Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

The Effectiveness of Ascidian Didemnum molle Extracts as Antibactery Vibrio harveyi on Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Christin Jelita, Christin Jelita; Bachtiar, Eri; Liviawaty, Evi
Aquacultura Indonesiana Vol 15, No 2 (2014): Volume 15 Issue 2 Year 2014
Publisher : Indonesian Aquaculture Society (MAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.961 KB) | DOI: 10.21534/ai.v15i2.32

Abstract

This research studied the effectiveness of Ascidian Didemnum molle extracts as curative for bacteria Vibrio harveyi infection in tiger shrimp (Penaeus monodon). The purpose of the research was to find out the effective concentration of antibacterial compound Ascidians Didemnum molle to curative the infection of bacteria Vibrio harveyi in tiger shrimp. The Ascidians Didemnum molle which were used in this research was originated from Kepulauan Seribu waters. Ascidians Didemnum molle collected by 3.5 kg with an average size of 5-15 cm per individual. The research was conducted from September to December 2013 at the Biotechnology Laboratory and Aquaculture Laboratory of the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Padjadjaran University. The method which was used in this research was a laboratory experimental method such as phytochemical test, extraction, anti-Vibrio harveyi activity test, LC50 test and chalenge test. Descriptive analysis was used in this research. Based on the anti-Vibrio harveyi activity test, it could be concluded that Ascidian Didemnum molle extract had potential as an antibacterial for Vibrio harveyi, which indicated by inhibition zones as 11.1 mm at a concentration of 1,000 mg/L. The result of EPA Probit analysis on LC50 test, with 48-hours of observation, determine 387 mg/L as a safe extract concentration for tiger shrimp. The chalenge test showed that treatment D with concentration of 290.25 mg/L was effective to be used as treatment for tiger shrimp that were infected by Vibrio harveyi bacteria solution of density 106 CFU/ mL, with the highest survival rate was 51.7%.
Fortifikasi Tinta Cumi-Cumi pada Cup Cake Nielam Vioni; Evi Liviawaty; Iis Rostini; Eddy Afrianto; Nia Kurniawati
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 21 No 1 (2018): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 21(1)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.292 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v21i1.21264

Abstract

Cumi-cumi memiliki kantung tinta yang mengandung melanin dalam bentuk melanoprotein, asam glutamat dan asam aspartat yang  memberikan rasa sedap dan gurih. Tinta cumi digunakan sebagai pewarna hitam alami dan termasuk limbah yang belum dimanfaatkan secara maksimal.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase fortifikasi tinta cumi-cumi pada cup cake berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan 5 perlakuan penambahan tinta cumi-cumi (0%, 0.5%, 1%, 1.5%, dan 2%) berdasarkan berat tepung terigu. Parameter yang diamati dalam penelitian adalah rendemen tinta cumi-cumi, tingkat kesukaan (uji hedonik) terhadap karakteristik kenampakan, aroma, tekstur dan rasa cup cake, kadar air, abu, protein dan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan penambahan tinta cumi-cumi masih disukai. Perlakuan penambahan tinta cumi-cumi 1,5% merupakan perlakuan yang lebih disukai panelis dibandingkan perlakuan lainnya, dengan karakteristik kenampakan 6,4±1,73, aroma 7,3±1,49, tekstur 7,3±2,08 (disukai), rasa 8,4±1,47 (sangat disukai) dan nilai  serta dengan kadar air 32,77%; abu 1,76%, protein 11,74% dan lemak 18,20%  
Molecular Identification of Bacillus Derived from the Common Carp Intestine and Their Antibiotics Resistance Yuniar Mulyani; Karimah Syakirotin; Kiki Haetami; Yeni Mulyani; Evi Liviawaty; Mochamad Untung Kurnia Agung
Jurnal Biodjati Vol 5, No 2 (2020): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v5i2.5263

Abstract

The use of bacteria as a biological control agent in aquaculture is such new hope overcoming the negative impacts of the impropriate use of antibiotics. Bacillus is widely known as a potential probiotic for aquaculture, especially which are derived from aquatic biota. Due to a concern that the role of Bacillus as a probiotic agent will be disrupted by residues of antibiotics in the water, this research aimed to identify Bacillus species from common carp intestine based on the molecular method and investigate their resistance to some com-mercial antibiotics that widely used in aquaculture. Chloramphenicol, ampicillin, and metronidazole were used to determine the Bacillus resistance to antibiotics using the Kirby Bauer method. The resistance assay was carried out with a bacterial density of 108 CFU/mL. The results showed that Bacillus isolates derived from common carp  intestine were closely related and resistant to antibiotics. Isolates that resistant to the three types of antibiotics were Cc.1.9 (CgN9) and Cc.2.18 (CgM18).
Pengaruh Suhu dan Lama Blansing Terhadap Penurunan Kesegaran Filet Tagih Selama Penyimpanan Pada Suhu Rendah Eddy Afrianto; Evi Liviawaty; Otong Suhara; Herman Hamdani
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.093 KB)

Abstract

Penelitian mengenai pengaruh suhu dan lama blansing terhadap penurunan kesegaran filet tagih selama penyimpanan pada suhu rendah telah dilakukan.  Tiga taraf perlakuan suhu blansing, 80o, 90o, dan 100oC dan tiga taraf lama blansing, 1, 3 dan 5 menit.  Paramater yang diamati selama penyimpanan filet tagih pada suhu rendah adalah populasi bakteri pembusuk, pH dan susut bobot.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa filet yang diblansing pada suhu 80oC selama 3 menit mampu menghambat penurunan kesegaran paling baik dengan populasi mikroba pada penyimpanan hari ke-10 sebanyak 6 x 10% CFU, peningkatan pH menjadi 6.55 pada hari ke-4 dan susut bobot pada hari ke-10 sebesar 4 persen.
Penentuan Waktu Rigor Mortis Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) Berdasarkan Pola Perubahan Derajat Keasaman Evi Liviawaty; Eddy Afrianto
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.482 KB)

Abstract

Penelitian mengenai penentuan waktu rigor mortis berdasarkan pola perubahan derajat keasaman daging ikan nila merah (Oreochromis niloticus) yang disimpan pada suhu rendah telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu masuknya rigor mortis ikan nila merah berdasarkan derajat keasamannya. Penelitian menggunakan metode deskriptif berdasarkan pengamatan mulai saat ikan mati dengan selang waktu 30menit sekali selama 7jam, dan selanjutnya tiap 60menit sekali hingga 14jam. Parameter yang diukur adalah kekerasan ikan dan derajat keasaman daging. Berdasarkan hasil penelitian, ikan nila merah sampai 1,5jam setelah mati masih dalam fase pre-rigor mortis dengan rata-rata pH relatif konstan, yaitu 6,96 – 7,04 dan rata-rata kekerasan 0,80kg/cm².  Rata-rata nilai pH pada 2jam setelah mati mulai menurun menjadi 6,66 hingga pH 6,17 pada 10 jam setelah mati, dengan nilai rata-rata kekerasan 0,81kg/cm² - 0,89kg/cm².  Selanjutnya nilai rata-rata pH mulai 11 jam hingga 14jam setelah mati terjadi peningkatan menjadi 6,26- 6,32, sedangkan nilai rata-rata kekerasan sekitar 0,88kg/cm². Berdasarkan penelitian ini dapat dikatakan bahwa ikan nila merah mulai memasuki fase rigor mortis adalah 2 jam setelah mati dan mulai memasuki fase post-rigor mortis pada 12jam setelah ikan mati, namun hingga 14 jam setelah mati, daging ikan masih dalam kondisi segar.  
Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Tulang Ikan Jangilus (Istiophorus Sp.) Rusky Intan Pratama; Iis Rostini; Evi Liviawaty
Jurnal Akuatika Vol 5, No 1 (2014): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.547 KB)

Abstract

Daging ikan Jangilus dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pengolahan sementara tulangnya dibuang sebagai limbah. Tulang ikan mengandung mineral-mineral penting bagi tubuh dan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan yang dapat ditambahkan ke dalam berbagai formulasi seperti biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit dengan penambahan tulang ikan Jangilus pada jumlah tertentu. Parameter yang diamati ialah kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat (by difference) dan karakteristik fisik yaitu kekerasandan kerapuhan.  Metode yang digunakan adalah metode eksperimental (Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan penambahan tepung tulang sebanyak 0% (A), 5% (B), 10% (C), 15% (D), 20% (E) dan 3 ulangan untuk sampel uji proksimat) dan deskriptif (karakteristik fisik). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang mempengaruhi kadar air, abu, protein dan lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya komposisi awal bahan-bahan, suhu dan waktu pemanggangan. Hasil pengujiankekerasan menunjukkan nilai tertinggi 760,89 gf (E) dan nilai terendah 319,86 gf (A). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat kekerasannya akan meningkat. Hasil pengujian fracturability menunjukkan nilai tertinggi adalah 5,52 mm (A) dan nilai terendah 4,38 mm (E). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat fracturability-nya cenderung akan semakin besar. Nilai kekerasan dan kerapuhan biskuit dipengaruhi oleh komposisi penyusun biskuit, tepung tulang serta suhu dan waktu pemanggangannya.Daging ikan Jangilus dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri pengolahan sementara tulangnya dibuang sebagai limbah. Tulang ikan mengandung mineral-mineral penting bagi tubuh dan dapat dimanfaatkan menjadi tepung tulang ikan yang dapat ditambahkan ke dalam berbagai formulasi seperti biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit[K1]  dengan penambahan tulang ikan Jangilus pada jumlah tertentu. Parameter yang diamati ialah kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat (by difference)[K2]  dan karakteristik fisik yaitu kekerasan[K3] dan kerapuhan. [K4] Metode yang digunakan adalah metode eksperimental (Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan[K5]  penambahan tepung tulang sebanyak 0% (A), 5% (B), 10% (C), 15% (D), 20% (E) dan 3 ulangan untuk sampel uji proksimat) dan deskriptif (karakteristik fisik). Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa penambahan tepung tulang mempengaruhi kadar air, abu, protein dan lemak. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya komposisi awal bahan-bahan, suhu dan waktu pemanggangan. Hasil pengujian[K6] kekerasan menunjukkan nilai tertinggi 760,89 gf (E) dan nilai terendah 319,86 gf (A).[K7] Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat kekerasannya akan meningkat. Hasil pengujian fracturability menunjukkan nilai tertinggi adalah 5,52 mm (A) dan nilai terendah 4,38 mm (E). Semakin besar jumlah penambahan tepung tulang pada biskuit maka tingkat fracturability-nya cenderung akan semakin besar. Nilai kekerasan dan kerapuhan biskuit dipengaruhi oleh komposisi penyusun biskuit, tepung tulang serta suhu dan waktu pemanggangannya. [K1]Mengkarakterisasi secara kimia dan fisik biskuit.... [K2]Pakai bhs indo.... Uky: Gatau bu emm padanan bhs indonesianya saya [K3]Pakai bhs indo [K4]Pakai bhs indo [K5]Pakai rancangan apa dan apa saja perlakuannya?  [K6]Kesimpulan dari penelitian ini bahwa yang karakteristik biskuit terbaik adalah yang ditambahkan tepung jangilus....% dengan karakteristik kimia dan fisik sbb....... Belum diubahUky: Tidak mencari yang terbaik bu emm, tujuannya baru sampai menjelaskan karakteristik kimia sama fisik secara deskriptif karena belum ada standar baku kekerasan dan kerapuhan biskuit rancangan digunakan cuma buat melihat penambahannya signifikan atau ngga dan itu juga cuma buat uji proksimatnya aja. Standar proksimat Cuma ada dari SNI  [K7]Apa itu E dan A? Beri penjelasan... Uky: Sudah di atas
Penambahan Hidrolisat Protein Lele Dumbo Terhadap Tingkat Kesukaan Opak Singkong Rosa - Handayani; Evi - Liviawaty; Yuli - Andriani; Junianto - -
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 9, No 2 (2018): Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No. 2 /Desember 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.367 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui persentase penambahan  hidrolisat protein lele dumbo pada opak singkong terhadap tingkat kesukaan. Penelitian di laksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran, Laboratorium Pusat Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Pangan Universitas Pasundan pada Bulan Mei 2017. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan 6 perlakuan penambahan hidrolisat protein lele dumbo yaitu 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan 12,5% dengan 20 orang panelis semi terlatih sebagai ulangan. Variabel yang diamati terdiri atas rendemen hidrolisat protein lele dumbo, tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan, aroma, tekstur, serta rasa opak singkong, dan uji proksimat terhadap kadar air, kadar abu, protein, lemak dan karbohidrat. Tingkat kesukaan dihitung dengan uji Friedman kemudian dilanjutkan dengan uji Bayes untuk mengetahui opak singkong dengan penambahan hidrolisat protein lele dumbo yang terbaik. Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan masih termasuk disukai namun opak singkong dengan penambahan hidrolisat protein lele dumbo sebesar 2,5% lebih disukai dari perlakuan lainnya. Nilai median uji kesukaan opak singkong terhadap kenampakan, tekstur dan rasa adalah 7 yaitu disukai, serta aroma adalah 6 yaitu netral, dengan kadar air 2,5%, kadar abu 1,46%, protein 5%, lemak 17,3% dan karbohidrat 72,69%
Fortifikasi Tepung Cangkang Udang sebagai SUmber Kalsium Terhadap Tingkat Kesukaan Cone Es Krim Azhari Jaya Permana; Evi Liviawaty; Iskandar -
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 3, No 4 (2012)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi tepung cangkang udang sebagai sumber kalsium terhadap tingkat kesukaan cone es krim.  Metode Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental, dengan perlakuan penambahan tepung cangkang udang yang berbeda-beda yaitu 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% terhadap tepung tapioka dalam adonan.  Parameter yang diamati terdiri dari rendemen tepung cangkang udang, derajat pengembangan, dan ketahanan cone terhadap es krim, tingkat kesukaan panelis terdiri dari karakteristik organoleptik kenampakan, aroma, rasa, dan tekstur. Karakteristik organoleptik diuji dengan uji Friedman kemudian dilanjutkan dengan uji Bayes untuk mengetahui cone dengan penambahan tepung cangkang udang mana yang terbaik, serta kimia (kadar kalsium) cone diuji secara duplo. Berdasarkan hasil Penelitian, didapatkan bahwa fortifikasi tepung cangkang udang sampai dengan 10% pada cone es krim masih disukai oleh panelis, namun berdasarkan uji Bayes perlakuan 5% mempunyai nilai alternatif lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya yaitu 6,49, dengan derajat pengembangan 8,82%, ketahanan cone terhadap es krim selama 27 menit, dan kandungan kalsium sebesar 62 mg.
Pemanfaatan Ekstrak Kulit Jengkol Dalam Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Imunitas Benih Gurame (Osphronemus gouramy) Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Rika Rosmawaty; Rosidah .; Evi Liviawaty
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 7, No 1 (2016): Jurnal Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret hingga Oktober 2015 di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak kulit jengkol yang ditambahkan dalam pakan terhadap peningkatan imunitas dan kelangsungan hidup benih gurame yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan penelitian diantaranya A (Kontrol), B (10 ppm), C (15 ppm), D (20 ppm), dan E (25 ppm). Parameter yang diamati adalah gejala klinis, jumlah sel darah putih, kelangsungan hidup dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ekstrak kulit jengkol dalam pakan dengan konsentrasi 20 ppm efektif meningkatkan imunitas benih gurame terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophila dengan rata-rata kelangsungan hidup berbeda nyata sebesar 93,33%, dengan nilai presentase peningkatan jumlah sel darah putih tertinggi yaitu sebesar 55,74% setelah diberi perlakuan ekstrak kulit jengkol
Perbedaan Jenis Ikan Sebagai Bahan Baku Terhadap Tingkat Kesukaan Kamaboko Syarifudin Sahlan; Evi Liviawaty; Iis Rostini; Rusky Intan Pratama
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 9, No 1 (2018): Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol. IX No. 1 /Juni 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.785 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis ikan sebagai bahan baku dalam pembuatan kamaboko terhadap tingkat kesukaan panelis. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan Mei 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan perlakuan bahan baku berbeda yaitu menggunakan ikan nila merah, bandeng, dan kakap merah. Pengamatan yang dilakukan adalah uji kesukaan meliputi kenampakan, aroma, tekstur dan rasa. Uji fisik berupa uji lipat, uji kimia meliputi uji Kadar air, dan kadar protein. Hasil penelitian menunjukan bahwa kamaboko dengan bahan baku ikan nila merah merupakan kamaboko yang paling disukai oleh panelis dengan nilai median  kenampakan 9, aroma 7, tekstur 8, rasa 9, uji lipat dengan nilai 5 (sangat kenyal), kadar air 75,19% dan kandungan protein sebesar 12,76%.