Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Hubungan Kadar Anti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Panjang Siklus Menstruasi Premenopause Apriani, Selvy; Hafy, Zen; Effendi, Yusuf
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/BJI.V4I1.7953

Abstract

Sistem reproduksi wanita merupakan sistem kompleks yang meliputi semua alat reproduksi wanita dan akan berubah sesuai dengan siklus perkembangan. Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Sebelum terjadi menopause ada masa transisi yang disebut premenopause. Perubahan organ reproduksi pada masa premenopause ini ditandai dengan terjadinya gangguan pada menstruasi. Perpanjangan dan pengurangan siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Anti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan mengetahui hubungan kadar AMH dan IMT terhadap panjang siklus menstruasi premenopause di BPM Ranting Seberang Ulu I.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomolekuler Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan desain penelitian observasional analitik. Sebanyak 74 orang sample dipilih secara Convinience Sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok siklus mesntruasi normal dan tidak normal. Kedua kelompok diukur TB dan BB nya untuk mengetahui IMT dan diambil darah vena untuk dialkukan pemeriksaan AMH dengan metode ELISA. Hasil analisis data AMH dan siklus menstruasi dilakukan dengan uji Mann-Whitney. nilai p=0,004, IMT dan siklus menstruasi dilakukan dengan uji T Independen nilai p=0,484, AMH dan IMT dilakukan dengan uji Spearman nilai p=0,789 dengan nilai alpha 0,05 (p<?). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara AMH dan siklus mestruasi, tidak ada hubungan antara IMT dan siklus mestruasi dan tidak ada hubungan antara AMH dan IMT.
Hubungan Kadar Anti Mullerian Hormon (AMH) Dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Panjang Siklus Menstruasi Premenopause Di Bidan Praktik Mandiri Ranting Seberang Ulu I Apriani, Selvy; hafy, Zen; Effendi, Yusuf
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 3, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem reproduksi wanita merupakan sistem kompleks yang meliputi semua alat reproduksi wanita dan akan berubah sesuai dengan siklus perkembangan. Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Sebelum terjadi menopause ada masa transisi yang disebut premenopause. Perubahan organ reproduksi pada masa premenopause ini ditandai dengan terjadinya gangguan pada menstruasi. Perpanjangan dan pengurangan siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Anti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan mengetahui hubungan kadar AMH dan IMT terhadap panjang siklus menstruasi premenopause di BPM Ranting Seberang Ulu I.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomolekuler Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan desain penelitian observasional analitik. Sebanyak 74 orang sample dipilih secara Convinience Sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok siklus mesntruasi normal dan tidak normal. Kedua kelompok diukur TB dan BB nya untuk mengetahui IMT dan diambil darah vena untuk dialkukan pemeriksaan AMH dengan metode ELISA. Hasil analisis data AMH dan siklus menstruasi dilakukan dengan uji Mann-Whitney. nilai p=0,004, IMT dan siklus menstruasi dilakukan dengan uji T Independen nilai p=0,484, AMH dan IMT dilakukan dengan uji Spearman nilai p=0,789 dengan nilai alpha 0,05 (p<?). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara AMH dan siklus mestruasi, tidak ada hubungan antara IMT dan siklus mestruasi dan tidak ada hubungan antara AMH dan IMT. 
Hubungan Lama Penyimpanan Sampel Arsip Jaringan Dalam Blok Parafin Terfiksasi Formalindengan Kualitas Hasil Ekstraksidna Mitokondria Jaringan Hafy, Zen; Larasati, Veny; Puspita, Riana Sari; S, Novizar; M, Haekal; A, Rafdi; R, Sentani
Sriwijaya Journal of Medicine Vol. 1 No. 3 (2018): Sriwijaya Journal of Medicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.594 KB)

Abstract

Formalin-fixed paraffin-embedded (FFPE) archival tissue presents a readily available resource in molecular study nowadays. The quality of nucleid acid, especially mitoconhdrial DNA (mtDNA) extracted from FFPE tissue could be affected by the storage time. Thus, this study investigated if the FFPE tissue’s storage time had an effect on the quality of the extracted mtDNA at Department of Pathology RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. DNA was extracted from 16 randomly selected archival FFPE tissues in Laboratory of Pathology Anatomy, RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. The samples were grouped based on their storage time (less than 1 year and 1 to 5 yrs.’ old). The isolated DNA from each group was amplified using PCR with two primer pairs specifically designto amplify mtDNA of 320 bp and 142bp length, respectively. The PCR products were visualized by electrophoresismethod. None of the samples from both groups could be amplified witht the 320bp primers. However, the PCR result of the 149 bp primers showed positive for all of the samples from each study group. The study indicated that the storage time does not affect the quality of mtDNA isolated from the FFPE samples archived in Department of Pathology RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Furthermore, the study showed that the mtDNA extracted from FFPE tissue has been degraded, therefore, the samples are not suitable for genetic studies require a long mtDNA amplicon.
IFN-GAMMA SECRETION AND IL-10 AFTER STIMULATION OF ESAT-6-CFP-10 (EC610) FUSION ANTIGEN IN PATIENTS WITH ACTIVE TUBERCULOSIS AND LATENT TUBERCULOSIS Prihantika S., Sabrina; Kurniati, Nova; Rahadiyanto, Kemas Ya'kub; Saleh, M Irsan; Hafy, Zen; Tanoerahardjo, Francisca Srioetami; Nugraha, Jusak; Salim, Eddy Mart
Biomedical Journal of Indonesia Vol 5, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bji.v5i3.8897

Abstract

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which is still a health problem in the world including in Indonesia. TB infection arises due to interference with the regulation of the body's defense system. Cellular immune system plays a role in fighting TB infection, namely the role of T lymphocytes that differentiate into Th1 cells secrete pro-inflammatory cytokines IFN-? and Th2 cells that secrete IL-10 anti-inflammatory cytokines. The EC610 fusion antigen is specific and has a strong antigenicity to T cell stimulation. The aim of the study was to determine differences in the mean levels of IFN-? and IL-10 after EC610 antigen stimulation in patients with active TB and latent TB. The design of this study was a quasi-in vitro experiment with PBMC culture stimulated by EC610 antigens in the active TB and latent TB groups. The research and examination were carried out at the South Sumatra Province SSR and the Health Research and Development Laboratory Center, Central Jakarta. There were 21 subjects with active TB and 28 subjects with latent TB who met the inclusion criteria. Measurement of IFN-levels? and IL-10 was performed using ELISA-Reader. The results showed the levels of IFN-? and IL-10 after EC610 antigen stimulation were higher in active TB than latent TB. High levels of IFN-? active TB patients showed protective immune responses against M.tb germs while high levels of IL-10 showed their role as anti-inflammatory. There is no significant difference in the average level of IFN-? in patients with active TB and latent TB (p = 0.769) and there was a significant difference in the level of IL-10 levels after EC610 antigen stimulation was higher in active TB than latent TB (p = 0,000).
Comparison of Serum Interleukin 10 Levels between Leprosy and Non-Leprosy Population Kodrati, Adika; Salim, Eddy Mart; Hafy, Zen
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 21, No 1: January 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v21i1.6514

Abstract

Leprosy is a chronic granulomatous infectious disease that attacks the peripheral nerves, skin, and other organs. The cytokine IL-10 can deactivate macrophages, inhibit IL-12 production, which also inhibits IFN-ϒ production. IL-10 directly inhibits CD4+T cells and antigen-presenting cell (APC) function in cells infected with M. leprae. The purpose of this study was to determine the differences in IL-10 levels in leprosy patients and non-patients at dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital. This study used a case-control design for comparing 2 groups. Respondents in this study were 80 people. The case samples were all leprosy patients who were treated at the dr. Mohammad Hoesin Hospital, Palembang for the period of January 16 - February 16, 2019, while the control group was medical personnel and paramedics who worked at the same hospital. The examination was carried out using the ELISA Sandwich method. The results showed that there was a significant difference in IL-10 levels between leprosy patients and non-leprosy leprosy (p=0.000). The average IL-10 level in leprosy patients (13.24 pg/ml) was lower than that in non-patients (40.15 pg/ml). It is concluded that there is a difference in IL-10 levels between leprosy patients and non-leprosy patients in leprosy sufferers are lower than non-leprosy persons. 
Hubungan Kadar Anti Mullerian Hormon (AMH) Dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Panjang Siklus Menstruasi Premenopause Di Bidan Praktik Mandiri Ranting Seberang Ulu I Selvy Apriani; Zen Hafy; KMS. Yusuf Effendi
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 3 No. 3 (2017): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem reproduksi wanita merupakan sistem kompleks yang meliputi semua alat reproduksi wanita dan akanberubah sesuai dengan siklus perkembangan. Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secaraalamiah mulai dari menarche sampai menopause. Sebelum terjadi menopause ada masa transisi yang disebutpremenopause. Perubahan organ reproduksi pada masa premenopause ini ditandai dengan terjadinya gangguanpada menstruasi. Perpanjangan dan pengurangan siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktorseperti Anti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan mengetahui hubungan kadar AMHdan IMT terhadap panjang siklus menstruasi premenopause di BPM Ranting Seberang Ulu I.Penelitian inidilakukan di Laboratorium Biomolekuler Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan desain penelitianobservasional analitik. Sebanyak 74 orang sample dipilih secara Convinience Sampling yang dibagi menjadi 2kelompok yaitu kelompok siklus mesntruasi normal dan tidak normal. Kedua kelompok diukur TB dan BB nyauntuk mengetahui IMT dan diambil darah vena untuk dialkukan pemeriksaan AMH dengan metode ELISA. Hasilanalisis data AMH dan siklus menstruasi dilakukan dengan uji Mann-Whitney. nilai p=0,004, IMT dan siklusmenstruasi dilakukan dengan uji T Independen nilai p=0,484, AMH dan IMT dilakukan dengan uji Spearman nilaip=0,789 dengan nilai alpha 0,05 (p<α). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara AMH dan siklus mestruasi, tidakada hubungan antara IMT dan siklus mestruasi dan tidak ada hubungan antara AMH dan IMT.
Hubungan Kadar Anti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Panjang Siklus Menstruasi Premenopause Selvy Apriani; Zen Hafy; Yusuf Effendi
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 4 No. 1 (2018): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem reproduksi wanita merupakan sistem kompleks yang meliputi semua alat reproduksi wanita dan akanberubah sesuai dengan siklus perkembangan. Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiahmulai dari menarche sampai menopause. Sebelum terjadi menopause ada masa transisi yang disebutpremenopause. Perubahan organ reproduksi pada masa premenopause ini ditandai dengan terjadinya gangguanpada menstruasi. Perpanjangan dan pengurangan siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sepertiAnti Mullerian Hormon (AMH) dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan mengetahui hubungan kadar AMH dan IMTterhadap panjang siklus menstruasi premenopause di BPM Ranting Seberang Ulu I.Penelitian ini dilakukan diLaboratorium Biomolekuler Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan desain penelitian observasional analitik.Sebanyak 74 orang sample dipilih secara Convinience Sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompoksiklus mesntruasi normal dan tidak normal. Kedua kelompok diukur TB dan BB nya untuk mengetahui IMT dandiambil darah vena untuk dialkukan pemeriksaan AMH dengan metode ELISA. Hasil analisis data AMH dan siklusmenstruasi dilakukan dengan uji Mann-Whitney. nilai p=0,004, IMT dan siklus menstruasi dilakukan dengan uji TIndependen nilai p=0,484, AMH dan IMT dilakukan dengan uji Spearman nilai p=0,789 dengan nilai alpha 0,05 (p<α).Disimpulkan bahwa ada hubungan antara AMH dan siklus mestruasi, tidak ada hubungan antara IMT dan siklusmestruasi dan tidak ada hubungan antara AMH dan IMT.
Sekresi IFN-γ dan IL-10 Setelah Stimulasi Antigen Fusi ESAT-6-CFP-10 (EC610) pada Penderita TB Aktif dan TB Laten Sabrina Prihantika; Nova Kurniati; Kemas Ya’kub Rahadiyanto; M. Irsan Saleh; Zen Hafy; Francisca Srioetami Tanoerahardjo; Jusak Nugraha; Eddy Mart Salim
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 5 No. 3 (2019): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem imunitas seluler sangat berperan dalam melawan infeksi TB yaitu peran sel limfosit T yang berdiferensiasimenjadi sel Th1 mensekresikan sitokin pro inflamasi IFN-γ dan sel Th2 yang mensekresi sitokin anti inflamasi IL-10.Antigen fusi EC610 bersifat spesifik dan memiliki antigenitas yang kuat terhadap stimulasi sel T. Tujuan penelitian untukmengetahui perbedaan rerata kadar IFN-γ dan IL-10 setelah stimulasi antigen EC610 pada penderita TB aktif dan TBlaten. Desain penelitian ini adalah eksperimen semu secara in vitro dengan kultur PBMC yang distimulasi oleh antigenEC610 pada kelompok TB aktif dan TB laten. Penelitian dan pemeriksaan dilakukan di RSK Paru Provinsi Sumsel danLaboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta Pusat. Terdapat 21 subjek penderita TB aktif dan28 subjek penderita TB laten yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengukuran kadar IFN-γ dan IL-10 dilakukanmenggunakan ELISA-Reader. Hasil penelitian menunjukkan kadar IFN-γ dan IL-10 setelah stimulasi antigen EC610lebih tinggi pada TB aktif daripada TB laten. Tingginya kadar IFN-γ pada penderita TB aktif menunjukkan adanyarespon imun protektif terhadap kuman M.tb sedangkan tingginya kadar IL-10 menunjukkan perannya sebagai antiinflamasi . Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata kadar IFN-γ pada penderita TB aktif dan TB laten (p=0,769) danterdapat perbedaan bermakna reata kadar IL-10 setelah stimulasi antigen EC610 lebih tinggi pada TB aktif daripada TBlaten (p=0,000).
IFN-γ and IL-2 Secretion after ESAT-6-CFP-10 (EC-610) Fusion Antigen Stimulation from Patients with Active Lung Tuberculosis and Latent Lung Tuberculosis Bastian; Nova Kurniati; Kemas Ya’kub Rahadiyanto; M. Irsan Saleh; Zen Hafy; Francisca Srioetami Tanoerahardjo; Jusak Nugraha; Eddy Mart Salim
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 2 (2020): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Secretion of IFN-γ and IL-2 After ESAT-6-CFP-10 Fusion Antigen Stimulation in Activeand Latent TB Patients. This study held to discover how immune responses work and to know thepathogenesis of active TB and latent TB patients. This study used PBMC to stimulate T Cells withESAT-6 and CFP-10 antigen fusion, and measure the level of IFN-γ and IL-2 with ELISA antibodysandwich (U-Cytech). 16 ml of blood were drawn to 5 tubes. ESAT-6 CFP-20 inducted one tube withQuantiFERON for IFN-γ assay. The other four tubes were PBMC isolated using Ficoll-Paque, andpre-incubated with stimulation of ESAT-6 CFP-10 fusion antigen for 24-72 hours at 370 C andmeasured using T-Spot and ELISA reader. We got from this study that there are no significantdifferences in IFN-γ levels for both groups with active TB and latent TB. Measurement of IL-2 levelsshowed significant differences between the two group.
Ekspresi Penanda Tumor CEA dan Calretinin pada Adenocarci-noma dan Sel Mesotel Reaktif dari Cairan Pleura . Aspitriani, Mezfi Unita, Zulkarnain Musa, Zen Hafy
Majalah Patologi Indonesia Vol 20 No 3 (2011): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.405 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang Perbedaan gambaran morfologi antara sel mesotel reaktif dan adenokarsinoma pada efusi pleura masih merupakan salah satu tantangan dalam diagnostik sitologi. Sejauh ini, telah banyak penanda tumor yang digunakan pada efusi pleura dengan berbagai derajat efektivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat positifitas carcinoembryonic antigen (CEA) dan calretinin pada adenokarsinoma dan sel mesotel reaktif dari sitologi cairan pleura. Bahan dan cara Tujuh puluh empat sampel arsip slaid dari efusi pleura dengan diagnosa adenokarsinoma atau sel mesotel reaktif diperoleh selama periode waktu 1 Februari 2010-31 Januari 2011. Semua slaid berasal dari spesimen sitospin dengan pulasan Papanicolaou dan Diff Quik kemudian dipulas ulang dengan menggunakan antibodi CEA dan calretinin. Ekspresi kedua penanda tumor ini dievaluasi untuk menilai tingkat positifitas, korelasi antara kedua antibodi dianalisis dengan uji korelasi non parametrik Kendall’s. Hasil Pulasan positif untuk CEA dan calretinin masing-masing sebesar 81,6% (31/38) dan 39,5% (15/38) pada kasus adenokarsinoma Untuk sel mesotel reaktif, positifitas CEA dan calretinin masing-masing sebesar 36,1% (13/36) and 88,9% (32/36). Koekspresi positif kedua penanda tumor dijumpai sebanyak 25% (9/36) pada kasus sel mesotel reaktif. Didapatkan korelasi negatif yang bermakna antara CEA dan calretinin dengan kekuatan korelasi sedang pada adenokarsinoma (p