Daging ikan Jangilus dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pengolahan sementara tulangnya dibuang sebagai limbah. Tulang ikan mengandung mineral-mineral penting bagi tubuh dan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan yang dapat ditambahkan ke dalam berbagai formulasi seperti biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit dengan penambahan tulang ikan Jangilus pada jumlah tertentu. Parameter yang diamati ialah kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat (by difference) dan karakteristik fisik yaitu kekerasandan kerapuhan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental (Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan penambahan tepung tulang sebanyak 0% (A), 5% (B), 10% (C), 15% (D), 20% (E) dan 3 ulangan untuk sampel uji proksimat) dan deskriptif (karakteristik fisik). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang mempengaruhi kadar air, abu, protein dan lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya komposisi awal bahan-bahan, suhu dan waktu pemanggangan. Hasil pengujiankekerasan menunjukkan nilai tertinggi 760,89 gf (E) dan nilai terendah 319,86 gf (A). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat kekerasannya akan meningkat. Hasil pengujian fracturability menunjukkan nilai tertinggi adalah 5,52 mm (A) dan nilai terendah 4,38 mm (E). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat fracturability-nya cenderung akan semakin besar. Nilai kekerasan dan kerapuhan biskuit dipengaruhi oleh komposisi penyusun biskuit, tepung tulang serta suhu dan waktu pemanggangannya.Daging ikan Jangilus dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pengolahan sementara tulangnya dibuang sebagai limbah. Tulang ikan mengandung mineral-mineral penting bagi tubuh dan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan yang dapat ditambahkan ke dalam berbagai formulasi seperti biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit[K1] dengan penambahan tulang ikan Jangilus pada jumlah tertentu. Parameter yang diamati ialah kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat (by difference)[K2] dan karakteristik fisik yaitu kekerasan[K3] dan kerapuhan. [K4] Metode yang digunakan adalah metode eksperimental (Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan[K5] penambahan tepung tulang sebanyak 0% (A), 5% (B), 10% (C), 15% (D), 20% (E) dan 3 ulangan untuk sampel uji proksimat) dan deskriptif (karakteristik fisik). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang mempengaruhi kadar air, abu, protein dan lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya komposisi awal bahan-bahan, suhu dan waktu pemanggangan. Hasil pengujian[K6] kekerasan menunjukkan nilai tertinggi 760,89 gf (E) dan nilai terendah 319,86 gf (A).[K7] Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat kekerasannya akan meningkat. Hasil pengujian fracturability menunjukkan nilai tertinggi adalah 5,52 mm (A) dan nilai terendah 4,38 mm (E). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat fracturability-nya cenderung akan semakin besar. Nilai kekerasan dan kerapuhan biskuit dipengaruhi oleh komposisi penyusun biskuit, tepung tulang serta suhu dan waktu pemanggangannya. [K1]Mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit.... [K2]Pakai bhs indo.... Uky: Gatau bu emm padanan bhs indonesianya saya [K3]Pakai bhs indo [K4]Pakai bhs indo [K5]Pakai rancangan apa dan apa saja perlakuannya? [K6]Kesimpulan dari penelitian ini bahwa yang karakteristik biskuit terbaik adalah yang ditambahkan tepung jangilus....% dengan karakteristik kimia dan fisik sbb....... Belum diubahUky: Tidak mencari yang terbaik bu emm, tujuannya baru sampai menjelaskan karakteristik kimia sama fisik secara deskriptif karena belum ada standar baku kekerasan dan kerapuhan biskuit rancangan digunakan cuma buat melihat penambahannya signifikan atau ngga dan itu juga cuma buat uji proksimatnya aja. Standar proksimat Cuma ada dari SNI [K7]Apa itu E dan A? Beri penjelasan... Uky: Sudah di atas