Articles
Mengulik Kompleksitas Proses Difusi Inovasi Teknologi di Perpustakaan
Endang Fatmawati
JPUA: Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga: Media Informasi dan Komunikasi Kepustakawanan Vol. 8 No. 2 (2018): Juli- Desember 2018
Publisher : Universitas Airlangga
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (161.441 KB)
|
DOI: 10.20473/jpua.v8i2.2018.74-78
Innovation is a certain idea, practice or product that is realized and accepted as something new to be adopted. Adoption is a process from getting acquainted with an innovation to decide to accept or reject. There is an innovation category that is sustaining and discontinues. An indication that there has been an innovation acceptance process is that it appears in behavioral, cognitive, affective and psychomotor changes.
Kebebasan Informasi Kalangan Milenial Dalam Ber-media Sosial
Endang Fatmawati
JPUA: Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga: Media Informasi dan Komunikasi Kepustakawanan Vol. 10 No. 2 (2020): JULI - DESEMBER 2020
Publisher : Universitas Airlangga
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (405.061 KB)
|
DOI: 10.20473/jpua.v10i2.2020.94-103
Media digital telah merubah eksistensi kalangan milenial dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Semua bisa dilakukan dengan lebih cepat, mudah, dan murah. Perilaku mengakses informasi bagi kalangan milenial selalu lekat dengan perangkat teknologi digital. Kemampuan internet dalam menjangkau secara verbal dan visual, menjadikan internet mempunyai peran sangat penting dalam komunikasi. Gaya hidup menggunakan smartphone menjadi potret kalangan milenial di era media sosial. Kebebasan informasi bagi kalangan milenial perlu diimbangi dengan kompetensi literasi digital, pengetahuan normatif, dan kecerdasan intelektual dalam menggunakan media sosial.
Tinjauan Literatur: Konsep Dasar Pendidikan Pemustaka
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 20, No 2 (2013): Juni
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (226.325 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v20i2.936
Pendidikan pemustaka sangat diperlukan di sebuah perpustakaan apapun jenisnya. Tujuan kegiatan pendidikan pemustaka disesuaikan dengan tingkatan kegiatan pelaksanaannya. Tingkatan pendidikan pemustaka dimulai dari orientasi, instruksi perpustakaan, instruksi bibliografi, sampai dengan instruksi literasi informasi. Peserta pendidikan pemustaka mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap materi, ada yang mudah menerimanya melalui visual, auditori, maupun kinestetik. Dalam mengevaluasi kegiatan pendidikan pemustaka bisa menggunakan cara formatif maupun sumatif, tergantung kebutuhan perpustakaan.
Media Multitasking di era digital natives
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 24, No 2 (2017): Juni
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (255.866 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v24i2.3
Artikel ini membahas media multitasking di era digital natives. Multitasking menjadi salah satu ciri dari generasi digital natives, sehingga memahami multitasking menjadi penting bagi pustakawan dalam ranah di perpustakaan modern. Berkembangnya teknologi internet dan smartphone menyebabkan aktivitas multitasking bagi pustakawan seperti difasilitasi.
Kesiapan Pustakawan Indonesia Menyongsong MEA 2015
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 22, No 2 (2015): Juni
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (8080.902 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v22i2.834
MEA yang rencananya akan diberlakukan Desember 2015 menjadi momen yang membuka gerbang perdagangan bebas ASEAN. MEA menjadi salah satu bentuk kesepakatan 10 anggota negara ASEAN untuk memberikan peluang yang sama dan menciptakan sebuah iklim pasar yang terbuka. Kunci utama MEA adalah daya saing. Pustakawan harus optimis dan siap untuk bersaing menghadapi pustakawan asing. Dampak dari konsekuensi MEA yang jelas adalah aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus tenaga kerja, dan arus bebas bidang permodalan. Pustakawan termasuk yang terkena dampak dari persaingan tenaga kerja. Terkait dengan kesiapan pustakawan menyongsong MEA, maka sertifikasi pustakawan adalah salah satu indikatornya. Hal ini sebagai bentuk jaminan dan pengakuan akan kompetensi yang dimiliki pustakawan Indonesia.
Kecemasan Pemustaka: Salah Satu Penyebab Rendahnya Tingkat Fisik Kunjungan ke Perpustakaan
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 26, No 1 (2019): Maret
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (208.022 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v26i1.177
Abstrak Artikel ini membahas tentang kecemasan pemustaka untuk berkunjung secara fisik ke perpustakaan. Kecemasan pemustaka merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan berkaitan dengan perasaan tidak pasti terhadap perpustakaan. Kecemasan menjadi pengalaman subjektif pemustaka yang bersifat tidak menyenangkan yang terkait dengan komponen perpustakaan. Kecemasan pemustaka dapat menimbulkan perasaan takut, khawatir, dan tidak nyaman terhadap perpustakaan. Kecemasan ketika sudah berkunjung fisik ke perpustakaan dapat terjadi saat menelusur sumber informasi, menggunakan fasilitas perpustakaan, dan ketika berinteraksi dengan pustakawan. Abstract This article discusses about library anxiety who visit physically to the library. Library anxiety is an unclear concern and is associated with uncertainty about the library. Library anxiety is a subjective experience of an unpleasant user associated with the library component. Library anxiety can cause feelings of fear, worry, and discomfort with the library. Library anxiety when visiting a physical library can occur when searching for information sources, using library facilities, and when interacting with librarians.
Kajian Resepsi Pustakawan Terhadap Tayangan Gemilang Perpustakaan Nasional 2016 di TV One
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 25, No 1 (2018): Maret
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (704.874 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v25i1.187
Abstrak Penelitian ini merupakan studi tentang khalayak pustakawan dengan pendekatan analisis resepsi. Tujuan penelitian adalah mengetahui encoding tayangan bertajuk Gemilang Perpustakaan Nasional 2016 di TV One kepada khalayak pustakawan dan bagaimana khalayak pustakawan aktif meresepsi pesan kode dalam tayangan Gemilang Perpustakaan Nasional 2016 di TV One. Acara yang mengangkat topik tentang perpustakaan ini berjenis variety show. Data penelitian diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Temuan penelitian bahwa resepsi pustakawan ternyata memiliki pemaknaan masing-masing terhadap pesan yang disampaikan. Bisa saja tayangan tersebut dihadirkan untuk mendongkrak jumlah khalayak karena TV One barangkali dikenal dengan media yang anti mainstream atau sekedar spectacles TV One agar dianggap pelopor media yang peduli terhadap perpustakaan dan profesi pustakawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resepsi pesan kode dalam tayangan bertajuk “Gemilang Perpustakaan Nasional 2016” di TV One diketahui ada tiga pembacaan. Negotiated meaning yang bernego dengan identitasnya sebagai pustakawan yang disembunyikan ketika berinteraksi dengan profesi lainnya di masyarakat (informan Dn). Decoding oposisional dimana informan Sw memahami encoding bahwa tidak mengalami perlakuan yang tidak baik dari profesi lainnya. Posisi hegemonik-dominan ketika informan Bd dan Fl menerima tayangan bertajuk “Gemilang Perpustakaan Nasional 2016” secara penuh.
Pengembangan Kepribadian Pustakawan
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 17, No 3&4 (2010): SEPTEMBER & DESEMBER
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (262.424 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v17i3&4.877
Konsep kepribadian (personality) pustakawan itu juga sangat penting untuk terus diperhatikan. Walaupun konsep kepribadian pustakawan ini sebenarnya merupakan konsep pemikiran dan agenda lama yang pernah ada dan pernah kita bicarakan. Namun saat ini seolah-olah hilang bagai ditiup angin. Padahal bukankah pustakawan menjadi garda terdepan yang memberikan layanan langsung kepada pemustakanya? Mengapa pustakawan perlu mengembangkan kepribadian? Bagaimana pustakawan mengenal konsep diri? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan menghambat kepribadian pustakawan? Hal-hal apa saja yang berkaitan dengan upaya pengembangan kepribadian pustakawan? Merupakan permasalahan yang akan dibahas pada artikel ini. Beberapa hal yang menurut saya sekiranya berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan kepribadian pustakawan adalah who I am?; Identitas Jati Diri; Character Building; Mind Set; Courtesy; Etiket.
Mediatisasi Perpustakaan dalam Konteks Perubahan Layanan Bercerita Melalui Budaya Visual
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 23, No 1 (2016): Maret
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (6139.71 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v23i1.841
Budaya visual merupakan budaya yang bertumpu pada unsur-unsur visual sebagai unsur pembentuknya. Mediatisasi di perpustakaan dimaksudkan untuk memahami pentingnya media dalam budaya terkait dengan hubungan media dan perubahan sosio-kultural di perpustakaan. Cerita digital menjadi metode baru bagi pustakawan saat memberikan layanan bercerita. Perubahan yang nampak adanya penggabungan seni bercerita dengan berbagai digital multimedia, seperti gambar, audio, dan video. Hadirnya cerita digital akan mempengaruhi interaksi sosial karena sudah termediasi oleh teknologi. Begitu juga ada perubahan bentuk media yang digunakan oleh pustakawan dalam tugasnya sebagai storyteller di bagian layanan bercerita.
Kemas Ulang Informasi: Suatu Tantangan Bagi Pustakawan
Endang Fatmawati
Media Pustakawan Vol 16, No 1&2 (2009): Maret
Publisher : Perpustakaan Nasional
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (176.864 KB)
|
DOI: 10.37014/medpus.v16i1&2.903
Artikel ini membahas mengenai kemas ulang informasi sebagai suatu tantangan bagi pustakawan. Fenomena pergeseran orientasi kebutuhan pengguna semakin kompleks dan beragam. Agar informasi menjadi menarik pengguna perpustakaan, pustakawan harus berperan sebagai pengemas informasi. Kemas informasi dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan bentuk informasi yang ada, sehingga informasi dapat didesiminasikan dengan cepat, tepat, dan akurat. Informasi yang dikemas harus marketable, karena hasil riset, studi, dan kajian akan berarti/memberikan manfaat jika disebarluaskan. Dan tidak hanya disimpan di perpustakaan. Pengemasan informasi yang baik, harus didukung oleh informasi yang cukup memadai dan dapat dipertanggungjawabkan. Informasi yang dikemas kembali akan memberikan kemudahan dalam penyebaran informasi dan temu kembali informasi.