Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

ANALISIS FITOKIMIA DAN PENAMPILAN POLAPITA PROTEIN TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica) HASIL KONSERVASI IN VITRO Natalini Nova Kristina; Edy Djauhari Kusumah; Putri Karina Lailani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 1 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n1.2009.%p

Abstract

Pegagan (Centella asiatica) merupa-kan salah satu tanaman obat yang digunakan untuk mengatasi pikun dan juga sebagai bahan industri farmasi, kosmetika, suplemen makanan dan minuman. Tanaman ini telah dikonservasi secara in vitro dan telah memasuki usia kultur lima tahun. Selama masa periode tersebut terlihat ada perubahan pada penampilan kultur. Untuk itu tanaman hasil konservasi in vitro tersebut dikeluarkan dari botol kultur dan di aklimatisasi di rumah kaca. Penelitian ber-tujuan untuk melihat kandungan fitokimia dan pola pita protein tanaman tersebut dibanding-kan dengan tanaman induknya yang berasal dari kebun percobaan Cimanggu. Sampel daun pegagan in vitro dan yang tumbuh di lapang diekstrak untuk analisis fitokimia alkaloid, flavanoid, saponin, dan triterpenoid berdasar-kan metode Harbone (1987). Kadar protein ditentukan dengan menggunakan metode Lowry dan pola pita protein ditentukan ber-dasarkan hasil elektroforesis dengan gel poli-akrilamida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan metabolit sekunder pegagan in vitro berbeda dengan tanaman induk yang tumbuh di lapang. Pegagan asal in vitro menghasilkan tannin dan alkaloid positif (2+) saponin positif kuat (3+) serta ditemukan steroid dengan kandungan positif kuat sekali (4+). Sementara pada tanaman pegagan lapang, kandungan metabolit sekunder tannin, alkaloid, dan flavonoid positif kuat (3+), saponin, tanin, dan triterpenoid kuat sekali (4+), tetapi tidak ditemukan steroid. Konsentrasi protein total pada pegagan asal in vitro 17,092 μg/mL lebih tinggi dibandingkan dengan di lapang 8,559 μg/mL. Pola pita protein asal in vitro lebih tebal   daripada   yang di lapang dan menunjuk-kan adanya 2 pita protein yang dominan dengan masing-masing bobot molekul 53,7 Kda dan 31 Kda.
PENGARUH AUKSIN IBA DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN INGGU SITTI FATIMAH SYAHID; NATALINI NOVA KRISTINA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 20, No 3 (2014): September 2014
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v20n3.2014.122-129

Abstract

ABSTRAK Inggu (Ruta graveolens L.) merupakan salah satu tanaman obat langka di Indonesia yang perlu dilestarikan. Upaya konservasi tanaman inggu telah dilakukan secara in vitro di laboratorium Balittro selama 17 tahun pada kultur tunas. Untuk mengobservasi kestabilan genetik perlu dilakukan induksi perakaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh auksin IBA dan NAA terhadap induksi perakaran inggu secara in vitro. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas steril inggu in vitro yang telah berumur 17 tahun, yang ditanam pada media dasar Murashige dan Skoog (MS) setengah konsentrasi (½ MS) yang diperkaya vitamin dari group B. Perlakuan yang diuji adalah beberapa taraf konsentrasi auksin IBA dan NAA (0; 0,001; 0,002; dan 0,003 mg/l). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari lima botol yang berisi dua tanaman. Parameter yang diamati adalah jumlah, panjang, dan bentuk akar, serta jumlah tunas dan penampilan kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media ½ MS yang diperkaya NAA pada konsentrasi rendah 0,001 mg/l menghasilkan jumlah akar terbanyak, yaitu 13,6 akar. Perlakuan ini juga menghasilkan banyak bulu-bulu akar yang menandakan akar yang sehat. Kata kunci: Ruta graveolens L., IBA, NAA, induksi perakaran, in vitro  The Effect of Auxin IBA and NAA to In Vitro Rooting Induction of Roe (Ruta graveolens L.)  ABSTRACTRoe (Ruta graveolens L.) is one of the Indonesian rare medicinal plants. An attempt to conserve roe, has been conducted through in vitro culture of sterile shoots at the laboratory of the Indonesian Spice and Medicinal Crops Research Institut (ISMCRI) for 17 years. To observe the genetic stability of culture following in vitro conservation for a long period, the collection must be tested in greenhouse and field. Therefore, it is necessary to induce rooting. The aim of the experiment was to observe the effect of IBA and NAA auxin to root induction of roe. The sterile shoots were used as material. They were planted on half-concentration (½ MS) on Murashige and Skoog (MS) medium, enriched with vitamin from group B. The experiment was arranged in a completely randomized design with five replications. Each replication consist of five bottles with two plants. The treatment tested were several concentrations of IBA and NAA (0; 0.001; 0.002; and 0.003 mg/l). The parameters observed were number, lenght, shape, and length of roots, and also the number of shoots and culture performance. The result showed that the use of ½ MS + NAA0.001 mg/l produced the highest number of roots  (13.6 roots). This treatment also produced a lot of root hairs which indicates a healthy roots. Key words: Ruta graveolens L., IBA, NAA, roots induction, in vitro
Induksi Perakaran dan Aklimatisasi Tanaman Tabat Barito Setelah Konservasi In Vitro Jangka Panjang Natalini Nova Kristina; Sitti Fatimah Syahid
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan tanaman obat langka dikenal sebagai afrodisiak untuk wanita, mampu menghambat pertumbuhan sel tumor. Konservasi secara in vitro telah dilakukan dengan mengkulturkan eksplan tabat barito dalam media MS + BA 1 mg/l + NAA 0,1 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon eksplan terha-dap zat pengatur tumbuh penginduksi perakaran (IAA dan IBA) serta kandung-an bahan aktifnya setelah periode kultur panjang. Untuk menginduksi perakaran, eksplan tabat barito yang telah disub-kultur selama dua tahun dimasukkan pada media IAA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l dan IBA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l. Penelitian disusun dalam Rancangan acak lengkap (RAL), dengan 10 ulangan. Parameter pengamatan adalah tinggi tunas, jumlah tunas, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar. Pada tahap aklimatisasi, plantlet ditanam dalam gelas plastik berisi tanah dan pupuk kandang yang telah disterilkan. Setelah 2 bulan tahap aklimatisasi, benih dipindahkan ke dalam polibag berukuran 20 cm x 20 cm dan ditanam pada kondisi lapang dengan pencahayaan 50%. Analisis fitokimia dilakukan berdasarkan Harbone (1987). Analisis kandungan quersetin dilakukan dengan menghitung total flavonoid sebagai quersetin. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pem-berian IAA maupun IBA pada konsentrasi 0,1-0,3 mg/l menginduksi akar dengan baik dengan keberhasilan aklimatisasi 70-100%. Pertumbuhan di lapang memper-lihatkan semua taraf konsentrasi IAA dan IBA memperlihatkan respon berbeda, baik terhadap tinggi, jumlah cabang dan jumlah daun. Tabat barito yang ditanam di lapang, baik induk maupun hasil in vitro kandungan fitokimianya beda. Per-bedaan terlihat pada tanaman tabat barito yang ditumbuhkan di rumah kaca. Kandungan alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid tanaman hasil in vitro berbeda dengan induknya, Sementara komponen lain seperti sapo-nin, steroid sama. Kandungan bahan aktif quersetin tabat barito induk berbeda 0,08% lebih tinggi dari hasil kultur in vitro.
MULTIPLIKASI TUNAS, AKLIMATISASI DAN ANALISIS MUTU SIMPLISIA DAUN ENCOK (Plumbago zeylanica L.) ASAL KULTUR IN VITRO PERIODE PANJANG Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Fisiologi Hasil, Balai Pe-nelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor mulai Juni 2005 – Juli 2006. Penelitian ber-tujuan untuk mengetahui pengaruh kultur In Vitro terhadap multiplikasi, aklimatisasi, mutu dan kandungan bahan aktif tanaman daun encok. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas pucuk tanaman daun encok hasil kultur in vitro periode panjang berumur tujuh tahun. Untuk multiplikasi tunas, perlakuan yang diuji adalah: Benzyl Adenin (BA) 0,1 mg/l (kon-trol); BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,01 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,05 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,1 mg/l dan BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,15 mg/l. Rancangan yang digu-nakan adalah Acak Lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah tunas, daun dan akar serta panjang tunas in vitro. Tanaman diaklimatisasi di rumah kaca dan langsung diobservasi. Parameter yang diamati adalah jumlah anakan, jumlah daun dan tinggi tanaman. Analisis mutu dilakukan terhadap kadar air, kadar abu, kadar sari larut dalam alkohol dan kadar sari larut dalam air serta kandungan bahan aktifnya dengan meng-gunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan BA 0,1 mg/l + thidiazuron 0,05 mg/l menghasilkan jumlah tunas dan daun terbanyak serta tunas terpan-jang dalam waktu dua bulan. Morfologi tanam-an hasil kultur in vitro sama dengan induk di rumah kaca dalam hal batang, daun dan visual tanaman. Hasil analisis mutu menunjukkan bahwa kadar sari larut dalam air dan larut dalam alkohol asal kultur in vitro lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman daun encok asal lapang dan MMI. Selain itu senyawa steroid dapat dideteksi pada tanaman asal kultur in vitro. Hasil analisis GCMS menunjukkan kan-dungan senyawa aktif  tertinggi adalah phytol (26,13%). 
KUTU TANAMAN DAN TRIPS BERASOSIASI DENGAN TANAMAN DAUN UNGU DAN TINGKAT KERUSAKAN TANAMAN Tri Lestari Mardiningsih; Dewi Sartiami; Nurul Khumaida; Natalini Nova Kristina; Cucu Sukmana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Daun ungu (Graptophyllum pictum) atau dalam bahasa Sunda : handeuleum merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat untuk mengobati penyakit wasir, melancarkan buang air seni, melancarkan haid dan lain-lain. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman ialah serangan ulat pemakan daun. Ulat ini sangat rakus sehingga tanaman yang diserang dapat menjadi gundul. Ulat pemakan daun yang menyerang tanaman daun ungu di Jawa Barat ialah Doles-challia bisaltide, sedang di Maluku dan Papua masing-masing Doleschallia nacar dan Doleschallia hexophtalmos. Selain serangga tersebut juga terdapat kutu tanaman dan trips yang berasosiasi dengan tanaman daun ungu. Untuk mengetahui kutu tanaman dan trips tersebut maka dilakukan identifikasi se-rangga-serangga tersebut yang beraso-siasi dengan tanaman daun ungu dari Jawa Barat, Maluku, dan Papua sejak April sampai Juni 2010. Kutu tanaman dan trips, dikoleksi dengan memasukkan masing-masing ke dalam botol gelas yang berisi alkohol 70%, dibuat preparat mikroskop di laboratorium, kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi. Selain itu, juga dilaku-kan pengamatan serangan kutu tanaman utama yang menyerang daun ungu. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kutu tanaman dan trips yang berasosiasi dengan tanaman daun ungu ialah Rastro-coccus viridarii Williams (Hemiptera : Pseudococcidae), kututempurung Sais-setia neglecta De Lotto (Hemiptera : Coccidae), Insignorthezia insignis Browne (Hemiptera : Ortheziidae), kutudaun Aphis gossypii Glover (Hemiptera : Aphididae), dan Astrothrips tumiceps Karny (Thysanoptera : Thripidae). Serangan kututempurung S. neglecta di rumah kaca pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian tanaman daun ungu.
PENGARUH AUKSIN IBA DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN INGGU SITTI FATIMAH SYAHID; NATALINI NOVA KRISTINA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 20, No 3 (2014): September 2014
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v20n3.2014.122-129

Abstract

ABSTRAK Inggu (Ruta graveolens L.) merupakan salah satu tanaman obat langka di Indonesia yang perlu dilestarikan. Upaya konservasi tanaman inggu telah dilakukan secara in vitro di laboratorium Balittro selama 17 tahun pada kultur tunas. Untuk mengobservasi kestabilan genetik perlu dilakukan induksi perakaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh auksin IBA dan NAA terhadap induksi perakaran inggu secara in vitro. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas steril inggu in vitro yang telah berumur 17 tahun, yang ditanam pada media dasar Murashige dan Skoog (MS) setengah konsentrasi (½ MS) yang diperkaya vitamin dari group B. Perlakuan yang diuji adalah beberapa taraf konsentrasi auksin IBA dan NAA (0; 0,001; 0,002; dan 0,003 mg/l). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari lima botol yang berisi dua tanaman. Parameter yang diamati adalah jumlah, panjang, dan bentuk akar, serta jumlah tunas dan penampilan kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media ½ MS yang diperkaya NAA pada konsentrasi rendah 0,001 mg/l menghasilkan jumlah akar terbanyak, yaitu 13,6 akar. Perlakuan ini juga menghasilkan banyak bulu-bulu akar yang menandakan akar yang sehat. Kata kunci: Ruta graveolens L., IBA, NAA, induksi perakaran, in vitro  The Effect of Auxin IBA and NAA to In Vitro Rooting Induction of Roe (Ruta graveolens L.)  ABSTRACTRoe (Ruta graveolens L.) is one of the Indonesian rare medicinal plants. An attempt to conserve roe, has been conducted through in vitro culture of sterile shoots at the laboratory of the Indonesian Spice and Medicinal Crops Research Institut (ISMCRI) for 17 years. To observe the genetic stability of culture following in vitro conservation for a long period, the collection must be tested in greenhouse and field. Therefore, it is necessary to induce rooting. The aim of the experiment was to observe the effect of IBA and NAA auxin to root induction of roe. The sterile shoots were used as material. They were planted on half-concentration (½ MS) on Murashige and Skoog (MS) medium, enriched with vitamin from group B. The experiment was arranged in a completely randomized design with five replications. Each replication consist of five bottles with two plants. The treatment tested were several concentrations of IBA and NAA (0; 0.001; 0.002; and 0.003 mg/l). The parameters observed were number, lenght, shape, and length of roots, and also the number of shoots and culture performance. The result showed that the use of ½ MS + NAA0.001 mg/l produced the highest number of roots  (13.6 roots). This treatment also produced a lot of root hairs which indicates a healthy roots. Key words: Ruta graveolens L., IBA, NAA, roots induction, in vitro
Induksi Perakaran dan Aklimatisasi Tanaman Tabat Barito Setelah Konservasi In Vitro Jangka Panjang Natalini Nova Kristina; Sitti Fatimah Syahid
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan tanaman obat langka dikenal sebagai afrodisiak untuk wanita, mampu menghambat pertumbuhan sel tumor. Konservasi secara in vitro telah dilakukan dengan mengkulturkan eksplan tabat barito dalam media MS + BA 1 mg/l + NAA 0,1 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon eksplan terha-dap zat pengatur tumbuh penginduksi perakaran (IAA dan IBA) serta kandung-an bahan aktifnya setelah periode kultur panjang. Untuk menginduksi perakaran, eksplan tabat barito yang telah disub-kultur selama dua tahun dimasukkan pada media IAA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l dan IBA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l. Penelitian disusun dalam Rancangan acak lengkap (RAL), dengan 10 ulangan. Parameter pengamatan adalah tinggi tunas, jumlah tunas, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar. Pada tahap aklimatisasi, plantlet ditanam dalam gelas plastik berisi tanah dan pupuk kandang yang telah disterilkan. Setelah 2 bulan tahap aklimatisasi, benih dipindahkan ke dalam polibag berukuran 20 cm x 20 cm dan ditanam pada kondisi lapang dengan pencahayaan 50%. Analisis fitokimia dilakukan berdasarkan Harbone (1987). Analisis kandungan quersetin dilakukan dengan menghitung total flavonoid sebagai quersetin. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pem-berian IAA maupun IBA pada konsentrasi 0,1-0,3 mg/l menginduksi akar dengan baik dengan keberhasilan aklimatisasi 70-100%. Pertumbuhan di lapang memper-lihatkan semua taraf konsentrasi IAA dan IBA memperlihatkan respon berbeda, baik terhadap tinggi, jumlah cabang dan jumlah daun. Tabat barito yang ditanam di lapang, baik induk maupun hasil in vitro kandungan fitokimianya beda. Per-bedaan terlihat pada tanaman tabat barito yang ditumbuhkan di rumah kaca. Kandungan alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid tanaman hasil in vitro berbeda dengan induknya, Sementara komponen lain seperti sapo-nin, steroid sama. Kandungan bahan aktif quersetin tabat barito induk berbeda 0,08% lebih tinggi dari hasil kultur in vitro.
MULTIPLIKASI TUNAS, AKLIMATISASI DAN ANALISIS MUTU SIMPLISIA DAUN ENCOK (Plumbago zeylanica L.) ASAL KULTUR IN VITRO PERIODE PANJANG Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Fisiologi Hasil, Balai Pe-nelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor mulai Juni 2005 – Juli 2006. Penelitian ber-tujuan untuk mengetahui pengaruh kultur In Vitro terhadap multiplikasi, aklimatisasi, mutu dan kandungan bahan aktif tanaman daun encok. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas pucuk tanaman daun encok hasil kultur in vitro periode panjang berumur tujuh tahun. Untuk multiplikasi tunas, perlakuan yang diuji adalah: Benzyl Adenin (BA) 0,1 mg/l (kon-trol); BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,01 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,05 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,1 mg/l dan BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,15 mg/l. Rancangan yang digu-nakan adalah Acak Lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah tunas, daun dan akar serta panjang tunas in vitro. Tanaman diaklimatisasi di rumah kaca dan langsung diobservasi. Parameter yang diamati adalah jumlah anakan, jumlah daun dan tinggi tanaman. Analisis mutu dilakukan terhadap kadar air, kadar abu, kadar sari larut dalam alkohol dan kadar sari larut dalam air serta kandungan bahan aktifnya dengan meng-gunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan BA 0,1 mg/l + thidiazuron 0,05 mg/l menghasilkan jumlah tunas dan daun terbanyak serta tunas terpan-jang dalam waktu dua bulan. Morfologi tanam-an hasil kultur in vitro sama dengan induk di rumah kaca dalam hal batang, daun dan visual tanaman. Hasil analisis mutu menunjukkan bahwa kadar sari larut dalam air dan larut dalam alkohol asal kultur in vitro lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman daun encok asal lapang dan MMI. Selain itu senyawa steroid dapat dideteksi pada tanaman asal kultur in vitro. Hasil analisis GCMS menunjukkan kan-dungan senyawa aktif  tertinggi adalah phytol (26,13%). 
ANALISIS FITOKIMIA DAN PENAMPILAN POLAPITA PROTEIN TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica) HASIL KONSERVASI IN VITRO Natalini Nova Kristina; Edy Djauhari Kusumah; Putri Karina Lailani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 1 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n1.2009.%p

Abstract

Pegagan (Centella asiatica) merupa-kan salah satu tanaman obat yang digunakan untuk mengatasi pikun dan juga sebagai bahan industri farmasi, kosmetika, suplemen makanan dan minuman. Tanaman ini telah dikonservasi secara in vitro dan telah memasuki usia kultur lima tahun. Selama masa periode tersebut terlihat ada perubahan pada penampilan kultur. Untuk itu tanaman hasil konservasi in vitro tersebut dikeluarkan dari botol kultur dan di aklimatisasi di rumah kaca. Penelitian ber-tujuan untuk melihat kandungan fitokimia dan pola pita protein tanaman tersebut dibanding-kan dengan tanaman induknya yang berasal dari kebun percobaan Cimanggu. Sampel daun pegagan in vitro dan yang tumbuh di lapang diekstrak untuk analisis fitokimia alkaloid, flavanoid, saponin, dan triterpenoid berdasar-kan metode Harbone (1987). Kadar protein ditentukan dengan menggunakan metode Lowry dan pola pita protein ditentukan ber-dasarkan hasil elektroforesis dengan gel poli-akrilamida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan metabolit sekunder pegagan in vitro berbeda dengan tanaman induk yang tumbuh di lapang. Pegagan asal in vitro menghasilkan tannin dan alkaloid positif (2+) saponin positif kuat (3+) serta ditemukan steroid dengan kandungan positif kuat sekali (4+). Sementara pada tanaman pegagan lapang, kandungan metabolit sekunder tannin, alkaloid, dan flavonoid positif kuat (3+), saponin, tanin, dan triterpenoid kuat sekali (4+), tetapi tidak ditemukan steroid. Konsentrasi protein total pada pegagan asal in vitro 17,092 μg/mL lebih tinggi dibandingkan dengan di lapang 8,559 μg/mL. Pola pita protein asal in vitro lebih tebal   daripada   yang di lapang dan menunjuk-kan adanya 2 pita protein yang dominan dengan masing-masing bobot molekul 53,7 Kda dan 31 Kda.