Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH AUKSIN IAA, IBA, DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana) SECARA IN VITRO Tias Arlianti; Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n2.2013.%p

Abstract

Induksi perakaran merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembentukan benih secara in vitro. Perbanyakan stevia (Stevia rebaudina) secara konvensional melalui setek atau biji terkendala pada tingkat keberhasilan, keseragaman, dan produksi rendah. Perbanyakan inkonvensional melalui kultur jaringan telah berhasil dilakukan sampai dengan tahap multiplikasi tunas. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan inisiasi akar melalui induksi dengan penambahan zat pengatur tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon stevia terhadap zat pengatur tumbuh induksi perakaran in vitro. Penelitian dilakukan sejak Maret sampai Agustus 2012 di laboratorium kultur jaringan Balittro dan Kebun Percobaan Manoko. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas aseptik stevia dari kultur yang berumur tiga bulan pada media penyimpanan MS + B 0,1 mgl-1. Tunas stevia dikulturkan pada media MS dengan penambahan IAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, IBA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, dan NAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Acak lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah dan tinggi tunas, jumlah dan panjang akar, dan tingkat keberhasilan aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NAA 0,2 dan 0,3 mg l-1 memacu pertumbuhan jumlah akar terbaik. Pada tahap aklimatisasi, persentase keberhasilan masih rendah dan perlu didukung dengan kondisi lingkungan yang optimum. 
The Relationship of Nutmeg Populations from Tidore, Ternate, and Bogor Based on Morphological Marker Tias Arlianti; Desta Wirnas; NFN Sobir; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 30, No 2 (2019): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v30n2.2019.69-80

Abstract

Banda Nutmeg (Myristica fragrans), is one of Indonesia's main spices commodities. Maluku Island, North Maluku, Siau, and Papua are the center of origins and center of nutmeg diversity; whereas, Bogor is the largest nutmeg cultivation area in West Java. The diversity and relationship between Bogor nutmeg with Maluku nutmeg have not been studied, even though it is crucial for local varieties selection and seeds provision. The study aimed to determine the diversity and relationship of nutmegs from Tidore, Ternate, and Bogor. The experiment was conducted in eight locations: Tidore (Gurabunga and Jaya), Ternate (Marikurubu), and Bogor (Cigombong, Ciawi, Leuwisadeng, Sukajadi, and Tamansari) from November 2017 - December 2018. Materials used were 46 nutmeg accessions of 8 – 30 year old plants with good growth and known of their origin. The experiments were performed using direct observation methods on habitus, leaf, fruit, seed, mace,  and flower followed IPGRI descriptor.  The results showed that qualitative diversity was observed in the fruit shape, shape of fruit-based and fruit-tip, fruit color, and tree shape. Mace thickness was the most substantial diversity for the quantitative character (50.38 %). The difference within intra-population in all aspects observed was low, except for the fruit character and mace weight. The genetic relatedness of the Bogor population was closer to Ternate (60 %) than Tidore (46 %). The genetic relationship amongst five Bogor populations found to be very close. Further, Leuwisadeng, Tamansari, and Sukajadi populations were found to have the highest genetic relationship and similarity (80 %).
PENGARUH AUKSIN IAA, IBA, DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana) SECARA IN VITRO Tias Arlianti; Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n2.2013.%p

Abstract

Induksi perakaran merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembentukan benih secara in vitro. Perbanyakan stevia (Stevia rebaudina) secara konvensional melalui setek atau biji terkendala pada tingkat keberhasilan, keseragaman, dan produksi rendah. Perbanyakan inkonvensional melalui kultur jaringan telah berhasil dilakukan sampai dengan tahap multiplikasi tunas. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan inisiasi akar melalui induksi dengan penambahan zat pengatur tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon stevia terhadap zat pengatur tumbuh induksi perakaran in vitro. Penelitian dilakukan sejak Maret sampai Agustus 2012 di laboratorium kultur jaringan Balittro dan Kebun Percobaan Manoko. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas aseptik stevia dari kultur yang berumur tiga bulan pada media penyimpanan MS + B 0,1 mgl-1. Tunas stevia dikulturkan pada media MS dengan penambahan IAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, IBA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, dan NAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Acak lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah dan tinggi tunas, jumlah dan panjang akar, dan tingkat keberhasilan aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NAA 0,2 dan 0,3 mg l-1 memacu pertumbuhan jumlah akar terbaik. Pada tahap aklimatisasi, persentase keberhasilan masih rendah dan perlu didukung dengan kondisi lingkungan yang optimum. 
The Relationship of Nutmeg Populations from Tidore, Ternate, and Bogor Based on Morphological Marker Tias Arlianti; Desta Wirnas; NFN Sobir; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 30, No 2 (2019): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v30n2.2019.69-80

Abstract

Banda Nutmeg (Myristica fragrans), is one of Indonesia's main spices commodities. Maluku Island, North Maluku, Siau, and Papua are the center of origins and center of nutmeg diversity; whereas, Bogor is the largest nutmeg cultivation area in West Java. The diversity and relationship between Bogor nutmeg with Maluku nutmeg have not been studied, even though it is crucial for local varieties selection and seeds provision. The study aimed to determine the diversity and relationship of nutmegs from Tidore, Ternate, and Bogor. The experiment was conducted in eight locations: Tidore (Gurabunga and Jaya), Ternate (Marikurubu), and Bogor (Cigombong, Ciawi, Leuwisadeng, Sukajadi, and Tamansari) from November 2017 - December 2018. Materials used were 46 nutmeg accessions of 8 – 30 year old plants with good growth and known of their origin. The experiments were performed using direct observation methods on habitus, leaf, fruit, seed, mace,  and flower followed IPGRI descriptor.  The results showed that qualitative diversity was observed in the fruit shape, shape of fruit-based and fruit-tip, fruit color, and tree shape. Mace thickness was the most substantial diversity for the quantitative character (50.38 %). The difference within intra-population in all aspects observed was low, except for the fruit character and mace weight. The genetic relatedness of the Bogor population was closer to Ternate (60 %) than Tidore (46 %). The genetic relationship amongst five Bogor populations found to be very close. Further, Leuwisadeng, Tamansari, and Sukajadi populations were found to have the highest genetic relationship and similarity (80 %).