Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki kacang tanah lokal yang dapat digunakan sebagai sumber plasma nutfah kacang tanah unggul seperti kacang tanah Bima, Pelat, dan Lombok Utara. Produktivitas kacang tanah sangat dipengaruhi oleh serangan hama/penyakit seperti layu bakteri. Layu bakteri merupakan salah satu penyakit utama yang dapat menurunkan produksi kacang tanah sampai 60% dan salah satu upaya pengendaliannya adalah dengan penggunaan varietas lokal yang memiliki potensi ketahanan terhadap layu bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketahanan kacang tanah lokal NTB terhadap penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) dan mengarakterisasi fenotipenya. Penelitian lapangan dilakukan di kebun koleksi Sumber Daya Genetik (SDG) yang berlokasi di Kebun Percobaan (KP) Narmada, pada bulan Januari sampai April 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan 9 ulangan, sehingga diperoleh 27 petak percobaan. Perlakuan yang digunakan adalah 3 varietas kacang tanah, yaitu 2 varietas lokal NTB (Pelat Sumbawa dan Lokal KLU) dan varietas Kelinci sebagai tanaman kontrol/pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter polong dan biji merupakan karakter yang menjadi pembeda utama antara kacang tanah Lokal KLU dan Pelat. Kacang tanah KLU memiliki ukuran polong sedang dengan bobot 100 biji sebesar 48,96 g, sedangkan Pelat dan Kelinci memiliki ukuran polong sangat besar dengan bobot 100 biji masing-masing sebesar 42,45 dan 32,92 g, sehingga berpotensi sebagai tanaman berdaya hasil tinggi. Lokal KLU memiliki ketahanan terhadap penyakit layu bakteri dengan kategori tahan dibanding dengan Kelinci yang agak tahan dan Pelat yang rentan.