Hasil penelitian menunjukkan harga pokok benih nilam skala laboratorium adalah Rp339 per tu-nas dengan media perbanyakan MS di-tambah zpt alternatif air kelapa konsen-trasi 10%, atau Rp796/polybag dengan titik impas/break event point pada jumlah produksi 51.415 polybag benih per 3,5 bulan setelah aklimatisasi, setara dengan pendapatan sebesar Rp40.926.258. 
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KANDUNGAN MINYAK DUA NOMOR SELASIH HUTAN (Ocimum gratissimum L.) Sri Wahyuni; Endang Hadipoentyanti; Agus Kardinan
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 1 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n1.2005.%p

Abstract

Morphological characteristics and oil content of two accession numbers of tree basil (Ocimum gratissimum L.)Accession of essential oil plants can be distinguished based on morphological characters, oil content and its major chemical constituent. In this research, observations on two accession numbers of tree basil were performed to know their differences. Seeds were planted at the nursery, then transplanted to the polybag before their planted in the field. Fivety plants were planted at bedding size 2 x 3 m with 40 x 30 cm spacing. Morphological characters observed were habitus, stem diameter, shape and colour; leaves shape, colour and pubescentness; flower colour, petal colour and panicle arrangement; seed shape, colour and weight. The essential oil was extracted from whole herbs (young stem, leaves and flower) and analyzed their oil physicochemical characters and major oil constituent. Based on morphological characters both accession is difficult to be distinguished exept for their leaf odour.  Accession from Serang has less leaves odour compared to accession from Bogor. The oil content and physicochemical characters of the two accessions were most similar but different in the oil chemical constituent. Major chemical constituent of tree basil from Bogor is eugenol (37,04%), sineol (21,44%) and timol (9,67%), mean while major chemical constituent accession from Serang is Sineol (40,03%), eugenol (13,94%) and linalool (11,17%). For the pesticides used, accession from Bogor will be better because it has higher eugenol.