Gusmailina Gusmailina
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Telp./Fax. : (0251) 8633378 / 8633413

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PEMANFAATAN MINYAK Dryobalanops aromatica SEBAGAI BAHAN PEWANGI ALAMI Pasaribu, Gunawan; Gusmailina, Gusmailina; Komarayati, Sri
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dryobalanops aromatica merupakan tumbuhan berkayu penghasil minyak dan kristal yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Saat ini minyak dan kristal menjadi komoditas eksport untuk keperluan kosmetik dan obat-obatan. Di masyarakat, minyak ini hanya dimanfaatkan secara terbatas pada pengobatan sederhana pada berbagai penyakit ringan. Pemanfaatan di dalam negeri masih sangat terbatas, sehingga diperlukan penelitian yang mengarah pada peningkatan nilai tambah dari minyak ini. Pemanfaatan sebagai bahan pewangi/ parfum, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula parfum minyak Dryobalanops yang disukai berdasarkan uji organoleptik adalah minyak Dryobalanops (25%), dengan etanol (75%) dan campuran bahan aditif berupa odorant green tea, PG dan minyak nilam (0,8%). Formula ini memiliki karakteristik tingkat keharuman yang lembut (harum), dengan ketajaman aroma pada tingkat agak tajam. Dari analisis kimia minyak Dryobalanops aromatica diketahui bahwa minyak memiliki senyawa penanda borneol dan senyawa lainnya yaitu Caryophyllene; 3-Cyclohexene-1-methanol,.alpha.,.alpha.,4-trimethyl-, (S)-(CAS) p-Menth-1-en-8-ol,(S)-(-)-; 1,4,7,-Cycloundecatriene, 1,5,9,9-tetramethyl-, Z,Z,Z- dan 3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-methylethyl)- (CAS) 4-Terpineol.
ANALISIS SENYAWA KIMIA Dryobalanops aromatica Pasaribu, Gunawan; Gusmailina, Gusmailina; Komarayati, Sri; Zulnely, Zulnely; Dahlian, Erik
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dryobalanops aromatica merupakan tumbuhan berkayu yang memproduksi hasil hutan bukan kayu seperti minyak dan kristal. Informasi komposisi senyawa kimia penting diketahui dalam rangka pemanfaatan dan penciri suatu bahan. Berdasarkan informasi dari masyarakat lokal, minyak dikelompokkan berdasarkan warnanya. Semakin putih warna minyak, semakin baik kualitas. Tulisan ini menyajikan komposisi senyawa kimia dari minyak dan kristal Dryobalanops aromatica menggunakan kromatografi gas spektrometri massa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak Dryobalanops aromatica 1 mengandung borneol sebesar 26,02%, D. aromatica 2 mengandung 13,95%, D. aromatica 3 mengandung 24,03%, D. aromatica 4 mengandung 1,09% dalam bentuk longiborneol. Sementara untuk kristal 1 mengandung 92,70% borneol dan kristal 2 mengandung 90,73%. Senyawa borneol merupakan senyawa penciri Dryobalanops aromatica.
PENGARUH ARANG DAN CUKA KAYU TERHADAP PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN SIMPANAN KARBON Komarayati, Sri; Gusmailina, Gusmailina; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 4 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.953 KB)

Abstract

 Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan anakan sengon, jabon dan pohon penghasil gaharu, mengetahui kandungan karbon, nitrogen, fosfor dan kalium dalam tanah dan dalam biomasa tanaman setelah diberi arang dan cuka kayu. Aplikasi arang dilakukan dengan cara menambahkan arang secara merata pada lobang tanaman, sedangkan cuka kayu disiramkan pada tanah. Untuk pemeliharaan tanaman, cuka kayu disemprotkan pada batang, tangkai dan daun tanaman. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan anakan sengon terbaik yaitu pada perlakuan penambahan arang 10% dan cuka kayu 2%, masing-masing dengan tinggi 156,33 cm dan diameter 20,08 cm.  Untuk pertumbuhan anakan jabon terbaik yaitu pada perlakuan penambahan 30% arang, masing-masing dengan tinggi 89,17 cm dan 19,22 cm. Untuk pertumbuhan anakan pohon penghasil gaharu yang terbaik yaitu pada perlakuan penambahan 20% arang dan cuka kayu 4%, masing-masing dengan tinggi 72,20 cm dan diameter batang 18,29 cm. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan arang dan cuka kayu tidak selalu dapat meningkatkan kandungan unsur hara tanah seperti C, N, P dan K, biomas tanaman serta simpanan karbon dengan berbagai variasi sesuai perlakuan.
ARANG DAN CUKA KAYU : PRODUK HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN SERAPAN HARA KARBON Komarayati, Sri; Gusmailina, Gusmailina; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 31, No 1 (2013):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4587.22 KB)

Abstract

Arang dan cuka kayu merupakan sumber karbon yang dihasilkan dari proses karbonisasi, dan multi manfaat untuk digunakan sebagai pemacu pertumbuhan maupun meningkatkan serapan hara karbon. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian uji coba arang dan cuka kayu terhadap media tumbuh anakan sengon, jabon dan pohon penghasil gaharu selama enam bulan di kebun penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan anakan sengon, jabon dan pohon penghasil gaharu, mengetahui kandungan karbon, nitrogen, fosfor dan kalium dalam tanah dan dalam biomasa tanaman setelah diberi arang dan cuka kayu. Penambahan arang dilakukan dengan cara mencampurkan arang dan tanah secara merata, sedangkan cuka kayu disiramkan pada tanah. Untuk pemeliharaan tanaman, dilakukan penyemprotan cuka kayu pada batang, tangkai dan daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan arang dan cuka kayu pada media tumbuh anakan sengon dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 127% dan 208%, untuk diameter 109% dan 129%. Pada tanaman jabon, penambahan arang dan cuka kayu dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 117% dan 142%, untuk diameter 166% dan 128%. Sedangkan pada pohon penghasil gaharu belum kelihatan pengaruhnya, karena masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk tanaman tersebut beradaptasi. Arang dan cuka kayu dapat meningkatkan serapan hara karbon dalam tanah dan biomas. Selain karbon (C), unsur hara N, P dan K juga meningkat.
PENGARUH ARANG KOMPOS BIOAKTIF TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN BULIAN (Eusyderoxylon zwageri) DAN GAHARU (Aquilaria malaccensis) Gusmailina, Gusmailina
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4267.944 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.2.93-110

Abstract

Tulisan ini menyajikan beberapa indikasi pengaruh penggunaan arkoba sebagai campuran media terhadap pertumbuhan anakan bulian (Eusyderoxylon zwageri) dan anakan gaharu (Aquilaria malaccensis), dua jenis tanaman andalan setempat yang sedang dikembangkan. Penelitian ini menggunakan dua komposisi utama, yaitu penambahan arkoba serbuk gergaji (ASG) dan arkoba serbuk gergaji yang dicampur dengan jerami padi (ASGJ). Penelitian dilakukan selama 4 bulan di kebun bibit Dinas Kehutanan Propinsi Jambi, di Jambi. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan ASG dan ASGJ masing- masing 15%, 30%, dan 50%. Sebagai pembanding digunakan kompos dalam porsi yang sama serta kontrol (top soil 100%). Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh, pertambahan tinggi dan diameter batang. Data hasil penelitian dianalisa menurut uji beda jarak Duncan, selanjutnya perbedaan respon tumbuhan secara lebih spesifik antara kontrol dengan setiap perlakuan diuji dengan cara Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan anakan bulian dan gaharu pada media ASG dan ASGJ secara nyata lebih baik dari pada pertumbuhannya pada media kompos konvensional maupun kontrol. Pertambahan tinggi dan diameter anakan pada ke dua media serbuk kompos tersebut dapat mencapai 400% dibandingkan dengan pertumbuhan pada media kontrol.
PRODUKSI CUKA KAYU HASIL MODIFIKASI TUNGKU ARANG TERPADU Komarayati, Sri; Gusmailina, Gusmailina; Pari, Gustan
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 3 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3444.602 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.3.234-247

Abstract

Penelitian pembuatan arang dan cuka kayu secara terpadu telah dilakukan dengan menggunakan tungku hasil modifikasi terbuat dari drum ganda yang dikombinasikan dengan teknik kondensasi sehingga tidak hanya arang yang dihasilkan, tetapi juga diperoleh cairan destilat yang biasa disebut cuka kayu/asap cair. Bahan yang digunakan untuk membuat arang dan cuka kayu adalah limbah industri pengolahan kayu. Tujuan penelitian yaitu untuk menelaah produksi dan kualitas arang, cuka kayu, dan prospek pemanfaatannya dari hasil penggunaan tungku drum ganda. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa produksi arang 6,00 - 15,00 kg, rendemen arang 9,90- 21,18%. Produksi cuka kayu 2,40 - 4,40 kg dan rendemen cuka kayu 4,95 - 7,35%. Komponen cuka kayu hasil analisis HPLC dan GC terdiri dari asam asetat 20,13 - 30,05 ppm, metanol 0,44 - 1,15% dan phenol 52,41 - 63,62 ppm. Hasil analisis GC-MS pirolisis menunjukkan bahwa cuka kayu dari masing-masing jenis limbah kayu mengandung jumlah komponen kimia yang berbeda antara satu jenis dengan lainnya, pada kisaran 20 - 32 komponen. Unsur hara yang terdapat dalam cuka kayu : C organik 6,12 - 7,35% ; N total 0,62 - 0,67% ; P2O5total 0,24 - 0,31% dan K2O total 0,31 - 0,36%. Manfaat cuka kayu sangat banyak antara lain sebagai pengawet makanan, pembasmi hama dan penyakit tanaman, pupuk cair organik, penyubur tanaman, desinfektan dan inhibitor mikroorganisme serta pencegah jamur dan bakteri.
PENINGKATAN TEKNIK PENGOLAHAN PANDAN (Bagian I) : PEWARNAAN DAN PENGERINGAN Gusmailina, Gusmailina
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2360.162 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.1.66-76

Abstract

Daun pandan merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial dan bermanfaat sebagai bahan baku barang kerajinan. Pada awalnya dari pandan hanya dibuat barang kerajinan berupa tikar. Sesuai dengan permintaan pasar dan seiring dengan waktu, kerajinan pandan dibuat menjadi berbagai macam bentuk, seperti tas, sandal, kotak hantaran, box file, topi dan lain sebagainya. Dalam pembuatan kerajinan pandan ini, permasalahan yang sering terjadi adalah pada waktu pewarnaan dan pengeringan. Pewarnaan dan pengeringan yang kurang baik akan menurunkankan kualitas barang kerajinan. Barang kerajinan akan cepat lembab dan pewarnaan yang tidak merata. Terkait dengan uraian tersebut, telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas daun pandan sebagai bahan baku barang kerajinan melalui proses pengeringan dan pewarnaan. Hasil penelitian menunjukkan komponen kimia daun pandan adalah kadar air berkisar 7-9 %, kadar lignin 18-22 %; kadar holoselulosa 83-88 %; sedangkan gaya tarik 2-6 kg dan ketahanan terhadap sinar 2-3. Zat warna basa memberikan hasil warna yang terbaik dan lebih cerah pada daun pandan sedangkan contoh perlakuan pandan segar, pewarna basa dan suhu pengeringan dengan oven 70OC memberikan hasil rata-rata kualitas yang lebih baik dari yang lain.
APLIKASI PUPUK ORGANIK PLUS ARANG DAN PUPUK ORGANIK MIKORIZA PLUS ARANG PADA MEDIA TUMBUH ANAKAN Shorea crysophylla Komarayati, Sri; Gusmailina, Gusmailina
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1629.107 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.1.77-83

Abstract

Tulisan ini menyajikan hasil penelitian penggunaan pupuk organik plus arang (POA) dan pupuk organik mikoriza plus arang (POAM) pada media tumbuh anakan Shorea crysophylla selama 6 bulan di rumah kaca. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan POA dan POAM terhadap respon pertumbuhan anakan Shorea crysophylla. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 1 tablet pupuk organik mikoriza plus arang (POAM) memberikan perbedaan nyata pada pertumbuhan tinggi dan diameter anakan Shorea crysophylla dan juga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 43,9% dan diameter sebesar 49,3% dibandingkan tanpa POAM. Penambahan pupuk organik plus arang (POA) kurang efektif terhadap peningkatan pertumbuhan tinggi dan diameter anakan Shorea crysophylla, dibandingkan POAM Untuk meningkatkan pertumbuhan anakan Shorea crysophylla, cukup diberi 1 tablet POAM tanpa harus ditambah POA. Tablet POAM sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan diameter daripada pertumbuhan tinggi.
ISOLASI DAN SELEKSI MIKROBA POTENSIAL SEBAGAI AKTIVATOR PENGOMPOSAN UNTUK MENDEKOMPOSISI LIMBAH KULIT MANGIUM Gusmailina, Gusmailina
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 27, No 4 (2009): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2009.27.4.352 - 368

Abstract

Kulit kayu merupakan limbah organik yang dapat dimanfaatkan kembali secara efektif dengan memberi perlakuan yang tepat. Beberapa jenis kulit kayu dapat menyebabkan racun bagi pertumbuhan akar tanaman,   sehingga harus diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum digunakan. Salah cara adalah melalui pengomposan. Dalam proses tersebut diperlukan mikroorganisme sebagai aktivator yang berperan mendegradasi kulit kayu dalam waktu singkat. Kulit kayu yang telah terdekomposisi dan menjadi kompos selanjutnya dapat digunakan sebagai media tumbuh tanaman baik di persemaian mapun di lapangan. Penelitian bertujuan mencermati mikroba potensial efektif digunakan sebagai aktivator pada pengomposan limbah kulit Acacia mangium, meliputi tahapan eksplorasi, isolasi, dan seleksi mikroba yang terdapat pada limbah kulit tersebut. Isolasi mikroba dilakukan pada berbagai tempat habitat alami yaitu pada areal tumpukan kulit mangium di PT. TEL (Tanjung Enim Lestari) Pulp & Paper (Sumatera Selatan) dan PT. IKPP (Indah Kiat Pulp & Paper), Perawang (Riau). Hasil menunjukkan bahwa dari dua lokasi eksplorasi yang telah dilakukan, diperoleh 46 isolat mikroba yang terdiri dari 23 isolat fungi dan 23 isolat bakteri. Sebanyak 30 isolat (15 isolat fungi & 15 isolat bakteri) asal PT. TEL Palembang, dan 16 isolat (8 isolat fungi & 8 isolat bakteri) asal PT. IKPP, Perawang, Pekanbaru. Hampir semua isolat fungi positif mempunyai kemampuan menguraikan lignin dan selulosa dengan kecepatan sedang hingga cepat, sedangkan isolat bakteri yang diperoleh ternyata hanya bersifat pembusuk.   Diantara semua isolat yang diperoleh, terpilih 7 isolat fungi yang diperkirakan potensial efektif mewakili ke dua lokasi.
PENINGKATAN MUTU PADA GAHARU KUALITAS RENDAH Gusmailina, Gusmailina
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 3 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3178.448 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.3.291-303

Abstract

Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang bernilai tinggi, terutama bila dilihat dari harga yang spesifik dibanding dengan komoditi lainnya. Gaharu mempunyai aroma yang wangi dan khas, sehingga gaharu telah lama diperdagangkan sebagai komoditi elit. Didalam perdagangan terdapat kelas gaharu yang mempunyai nilai ekonomis paling rendah yang tidak termasuk kelas manapun. Gaharu yang termasuk kelompok ini biasanya kurang mendapat perhatian dan cenderung tidak diminati oleh pasar. Adanya kelas kelompok gaharu tersebut umumnya disebabkan adanya penjualan batang gaharu padahal belum menghasilkan gaharu. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian pendahuluan tentang upaya untuk meningkatkan kualitas gaharu kelas paling rendah dengan cara penetrasi larutan ekstrak gaharu dengan teknologi impregnasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gaharu kualitas rendah dapat ditingkatkan kualitasnya berdasarkan parameter warna, berat jenis, kadar resin serta volume larutan yang masuk kedalam gaharu. Rata-rata berat jenis gaharu meningkat antara 0,03 sampai 0,20. Kandungan resin gaharu setelah diproses meningkat 3 sampai 5 kali lipat dibanding blanko yaitu berkisar antara 29,5 sampai 52,0 %.